KENCAN PERDANA

Romantic Comedy Series 1256

Jo dan Budi kembali pulang ke kosan mereka meninggalkan Alex yang kini termenung di gazebo. Seorang Alex yang notabene playboy terkenal di kampusnya mampu galau mengalahkan para pujangga.

"Kenapa sih lu harus dateng di hidup gue!" gumam Alex seraya menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal tersebut.
"Ya nggak tau ya kenapa lu juga dateng di hidup gue," ucap Sinta yang tiba-tiba berada di belakang Alex.

Alex menengok ke arah Sinta dan benar saja gadis cantik itu telah berdiri tepat di belakangnya. Dengan beberapa buku di tangannya mirip dosen yang tengah melakukan sidak terhadap mahasiswa bandel macam Alex.

"Lu ngapain kesini?" tanya Alex dengan nada ketus.
"Ini kan fasilitas umum kampus ya jadi siapapun boleh dong nongkrong disini," jawab Sinta.

Alex memalingkan wajahnya dari tatapan Sinta. Ada perasaan kesal bercampur sedih yang terasa di dalam dadanya. Namun sekuat tenaga Alex menahan semua gejolak tersebut untuk tetap di dadanya.

"Lex, tenang aja rahasia lo aman kok, andai kata Budi nembak gue, gue nggak akan ngungkit masa lalu kita," pungkas Sinta berlalu meninggalkan Alex.
"AAARRGGHHH!!!!" Alex spontan memukul tembok di hadapannya.

~~~~~~~~~~~~~

"Jo gimana gue udah keren belom?" tanya Budi bergaya di hadapan Jo.
"Lu mu pake kaus kutang doang juga udah keren dari sononya Bud," jawab Jo.
"Huuuffttt, gerogi banget nih gue nge-date pertama sama Sinta," ucap Budi menyisir rambutnya di depan cermin ruang tamu.
"Yang penting lu jangan bikin dia illfeel, cewek tuh sukanya cowok yang menarik pada pandangan pertama," jelas Jo yang sibuk mengganti channel televisi.

Malam kencan pertama Budi dan Sinta berjalan sesuai harapan. Budi sangat antusias menemui Sinta di Kafe. Tak lupa ia membawa setangkai bunga mawar yang ia beli di jalan tadi. Sesampainya di kafe, Budi mendapati Sinta telah duduk di tengah-tengah pengunjung kafe. Mengenakan dress berwarna putih dengan lengan terbuka membuat ia terlihat sangat anggun malam itu.
Budi menghampiri pujaan hatinya itu dengan langkah mantap.

"Hey, udah lama nunggu ya," ucap Budi seraya memberikan setangkai bunganya.
"Wah thank you, you are so sweet," balas Sinta menerima bunga itu.

Suasana kafe malam itu sangat ramai dipenuhi pengunjung. Selain hari itu adalah sabtu malam, kafe ini menyuguhkan live music bagi pengunjungnya. Meski keramaian itu sangat terasa, namun Budi merasakan sebaliknya. Ia sangat canggung untuk mulai berbicara pada Sinta. Pandangannya tak lepas dari parasnya yang cantik memesona. Riasan tipis dipadu dengan bibir merah muda merona sangat pas di wajahnya.

"Mm kita disini mau ngobrol kan? Bukan lomba pelotot-pelototan," celetuk Sinta menyadarkan lamunan Budi.
"Oh eh iya dong ngobrol, cuman gue lagi bingung aja ini," jawab Budi gugup.
"Bingung kenapa?" tanya Sinta heran.
"Kok bisa ya gue nggak tahu ada cewek secantik kamu selama ini di kampus," jawab Budi dengan gombalannya.

Sinta tersenyum malu mendengarnya. Seketika pipinya memerah bak kepiting rebus.

"Lo itu bukan Alex, jadi stop ngegombal nggak cocok hahaha," ujarnya.

Mendengar pernyataan Sinta barusan, Budi merasa janggal. Pasalnya mengapa Sinta tahu akan perangai Alex yang suka menggombali banyak wanita.
Obrolan mereka yang kesana kemari membuat Budi melupakan sejenak overthinking-nya. Suasana malam itu semakin romantis dengan live music yang sedari tadi menggema. Hingga vokalis band magang tersebut menanyakan pada para pengunjung untuk ikut menyumbangkan lagu disana.

"Oke buat kalian yang malem ini dateng sama pacarnya boleh banget nih nyumbangin isi hatinya disini, silahkan kita tunggu sampe jam dua belas malam ya," serunya dari arah panggung.

Nampak tak ada satupun pengunjung yang ingin menyumbangkan lagu disana. Begitu pula dengan Budi dan Sinta.

"Kamu naek dong nyanyiin lagu buat gue," pinta Sinta.
"Aduh gue malu ah banyak orang," jawab Budi. Tak kehilangan akal Sintapun memikirkan sesuatu.
"Eh itu kemeja kamu kekecilan ya," ucap Sinta menunjuk ke arah kemeja Budi.
"Hah enggak kok pas aja," jawab Budi.
"Itu di bawah ketek kamu robek tuh tuh," tunjuk Sinta.
"Mana sih nggak ada," Budi mengangkan lengannya untuk melihat kemejanya.
"Nah Mas yang pake kemeja hitam boleh silahkan maju," ucap vokalis band tersebut.

Budi yang terkejut sontak menoleh ke arah Sinta. Terlihat Sinta tertawa cekikikan karena berhasil mengelabui Budi untuk mengangkat tangannya. Budi yang sedikit panik hanya bisa pasrah karena kini semua mata tertuju padanya. Mau tak mau ia harus menyumbang satu lagu saat itu. Langkah Budi terasa berat kala hampir sampai diatas panggung. Diliriknya seluruh penjuru kafe yang mayoritas dipenuhi oleh muda-mudi.

"Oke dengan Mas siapa?" tanya vokalis itu.
"Budi," jawab Budi.
"Oke malem ini dateng kesini sama siapa?" tanyanya kembali.
"Sama cewek sih," jawab Budi canggung.
"Ya iya sama cewek tapi statusnya apa nih, pacar kah atau selingkuhan," cecar vokalis itu.
"Lebih tepatnya otw pacar deh keknya," jawab Budi. Spontan seluruh pengunjung kafe bersorak mendengarnya.
"Wah pas banget nih silahkan kasih lagu penembakan lu yang ter ter romantis bro," vokalis itu memberikan mic-nya pada Budi.

Di hadapan pengunjung kafe Budi menarik napas dalam. Di bisikannya pada vokalis untuk mengiringi lagu yang akan ia bawakan. Seketika suasana menjadi hening mendengarkan Budi yang akan bernyanyi.

"Aku mencintaimu, setulus hatiku...
Aku menyayangimu dengan sepenuh jiwaku...
Aku mengasihimu, sepanjang usiaku...
Aku menginginkanmu, lebih dari apapun...
Meski tak seindah yang kau mau,
tak sesempurna cinta yang semestinya...
Namun aku mencintaimu, sungguh mencintaimu...
Aku mencintaimu, setulus hatiku...
Aku menyayangimu, dengan sepenuh jiwaku...
Begitu erat (begitu erat), begitu lekat (begitu lekat)
(Perasaanku kepadamu) Oh...
Tak bisa 'ku hentikan
Tak mampu 'ku tepiskan ('tak mampu 'ku hentikan)
Meski 'tak seindah yang kau mau,
Tak sesempurna cinta yang semestinya...
Namun aku mencintaimu, sungguh mencintaimu
Meski tak seindah yang kau mau,
Tak sesempurna cinta yang semestinya...
Namun aku mencintaimu, sungguh mencintaimu
Meski tak seindah yang kau mau,
Tak sesempurna cinta yang semestinya...
Namun aku mencintaimu, sungguh mencintaimu
Namun aku mencintaimu, sungguh mencintaimu..."

Gemuruh tepuk tangan menyeruak memenuhi sesisi kafe. Suara merdu Budi menghipnotis pengunjung untuk ikut bernyanyi. Begitupun dengan Sinta yang terbelalak setelah mendengar suara Budi. Ia tak menyangka Budi memiliki suara semerdu itu.

"Uwaw keren banget bro suara lo, dari pada posisi gue terancam nih disini boleh lu kembali ketempat duduk lagi bro," ucap vokalis itu.

Budi memberikan kembali mic-nya dan segera turun dari panggung. Sepanjang langkahnya penonton terpesona padanya. Paras tampan memesona ditambah dengan suara merdu menjadi nilai sempurna yang ia miliki.

"Udah puas bikin gue malu," ucap Budi yang kini telah berada di hadapan Sinta.
"Anjir keren gitu lu ngapain malu," balas Sinta.

Akhirnya malam kencan perdana Budi san Sinta berlalu dengan sempurna. Mereka kini semakin dekat dengan obrolan yang tidak membosankan. Dari kehidupan mereka pribadi hingga perkuliahan mereka obrolkan dengan santai.
Kini waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Budi pulang setelah mengantarkan Sinta terlebih dahulu. Wajahnya sumringah kala mengingat momen kencan mereka.

~~~~~~~~~~~~~

"Gue pulang," ucap Budi merebahkan tubuhnya di sofa. Terlihat Jo dan Alex tengah sibuk bermain kartu remi di lantai depan televisi.
"Weh baru balik lo, gimana kencan pertama? Kacau berantakan nggak?" cecar Jo dengan pertanyaan randomnya.
"Sangat indah sekali," jawab Budi menatap langit-langit.
"Heh bukannya dia jalan sama Sinta yak, kok nyebut Indah," bisik Jo pada Alex yang sibuk memilih kartu di tangannya.
"Hih gue kepret lu," balas Alex melemparkan kartu.
"Kayaknya malem minggu depan gue mau nembak dia deh," ucap Budi.
"Ya udah gas," balas Jo yang kini tengah memilih kartu.

Alex melirik ke arah Budi yang terlihat senyum-senyum membayangkan akan menembak Sinta minggu depan.

"Apa nggak kecepetan Bud, lo kan baru kenal sama dia, coba lebih kenal lama lagi siapa tau dia nggak seindah yang lo bayangin," timpal Alex.
"Gue udah yakin banget yang ini beda, dia juga udah kasih lampu ijo buat gue tembak," jawab Budi.
"Ya semoga aja lo nggak nyesel," balas Alex.

Bersambung ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience