KENYATAAN

Romantic Comedy Series 1256

"Beb kamu harus percaya sama aku, dia itu punya pacar dan kamu jangan mau lah sama dia," jelas Cilla.
"Kamu kalau nggak suka sama orang jangan menyimpulkan hal yang belum tentu benar," jawab Jo berlalu.
"Tapi beneran aku denger sendiri dia akrab di telpon sama cowok, masa kamu nggak percaya sama aku sih," jelas Cilla dengan nada tinggi.
"Stop! Sekarang kamu siap-siap kita ada pertemuan di pesantren sama bapak juga," ucap Jo mengakhiri percakapan.

Sore itu di pematang sawah mereka berdebat. Cilla dengan tegas menentang Sari selaku wanita yang dijodohkan bapaknya pada Jo. Pasalnya beberapa hari ini ia mendapati Sari berbincang dengan seseorang yang ia curigai adalah kekasihnya. Maka dari itu Cilla sangat marah saat Jo tidak memercayai dirinya.
Malam ini adalah malam terakhir mereka berada di kampung halaman Jo. Petang ini akan ada acara syukuran kecil-kecilan sekaligus mendoakan Jo agar dilancarkan segala urusannya. Terutama dapat segera menyelesaikan kuliahnya di kota.
Menggunakan tudung putih yang disampirkan, Cilla terlihat anggun malam ini. Tak nampak perbedaan kepercayaan itu darinya. Jo terpukai menatap Cilla. Meski wajahnya masih murung akibat prrdebatan mereka tadi sore.

"Semoga acara doa bersama malam ini dapat memberikan berkah pada kita semua ...."
"Aminnn ..." seru para santri.

Acara doa bersama di akhiri dengan memakan tumpeng buatan Sari. Sebagai pengurus sekaligus penerus pesantren abahnya, Sari lah yang bertanggung jawab di setiap acara. Saat tengah sibuk menyantap hidangan, Cilla menangkap basah Jo tengah beradu pandang dengan Sari. Hatinya panas bak direbus. Cilla memutuskan pamit lebih dulu untuk pulang.

"Cill mau kemana?" tanya Budi yang sibuk memakan paha ayam di tangannya.
"Pulang!" jawabnya ketus.
"Jo, itu susulin," perintah Alex memandang Jo.
"Udah biarin," jawab Jo santai.

Dengan langkah yang kesal Cilla berjalan pulang. Jalanan yang gelap seketika menciutkan nyalinya. Meski sedang merasa kesal, ia tetap takut untuk melalui pematang sawah sendirian. "Ya Tuhan, napa gini amat sih idup gue," tangis Cilla mulai terdengar. Ia membalikkan tubuhnya untuk kembali ke pesantren. Betapa terkejutnya saat melihat sesosok wanita berdiri tepat di tengah kegelapan.

"Hhhaaa ...!" teriaknya memekik telinga.
"Hei ini aku Sari," ujarnya memeluk Cilla yang tengah ketakutan.
"Astaga lu napa sih ngagetin gue!" bentak Cilla.
"Kamu yang kenapa, kenapa tiba-tiba pulang padahal acaranya belum selesai," ucap Sari terkekeh.
"Freak lu!"

Cilla yang kesal memilih untuk pergi. Ia berjalan menyusuri pamatang sawah yang gelap. Bermodalkan flash ponselnya ia berjalan cepat. Sari pun mengikutinya dari belakang. Cilla berhenti tepat di tengah-tengah sawah. Ia berbalik badan dalam keadaan menangis.

"Lu kenapa sih ngeselin jadi cewek! Lu nggak cukup satu cowok apa? Jangan lu nyakitin Jo, gue benci sama lu!" tangisnya pecah. Sari terdiam. Ia tak menyangka perbuatannya membuat Cilla sekesal ini.
"Cill maaf, ini nggak seperti yang kamu pikirin," sangkal Sari.
"Apa kalo bukan yang gue pikirin hah? Ada yang bisa lu jelasin hah? Lu tahu dari awal gue pacarnya Jo, kenapa lu dateng seolang ngasih harapan ke dia kalo lu udah punya cowok?" bentak Cilla terisak-isak.

Suasana menjadi mencekam. Bukan hanya karena kegelapan, tapi karena Cilla benar-benar menangis menumpahkan segala sedihnya. Dari kejauhan Jo, Alex, dan Budi bersembunyi dibalik semak-semak. Memerhatikan perdebatan antara dua wanita.

"Jo lu pake ajian apaan sih, mereka sampe segitunya ngerebutin elu," celetuk Alex.
"Meski tampang kalah jauh dari gue, tapi Jo punya sesuatu yang nggak semua cowok punya," timpal Budi.

Mereka masih memerhatikan Cilla yang masih terisak oleh kenyataan yang diucap Sari. Hingga Cilla terduduk di pematang sawah dengan menutup wajah menggunakan kedua tangannya.

"Cilla, aku nggak pernah mau perjodohan ini terjadi. Justru aku mau bantuin kamu supaya bisa diterima oleh bapak mas Jo," jelas Sari.
"Kalo lo nggak mau, kenapa lo nggak nolak," jawab Cilla masih menutup wajahnya.
"Karena mas Jo mau lihat keseriusan kamu, sekarang buka mata kamu," seru Sari.

Perlahan ia membuka kedua tangan yang membekap wajahnya. Kini di hadapannya telah berdiri sosok Jo dengan senyum khasnya. Ia mengulurkan tangannya pada Cilla. Semakin gadis itu bingung dengan semua yang terjadi kini. Ia berdiri dengan genggaman tangan Jo. Secepat kilat Jo mendekap gadis itu dalam peluknya.

"Jo milik kamu Cilla," ucap Sari menatap Cilla dari balik tubuh Jo.
"Ta ... tapi cowok itu yang tel ... pon kamu?"
"Itu orangnya ada di depan kamu," jawab Sari.

Jo menyeringai puas. Ia mengusap air mata Cilla dengan kasih sayangnya. "Hhuuaaaa ...!" tangis Cilla makin menggema oleh perlakuan Jo. Ia memukuli dada Jo dengan gemas. Tak menyangka jika semua ini hanyalah permainan Jo untuk menguji cintanya.

"Maaf ya, tapi makasih kamu udah mau jujur sama diri sendiri bund, kini aku yakin kalo kamu beneran sayang," ucap Jo mengusap rambut Cilla.
"Selanjutnya silahkan kalian berdua ya," sahut Sari tersenyum.
"Sari, maafin gue," Cilla memeluk erat Sari.
"Iya, aku maafin kok, udah ah jangan nangis, 'kan besok mau pulang," jawab Sari.

"Hhaaa mau kayak gitu Bud," Alex spontan memeluk Budi.
"Amit amit, sadar woi gue masih normal," jawab Budi mendorong tubuh Alex.

Akhirnya malam itu berakhir dengan haru. Kisah cinta Jo dan Cilla masih terjalin meski belum sepenuhnya mendapat restu bapak Jo. Meski begitu mereka tetap meyakinkan dengan akan menyelesaikan kuliah masing-masing terlebih dahulu. Bapak pun setuju dengan niat baik putra semata wayangnya. Ditambah lagi Cilla selalu menjadi pengaruh baik bagi anaknya. Hanya saja perbedaan keyakinan masih sangat mengganjal untuk hubungan mereka.

~~°°~~

"Pak, Jo pamit dulu ya. Jaga kesehatan dan jangan bandel soal makanan. Dengerin kata Tejo Pak, biar sehat terus," pesan Jo saat akan pulang.
"Iya, kamu juga harus janji tahun depan udah wisuda ya. Satu lagi, Cilla Bapak nitip Jo, kalau dia macem-macem lapor Bapak ya," jelas Bapak.
"Siap Pak, Cilla akan jaga 24 kali tujuh," sahut Cilla memberi hormat.
"Sar, aku nitip Bapak ya, kasih menu sehat aja tiap hari sama jamu," ucap Jo pada Sari.
"Siap Mas."

Perpisahan berlangsung dengan haru. Mereka melambaikan tangan bersamaan dengan mobil yang melaju pelan. Terlihat tangis bahagia menghantarkan kepergian mereka. Jo berada di bangku depan bersama Budi sebagai supir. Sedang Cilla dan Alex berada di kursi belakang. Saat mobil telah keluar dari kampungnya serentak mereka bersorak.

"Woohhoooo yeaayyy bebaaaassss ...!"
"Lanjut nih gas kita healing?" tanya Budi.
"Gggaaaasssss!" jawab mereka bersamaan.

Bersambung ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience