Plaaakkk
Tamparan keras mendarat tepat dipipi Jo. Joeringis kesakitan kala menahan pusing. Cilla bangkit dan duduk tepat ditepi kasur Jo dengan posisi membelakanginya.
"Jadi gini bund, Sinta itu mantan terindahnya Alex, tapi dia juga mantan terjahatnya intinya Alex nggak mau Budi dibikin sakit hati sama Sinta," jelas Jo.
"Tapi wajar aja kalo dia cemburu kan dia susah move on, nggak ada salahnya sih kak Sinta pacaran sama abang," timpal Cilla.
"Iya juga sih ... atau gini aja, kita bikin Alex cemburu sama Budi dan Sinta, nah kalau Alex kepancing pasti dia bakalan cerita tuh apa sih yang buat dia sebenci itu sama Sinta," usul Jo.
Cilla memutar bola matanya. Mencerna setiap kata yang di usulkan Jo. Ada benarnya juga usul Jo pikirnya. Setidaknya mereka tahu yang sebenarnya terjadi pada Alex.
"Oke kalau gitu aku yang bikin acara Papa Jo yang eksekusi mereka deal!" Cilla menjabat tangan Jo.
"Deal ...."
Cilla keluar kamar Jo dengan siasatnya. Jo yang sadar telah di kerjai pun akhirnya protes dalam lamunnya.
"Loh bund, kok aku sih ... bund ini gimana konsepnya!" teriak Jo.
~~~~~~~~~~
Rencana Jo dan Cilla untuk mencari tahu kebenaran dibalik drama mantan Alex ini membuahkan hasil. Pada kesempatan kali ini Cilla memanfaatkan Joi sebagai sarana aksi mereka.
"M & G JOI AND FAMILY"
"Wuidih mantap bund, akhirnya kita bisa meet and greet sama ciwi-ciwi gemas ...," Jo melotot kegirangan.
Cilla melirik sinis padanya. Tanduknya bak keluar melihat tingkah pacarnya yang genit pada banyak wanita itu.
"Eh maksudnya akhirnya kita bisa ngadain M & G lagi, jadi endorse-an Joi bakal membludak lagi gitu," sangkalnya.
"Udah sekarang pastiin aja kak Alex sama abang bisa dateng. Aku udah prepare spot buat kita ngumpul ntar," jelas Cilla.
"Siap bu bos."
Selama seminggu ke belakang memang terjadi perang dingin antara Alex dan Budi. Mereka taksaling sapa hanya karena tragedi malam itu. Dengan adanya momen pertemuan ini membuat Jo dan Cilla optimis akan mengembalikan persahabatan mereka.
Pukul delapan pagi Cilla telah bersiap di kafe tempat M & G digelar. Jo menunggu Alex yang masih bersiap di kamarnya. Sedangkan Budi telah berangkat terlebih dahulu tanpa sepengetahuan Alex.
"Buruan Lex! Udah siang nih ntar ciwik-ciwik gemoynya pada bubar!" teriak Jo dari depan kamar mandi.
"Ya elah berisik amat lu, udah nih," Alex keluar mengenakan celana kolornya.
"Badan aja tatoan, kolor mickey mouse," ledek Jo berjalan di depan.
"Nggak usah bawa-bawa kolor lu, gue spill sempak polkadot lu ke Cilla baru tau rasa," ancam Alex.
"Iya iya kagak ah elah baperan lu."
Alex masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju. Kaos hitam polos menjadi andalannya karena dapat menaikan ketampanannya yang standar. Jo merebahkan tubuhnya di atas kasur Alex seraya melancarkan rencananya "Lex, lu masih diem-dieman sama Budi?"
"Skip lah nggak usah bahas manusia bebal kek dia," jawab Alex menyisir rambutnya.
"Lu nggak kangen apa kita maen bertiga, masak gara-gara cewek doang kita jadi musuhan, nggak asik tahu nggak," timpal Jo.
Alex tak menjawab dan sibuk memakai pomade andalannya untuk menciptakan jambul katulistiwa badainya.
"Seberapa okenya sih si Sinta bisa bikin kalian perang gini," celetuk Jo memancing.
Seketika Alex membalikkan badan dan menghela napas. Seperti dugaan Jo, ia akan terpancing dengan kata-katanya.
"Sinta itu nngak ada okenya. Awalnya gue juga gitu sama kek Budi, merasa di cintai setengah mati, tapi aslinya dia cuman singgah tapi tak sungguh," jelas Alex.
"Terus kenapa lu nggak jelasin langsung aja ke Budi?" selidik Jo.
"Gue males. Nanti dikira gue yang nggak bisa move on dari tu cewek. Lagian emang si jembud percaya kalo gue cerita?" Alex kembali merapikan rambutnya.
"Iya juga sih. Oh jadi gitu permasalahannya," batin Jo sembari menggangguk-angguk.
"Iya gitu, terus apa lagi yang mau lu tahu nih," balas Alex.
"Lah lu kok denger suara hati gue?" Jo terkejut.
"Jangankan suara hati lo, kentut lo yang nggak ada suaranya aja gue tahu," jawab Alex.
Sebelum suasana menjadi lebih horor Jo memilih keluar kamar Alex dengan segera. Alex tertawa melihat tingkah Jo yang ketakutan. Padahal Alex hanya menebak isi kepala Jo yang tak sengaja benar.
Jo bergegas menyiapkan Joi didalam pet cargo. Segala keperluan Joi telah siap dibawa. Bak orang tua siaga Jo memastikan takada barang yang tertinggal satu pun.
"Udah pesen mobil lu?" tanya Alex memakai sepatunya.
"Udah, nih udah di depan keknya, lu bawa tas Joi ya," Jo melempar tas Joi yang berisi perlengkapan Joi selama Meet and Greet nanti.
Sedangkan Cilla telah berada di kafe tersebut bersama Alex dan Sinta. Meski mereka selalu menunjukan kemesraan, tetapi ada hal yang mengganjal dibenak Cilla. Ia tak melihat kemistri di antara Sinta dan saudaranya itu. Seperti kepura-puraan yang di tunjukkan Sinta padanya.
"Bang, udah nyampe aja?"Cilla menyapa mereka di meja paling ujung kafe.
"Eh iya nih, Sinta ngajak kesini duluan biar bisa bantu-bantu kamu," jawab Budi melirik Sinta.
"Iya nih, ada yang bisa kita bantu Cill?" Sinta menawarkan.
"Oh enggak kok udah di handle sama manager kafe sama kak Wanda, kalian santai aja disini ya, aku tinggal dulu," ujar Cilla.
Cilla berlalu pergi dari meja mereka. Di perhatikannya dari kejauhan betapa kepalsuan itu tercipta.
"Cill, Joi udah jalan belum?" tanya Wanda mengejutkan.
"Udah kok udah jalan Kak. Oh iya run down acara sama Kakak aja ya, aku mau temenin abang sama pacarnya," kata Cilla memberikan list rundown acara padanya.
"Loh nggak sama Jo?" tanyanya bingung.
"Mood dia lagi jelek, ntar acaranya berantakan kan nggak lucu hehe," jawab Cilla.
Tanpa menunggu jawaban Wanda, Cilla berlalu pergi. Sebelum itu ia memastikan seluruh sarana dan prasarana telah siap di tempatnya.
"Cilla!" teriak Jo dari pintu masuk.
Cilla melambaikan tangan dan segera menghampiri mereka. Beberapa fans Joi telah mengerubuti mereka bak artis korea. Dengan dibantu sekuriti akhirnya mereka sampai di back stage.
Dari ujung meja nampak Budi dan Sinta memerhatikan Alex dengan seksama.
"Udah gue duga lu ngejebak gue kan Sujono," bisik Alex pada Jo.
"Bukan gitu Lex, ini demi kalian demi kita," jelas Jo.
"Awas lu ya sempak polkadot," ancam Alex kembali.
"Ada apaan si?" Cilla menghampiri.
Seketika Jo membekap mulut Alex agar tak membocorkan rahasia celana dalam polkadotnya.
"Enggak bund, ini Alex mau muntah gegara AC mobil tadi pake pengharum jeruk Setela jadi dia eneg," sangkal Jo.
Jo segera membawa Alex ke toilet pria. Disana mereka melakukan kesepakatan agar rahasia Jo aman di tangannya.
"Oh jadi lu sama Cilla ngatur ini semua biar gue bisa baekan sama si jembud?" ujar Alex memastikan.
"Seenggaknya lu jelasin aja sama Budi kenapa, mau dia terima atau nggak itu urusan belakangan," jelas Jo.
"Duh makin sok kecakepan tuh cewek," gumam Alex.
"Udah lah kesampingin dulu ego lu Lex," pinta Jo.
"Oke gue ikutin permainan lo, tapi kalo tuh cewek makin menjadi gue nggak bisa jamin sempak polkadot lu aman ya," pungkas Alex. Ia berlalu meninggalkan Jo.
"Argghh sue, napa sih tuh sempak pake di bawa-bawa mulu sialan!" umpat Jo.
Acara berjalan lancar dipandu oleh Wanda. Cilla, Budi, dan Sinta berada disatu meja yang sama. Sedangkan Jo dan Alex memilih meja yang berjauhan dari mereka bertiga.
Sesekali Budi dan Alex saling mencuri pandang memerhatikan satu sama lain. Begitu pun dengan Sinta yang terlihat lebih centil dari biasanya. Hal itu tidak membuat Alex cemburu atau panas. Melainkan ia mual dan muak melihatnya. Jo selalu menenangkannya dengan mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.
"Lex liat itu cewek montok banget yak," ucap Jo memberi kode mata.
"Tiati lu pulang dari sini jomblo," jawab Alex melirikan matanya ke arah Cilla.
Cilla menatap tajam ke arah Jo penuh amarah. Seolah ia mengerti jika Jo tengah melirik wanita-wanita cantik disana. Takheran karena kebanyakan fans Joi adalah remaja perempuan yang gemas akan kucing.
Bersambung ...
Share this novel