CURIGA CILLA

Romantic Comedy Series 1256

"Assalamualaikum," ucap Sari memberi salam.
"Walaikumsalam, eh calon mantu Bapak pagi-pagi udah kesini, ada apa nak?" tanya Bapak.
"Ini Pak, saya mau siapin sarapan buat Bapak sama mas Jo sekalian temen-temennya, saya siapin dulu ke belakang ya Pak," ujarnya seraya menenteng dua rantang besar di tangannya.
"Waduh repot-repot aja, makasih ya nduk," jawab Bapak.

Pagi yang cerah membawa Sari dalam bahagia. Gadis itu berjalan menuju dapur dan melewati tiga kamar di kanan kirinya. Masih terdengar dengkuran keras dari arah kamar Jo. Ia tersenyum seraya memindahkan beberapa lauk yang ia siapkan sebelumnya.

Cekrek

"Hai Cilla, baru bangun?" sapa Sari saat melihat Cilla keluar dari kamarnya.
"Hmm," jawabnya dengan tatapan sinis. Ia menuju kamar mandi tepat di belakang Sari. Setelah mencuci muka ia menghampiri meja makan dan duduk disana. Sari menatapnya dengan senyum tipis di ujung bibirnya. Seolah tengah menelisik sesuatu dari Cilla.
"Kenapa?" tanya Cilla saat menyadarinya. Sari hanya menggelengkan kepala tanpa menjawab apa-apa.

Ting

Sebuah notifikasi pesan masuk pada ponsel Sari. Dibukanya pesan itu dengan tawa kecil olehnya. Cilla yang melihatnya merasa heran sekaligus bingung. Sari menjauh darinya untuk mengankat panggilan yang masuk baru saja.

"Hahaha ... iya Mas, nanti kabarin lagi ya, aku lagi di rumah mas Jono nggak enak, assalamualaikum," pungkasnya. Cilla yang mendengar itu seketika berfikir yang macam-macam. Apakah mungkin Sari memiliki seseorang lain padahal sudah dijodohkan dengan Jo?
"Cilla, kamu mau makan masakan aku nggak?" kejut Sari saat kembali ke meja makan.
"Nggak, gue belum laper," Cilla bangkit dari duduknya membawa segelas teh manis di tangan.

Tap tap tap

Langkahnya terburu-buru. Ia merangsek masuk ke kamar Alex dab Budi untuk mengabari mereka atas apa yang di dengarnya barusan. Budi yang memang sudah bangun lebih dulu terlihat tengah sibuk bermalas-malasan dengan ponselnya.
"Bang, kayaknya si Sari itu cuman mau manfaatin Jo deh, tadi aku denger dia telponan sama cowok loh, terus karena takut ketahuan jadi dia matiin," cerocos Cilla.
"Cemburu boleh Cill, tapi jangan fitnah orang sembarangan. Belum tentu yang kamu denger sesuai dengan fakta yang sebenarnya," jawab Budi.
"Ih ini buka fitnah, aku cewek Bang, aku tahu gimana cewek jatuh cinta," jelas Cilla.
"Oke kalo emang bener kata kamu, sekarang kamu mau ngapain? Bilang ke bapaknya Jo kalo Sari selingkuh? Emang dia percaya?" Cilla terdiam. Ia segera pergi meninggalkan kamar Budi dengan kekesalan.

"Pokonya aku harus cari tahu tentang si Sari itu!" batin Cilla.
"Loh kok balik lagi?" tanya Sari heran.
"Udah laper sekarang mau sarapan," jawabnya.

Sari mengambilkan makanan untuknya. Cilla mencoba mengakrabkan diri dengan Sari yang masih saja tersenyum simpul sepanjang obrolan. Perlahan ia mengumpulkan bukti bahwa benar jika Sari memang bukan wanita terbaik untuk Jo.
Hari itu Cilla mencoba mendekati Sari. Dari membantunya memasak, menyapu halaman hingga mengurus pesantren milik ayahnya.

"Hari ini sepertinya tugasku udah beres, kamu mau pulang apa nginep di ruamah ku?" tanya Sari yang tengah sibuk membereskan buku laporan di mejanya.
"Iya boleh aku nginep aja," jawab Cilla semangat.
"Tapi aku pulangnya malem, mau ngaji dulu di surau, takutnya kamu bosen nunggu sendirian mending di rumah mas Jono aja. Lagian seharian ini kamu udah sama aku loh, enggak kangen emang sama yang disana?" tanya Sari sedikit meledek.

Cilla semakin curiga atas ucapan Sari. Ia merasa jika Sari ingin menutupi perselingkuhannya dengan menyuruh Cilla pergi. Tetapi karena memang hari itu ia sangat lelah maka Cilla memutuskan pulang ke rumah Jo. Sebelum pergi samar-samar ia mendengar percakapan Sari dari samping kamarnya.

"Iya, udah pulang barusan hihihi, ya udah sana mandi dulu mas, kamu pasti bau belum mandi," ucap Sari.
"Wah bener nih nggak beres tuh cewek," batin Sari.

Di tengah rasa menggebunya untuk melaporkan hal ini pada Jo, sampai-sampai ia tak melihat sebuah batu besar menghalangi jalan. "Aduh!" pekiknya saat terjatuh. Lututnya sedikit berdarah oleh sandungan itu. Rasa perih menemaninya hingga sampai di depan rumah Jo.

"Cill, dari mana aja sih seharian nggak pulang," celetuk Budi.
"Abis nyari dragon ball ke tujuh," jawabnya.
"Tuh lutut kenapa diwarnain gitu?" Budi memegang lutut Cilla.
"Aww sakit ege jangan di pegang," Cilla menampar tangan Budi.
"Hei bund, baru pulang? Gimana hari ini eksplorasinya?" Jo keluar rumah dengan handuk di kepalanya.

Melihat Jo selesai mandi, ia teringat akan ucapan Sari dalam teleponnya tadi. Ingin sekali rasanya membeberkan apa yang ia lihat dan dengar seharian ini. Namun, Alex dan Budi yang masih berada disana membuatnya mengurungkan niat tersebut.
Malam mulai tiba. Lagi-lagi bapak Jo memberikan nasehat untuk mereka. Bagaimana harus menjadi pemuda penerus bangsa hingga menyelesaikan segera kuliah mereka.

"Pokoknya kalian harus banggakan kedua orang tua kalian, cepet selesaikan kuliah biar nggak lama menikahnya," ujarnya.
"Masalahnya belum ada calon Pak, nikah muda sih mau mau aja," jawab Alex.
"Cari calon juga harus sesuai lingkungan lho ya, kalau kamu mainnya di pasar ya dapet jodoh di pasar, kalau kamu mainnya di pesantren ya dapetnya santri," jelas Bapak Jo.
"Berarti kalau kita mainnya di kampus dapetnya temen kampus juga dong Pak?" tanya Jo.
"Ya usahakan sekarang mainnya ke pesantren aja, jadi dapetnya santriwati kayak Sari," jawabnya di akhiri dengan tawa.

Jo memasang wajah sinis ke arah bapaknya. Berbeda dengan Cilla yang memperlihatkan wajah sedih. Seperti tidak ada harapan lagi hubungan mereka dilanjutkan. Apalagi kini Cilla takut jika Jo akan kecewa saat mengetahui Sari bukan wanita baik untuknya.
Selesai makan mereka kembali ke teras rumah untul mengobrol. Lusa mereka harus kembali lagi ke kota untuk meneruskan perkuliahan. Jo duduk di ujung bale membawa sebuah gitar di tangannya. Skill Jo dalam bernyanyi memang tidaklah sebagus Budi. Namun, memainkan gitar adalah salah satu keahlian terpendamnya.

"Mau request apa bund?" tanya Jo.
"Aku bukan jodohnya," jawabnya tanpa melirik.
"Aku jodohnya aja ya, oke gas Bud."

Jreng

"Heh gimana lagu aku jodohnya woi!" protes Budi.
"Yang gini tuh, jodohku maunya ku dirimu ...."
"Jauh bener judulnya," gumam Budi.

Alunan gitar dipadu dengan suara merdu Budi membuat suasana semakin syahdu. Cilla hanyut dalam lirik yang dinyanyikan Budi. Seolah mewakili tiap perasaan yang mengalir diantara mereka.
Namun, berbeda dengan Alex yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Seperti ada sesuatu yang tengah disembunyikannya.
"Lex, lu kenapa? Kalah judi ya?" tanya Budi.
"Emak gue minta cucu," jawabnya lesu.
"Tinggal kasih lah, sering bikin kan lu?" timpal Budi.
"Sembarangan tu bacot!"

Bersambung ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience