KESURUPAN

Romantic Comedy Series 1256

Pukul sembilan malam Alex, Budi, dan Jo telah bersiap pulang. Berpisah dengan Cilla di persimpangan jalan. Tekad mereka mengusir Tejo sudah bulat. Tidak peduli lagi risiko apa yang mereka hadapi bila rencana ini gagal.
Sesampainya di depan kosan, mereka saling berjalan beriringan. Seraya memantau situasi sekitar memastikan Tejo ada di dalam. Jo berjalan paling depan disusul Alex dan Budi di belakang. Berjinjit kaki mereka memasuki rumah dengan perlahan.
Betapa terkejutnya mereka kala mendapati Tejo yang keluar dari arah dapur.

"Hah!" pekik Jo.

Kepalang tanggung akhirnya Jo memulai aksi kesurupannya. Ia mengejang-ngejang di atas lantai seraya memutar bola matanya. Kini Jo lebih mirip orang dengan penyakit ayan dibanding orang kesurupan.

"Loh Mas Jo kenapa ini!" ucap Tejo panik. Sedetik kemudian Alex dan Budi saling menatap. Mereka memberi kode masing-masing agar membantu usaha Jo.
"Astagfirullah Jo!" teriak Alex.
"Aih kau ni kan nonis," timpal Budi.
"Oh iya, Puji Tuhan Jo kenapa lu," ujar Alex kembali.
"Aih kenapa malah Puji Tuhan," protes Budi.

Tejo yang pusing mendengar perdebatan itu akhirnya menghentikan mereka. "Sudah bantu angkat Mas Jo ke kamarnya."
Jo dengan masih mengejang berusaha berakting semaksimal mungkin. Seraya mengerang agar menambah ketakutan pada Tejo.

"Aaarrgghhh mulih mulih," erang Jo.

Akting Jo hampir sempurna kala petir ikut menyambar ditengah malam gulita. Di atas kasurnya ia tetap menyebutkan kata 'mulih' yang berarti pulang. Berharap Tejo merespons setiap kata yang Jo sebutkan.

"Wah ini Jo kayaknya kesurupan Mas," ujar Budi menepuk bahu Tejo.
"Iya soalnya tadi sepanjang jalan pulang dia ngelamun terus loh, minta dianterin pulang ke tempat hantunya kali Mas," timpal Alex.

Tejo terdiam sejenak mencerna perkataan mereka. Ia menghela napas dalam sebelum memutuskan sesuatu. Sesaat kemudian ia beranjak dari duduknya. Berjalan keluar menuju dapur rumah. Alex dan Budi merasa berhasil kali ini. Mereka terkekeh melihat Tejo yang percaya begitu saja dengan akting Jo.

"Jo kita berhasil," bisik Alex.
"Iya jangan kejang-kejang terus, kagaa capek lu hah? Tejo juga udah keluar tuh," timpal Budi.

Jo tetap mengerang. Bola matanya berputar hingga menyisakan warna putih disana. Keringat dingin mulai mengucur di dahinya. Alex dan Budi masih saja memuji akting totalitas Jo. Tak berselang lama Tejo kembali dari dapur membawa bumbu-bumbu dapur di sebuah nampan. Seperti cabai, bawang-bawangan, dan garam.

"Mas, ini Jo kesurupan malah mau nyambel disini," protes Alex.
"Iya gimana sih, mana kurang terasi lagi nggak enak lah," timpal Budi. Tejo melirik ke arah mereka. Tatapan tajam seolah mengisyaratkan mereka untuk tetap diam.

Tejo menghampiri Jo yang masih mengejang di atas kasurnya. Ia mengambil segelas air putih di atas meja. Dengan memejamkan mata ia mulai merapalkan mantra pad air tersebut. Petir masih mengiringi kegiatan mereka disana. Menambah horor suasana mencekam malam itu. Selesai membacakan mantra, Tejo meminum sedikit air tersebut. Menyemburkan ke seluruh tubuh Jo dengan semangat.

"Bbuuaahhh."
"Aaaagggghhhh," erang Jo semakin kuat kala Tejo berulang kali menyemburkan air dari mulutnya.

Dirasa Jo mulai berhenti mengejang, Tejo pun berhenti menyemburkan air itu. Alex dan Budi saling menatap jijik satu sama lain. "Jo Jo, mandi jigong lu," celetuk Alex.
Jo mulai terpejam dengan tubuh lemas. Tejo menabur garam di sekeliling kasur Jo. Tak lupa mengoleskan bawang merang ke dahinya.

"Ayo keluar!" perintah Tejo pada Alex dan Budi. Dengan raut wajah bingung mereka mencoba menghalangi Tejo yang akan meninggalkan Jo tanpa tahu maksud mereka sebenarnya.
"Loh Mase itu Jo gimana? Bukannya minta dibalikin ke tempat hantunya, kok malah ditinggal?" tanya Alex.
"Iya lho nanti kalo hantunya dateng lagi gimana?" timpal Budi.

Tejo tidak menjawab dan tetap berjalan menuju dapur. Meletakkan sisa bumbu yang tidak terpakai. Alex dan Budi tetap mencecar pertanyaan hingga membuat Tejo geram. Ia membalikkan tubuh menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Kalian tahu nggak Mas Jo dalam bahaya gitu? Kenapa masih aja pulang tengah malam!" bentak Tejo.
"Lah biasanya juga aman kok nggak pulang," celetuk Alex.
"Mas Jo kesurupan penunggu pohon mangga tuh di perempatan jalan, untung bisa saya keluarkan," jelasnya.
"Hah? Kok bisa, kan kita cuman akting doang," ucap Budi.

Mendengar itu Alex memelototi Budi yang keceplosan akan rencana mereka. Raut wajah Tejo berubah merah. Lelaki paruh baya itu berjalan cepat menuju ruang tamu. Terduduk disana dengan kedua menyangga kepalanya.

"Jadi kalian main-main dengan hal kayak gini untuk coba ngusir saya?" hardik Tejo.
"Bukan gitu Mas, itu ide Jo," jawab Alex.
"Kalian tinggal bilang sama bapak mas Jo untuk nyuruh saya pulang aja jangan sampai nyawa mas Jo jadi taruhannya seperti ini," ujarnya.

Seketika perasaan bersalah itu menghantui mereka. Budi mencoba meminta maaf akan perbuatan mereka bertiga. "Mas maafkan kami ya," ucapnya seraya duduk disamping Tejo. Alex pun ikut duduk disebelahnya untuk meyakinkan Tejo bahwa mereka sangat menyesal dengan kejadian ini.

"Mas tolong sembuhin Jo dulu jangan pulang ya," timpal Alex.
"Oke sekarang kalian masuk ke kamar masing-masing dan segera tidur. Jangan lupa baca doa karena kuntilanak itu masih berkeliaran dirumah ini," jelasnya.

Alex dan Budi mengangguk bersamaan. Mereka saling bergandeng tangan menuju kamar masing-masing. Sedangkan Tejo menuju kamar Jo memastikan keadaannya. Jo masih terbaring disana dengan napas yang mulai rileks.

"Hey udah bangun jangan ekting," ucap Tejo mengguncang tubuhnya.
"Aduh kepalaku masih pusing aaahhh," Jo memegangi dahinya yang berlumur bawang merah.

Tejo di kursi sebelah kasurnya. Menatap puas ke arah Jo. Kini Jo duduk bersandar dinding kamarnya. Mencoba menyadarkan diri atas apa yang telah terjadi padanya. "Aku kenapa ini?"
"Gimana semburan saya Mas? Mantep kan?" Tejo menyeringai.

Jo mengendus-endus seluruh tubuhnya. Merasakan bau tak sedap berasal dari sana. Ia hampir muntah kala mencium badan basahnya. Seketika Tejo terkekeh melihatnya.

"Makanya jangan coba-coba ngerjain saya, jadi kena batunya kan hahaha," Tejo berlalu pergi meninggalkan Jo.
"Hhuueekkk ... kurang ajar Tejo, gue inget sekarang nih dia tadi nyembur gue sampe badan gue kayak abis kecemplung got gini," gerutu Jo.

Jo tersadar dan segera mandi untuk menghilangkan bau tak sedap itu. Ternyata Tejo telah membalas rencana mereka untuk membuatnya ketakutan. Sebenarnya Jo tidak benar-benar kesurupan, tapi Tejo memanfaatkannya untuk memberi mereka sedikit pelajaran. Mengenai Jo yang pingsan setelah disembur oleh Tejo, itu karena bau mulut Tejo yang bercampur air sangat menyengat hidung Jo hingga membuatnya pingsan.
Malam itu satu-satunya orang yang berhasil mengerjai adalah Tejo. Alex dan Budi segera memejamkan mata untuk mengusir ketakutan mereka akan ucapan Tejo.

Bersambung ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience