PESONA TAMPAN

Romantic Comedy Series 1256

"Jo!!!! Bangun udah siang, lu gimana sih bukannya ada ujian hari ini?" Budi mengguncang tubuh Jo.
"Hah ujian apaan? Idup gue udah penuh ujian, ujian yang mana lagi," Jo masih tengkurap di atas kasurnya.
"Hari ini lu UTS kan Bambang, please lah Jo jangan bikin gue nyesel restuin lo jadi pacar Cilla, ya kali lu masa depannya suram gini mau jadi suami ntar," Budi semakin menyeramahi Jo.

Jo yang tidak tahan dengan pidato Budi akhirnya bangun juga dari tempat tidurnya. Dengan semangat yang pas-pasan ia segera menuju ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka tanpa mandi tentunya. Bagi Jo parfum sudah menjadi penyelamat hidup setidaknya untuk seharian.

Selesai dengan kegiatannya membersihkan diri, Jo pun tak lupa mengecek Joi yang tengah santai di kandangnya.

"Joi, papa Jo kuliah dulu ya, nanti siang bunda Cilla urusin kamu dan anak-anakmu," ujar Jo mengelus Joi.
"Buruan Sujono, lu mau gue tinggalin nih!" teriak Budi.

Meski jarak kampus tidak terlalu jauh, namun Budi selalu mengendarai motornya untuk kuliah. Bukan tanpa sebab, pasalnya jika ia berangkat dengan jalan kaki tidak sedikit kaum hawa menggodanya. Pesonanya yang tampan membuat banyak mata berbinar saat menatapnya. Berbeda halnya dengan Jo yang selalu membuat pemandangan segar pagi menjadi tidak bersemangat.

"Eh Bud, nanti kalo Cilla udah di kos kasih tau buat setelin musik klasik ke Joi dan anak-anaknya yah, hari ini jadwal Joi kmis santai," ujar Jo menepuk bahu Budi.
"Hm," jawab Budi.

Jo dan Cilla selalu merawat Joi dan tujuh anaknya dengan penuh kasih sayang. Mereka selalu memerhatikan perkembangan Joy dan anak-anaknya hampir 24 jam. Hal itu kadang membuat Budi bahkan Alex menjadi kesal. Karena tak jarang Jo rela hanya makan mi instan demi membelikan makanan yang bernutrisi tinggi untuk Joi. Sama halnya dengan Cilla yang merasa bahwa Joi adalah anaknya bersama Jo.

"Wow dah rame aja nih kelas kek mau antri bansos," gumam Jo.
"Jono!" teriak seseorang dari arah ujung kelas.
"Wei Samsul," jawab Jo menghampirinya.
"Sujono lu kalo manggil jangan nama lengkap dong, panggil gue Sam," ujarnya.
"Halah sama aja, weh tumben nih rapi mau magang di pom mana?" ledek Jo.
"Kampret lu,"

Mereka pun masih sempat bercanda sebelum ujian di mulai pagi itu. Sam yang notabene teman Jo sejak SMP memang sangat akrab. Terlebih saat kuliah pun mereka bisa satu kelas bahkan tak jarang mereka duduk sebangku.

Hampir satu setengh jam ujian berlangsung akhirnya selesai. Semua wajah mahasiswa terlihat sangat lega dan beberapa masih ada yang tegang karena kesulitan mata kuliah yang tengah di ujikan. Namun itu tak berlaku bagi Jo. Dalam keadaan apapun ekspresi wajahnya tetaplah sama.

"Jo, bisa nggak tadi?" tanya Sam saat mereka tengah berjalan keluar ruangan.
"Menurut gue sih bisa, tapi kan pendapat orang beda-beda yak, menurut gue bener belum tentu menurut dosen bener juga, ya kita pasrahkan saja lah sama yang maha kuasa," jawab Jo.
"Kalo nih mata kuliah dapet D, lu harus ngulang lagi tahun depan Jo," ujar Sam.
"Emang lu bakalan dapet apa? Biasanya juga nasib kita sama," jawab Jo.
"Hahaha iya juga sih, gue duluan yak mo maen PS," Sam berlalu meninggalkan Jo.

Jo yang berjalan santai menuju ke kosannya dikejutkan oleh notifikasi ponselnya.

Aiyaiya... Aiyaya ...

[Halo, kenapa Cill]
[Gimana ujiannya? Bisa?]
[Bisa bisa, cuman empat yang nggak bisa]
[Wah keren papa Jo, dari berapa soal?]
[Esay 5]

Seketika Cilla mematikan panggilannya. Jo yang bingung hanya menyakukan kembali ponselnya. Ia segera pulang ke kosan untuk merelaksasi pikirannya setelah ujian tadi.

"Weh Papa Jo udah pulang sekola, gimana tadi ujiannya?" tanya Alex.
"Allhamdulillah lancar," jawabnya.

Jo segera menuju ke kandang Joi untuk memastikan keadaannya. Di depan kandang ternyata sudah ada Cilla yang tengah mengelap anak kucing Joi dengan tisu basahnya.

"Bund, lagi apa?" tanya Jo.
"Mau bikin sambel matah anak kucing," jawabnya.

Jo yang mengerti bahwa Cilla tengah marah padanya hanya bisa diam. Ia tak berani mendebat ucapan Cilla karena sangat berbahaya untuk kelangsungan hidup Joi dan anak-anaknya.
Cilla melirik tajam ke arah Jo. Seolah ia tahu bagaimana cara memarahi Jo dengan lirikannya saja.

"Maaf bund, emang tadi susah soalnya, coba pilihan ganda kan masih bisa cap cip cup, lah ini essay semua ya jadinya mengarang bebas," jelas Jo.

Cilla menarik napas panjang tanda kesalnya yang tak tertahan. Ia merapikan kembali alat-alat pembersih Joi dan anak-anaknya. Cilla berjalan menuju kamar Jo. Terlihat Cilla mengambil sesuatu dari dalam kamar Jo.

"Ini apa? Kamu nggak belajar malah main game terus kan," Cilla menunjukkan kaset video game milik Jo.
"Bund itu cuma intermezo kok, Papa Jo belajar juga abis maen," sangkal Jo.
"Kalo belajar kenapa nggak bisa ngerjain essay nya?" tanya Cilla.

Jo tidak bisa menjawab dan hanya tertunduk mengakui kesalahannya. Cilla membawa kaset tersebut untuk ia sita.

"Loh kok diem aja, ini aku sita loh," ucap Cilla.
"Ya mau gimana lagi, kan emang salah aku bund," jawab Jo.
"Oke aku pulang," ucap Cilla.

Cilla yang kesal akhirnya pergi meninggalkan Jo yang masih termenung didepan kamarnya. Tak lupa ia membawa kaset video game Jo.

"Wuidih kok lu nggak berusaha merebut kembali harta lu yang paling berharga itu Jo," ucap Alex.
"Lah ngapain, itu kan isinya kaset dangdut udah gue tukerin juga isinya hahaha," jawab Jo.

Alex hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Jo. Ternyata selama ini kumoulan kaset video gamenya telah di amankan di tempat yang tak mungki ditemukan oleh Cilla.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Malam kian larut, Jo dan Alex masih sibuk dengan permainan kartu mereka di ruang tamu. Ditengah pemainan mereka Budi datang dengan tampang lusuhnya.

"Bud dari mana aja sampe malem gini?" tanya Alex.

Budi merebahkan badannya di atas sofa. Tatapannya kosong menghadap langit-langit rumah. Bak tengah kehilangan semangat ia menarik napas dalam.

"Gue abis ketemu cewek yang gue cari selama ini guys," ucapnya.
"Emang lo nyari yang kek mana, semua model cewek perasaan bisa lo dapetin Bud," ujar Alex.
"Nah yang ini beda, gue suka yang model-model cuek tapi ahhh pokoknya bikin gemes," jawab Budi.

Budi tersenyum membayangkan gadis pujaannya tersebut. Alex dan Jo yang melihatnya hanya saling tatap dan mengangkat bahu masing-masing.
Budi menceritakan kronologi pertemuannya dengan gadis pujaannya itu. Gadis itu bernama Sinta. Mahasiswi jurusan Seni itu telah berhasil merebut hati Budi dengan sekali tatapannya. Selama ia berkuliah belum ada satu wanita pun yang mampu membuatnya tergila-gila seperti saat ini.
Alex dan Jo mengambil posisi duduk di dekat Budi yang tengah bercerita. Mirip sekali seperti majikan dan tuannya.

"Jadi tadi pas gue lagi nyari buku buat tugas gue di perpus, gue ketemu dia…"

POV Budi

"Duh mana sih bukunya," gumam Budi di lorong rak buku perpustakaan.
"Mas nyari buku apa?" tanya Sinta dari sebrang rak buku.

Tatapan mata bulat itu seketika menghipnotis Budi hingga tak mampu bergerak. Tubuhnya bak terpaku saat gadis itu berbicara padanya.

"Halo Mas," panggilnya.
"Eh iya iya, ini mm anu mau cari buku paranormal," jawab Budi gugup.
"Hah paranormal, salah tempat Mas nyarinya ke pasar setan aja jangan di perpus kampus," ucap Sinta meninggalkan Budi.
"Eh bu... bukan paranormal maksudnya paradigma aduh mbak," jelas Budi.
"Ssstttt Mas jangan berisik dong ini di perpus bukan pasar," gerutu pengunjung perpustakaan lainnya.
"Maaf maaf,"

Budi segera menyusul Sinta yang kini telah keluar dari perpustaak tersebut.

"Hei kamu, iya kamu," ujar Budi berjalan disebelahnya.
"Kenapa Mas, udah nemu buku paranormalnya?" tanya Sinta meledek.
"Enggak nggak nemu, aku Budi kamu?" Budi menugulurkan tangannya.
"Sinta," jawabnya tanpa menjabat tangan Budi.

Sinta berjalan meninggalkan Budi yang masih termenung akan pesona cantik gadis tersebut. Setelan sederhananya menarik perhatian Budi untuk mengejarnya. Selama ini semua model wanita yang mendekatinya tak ada yang secuek seperti Sinta. Itu yang membuatnya penasaran dan ingin sekali mengenalnya lebih dalam.
~~~~~~~~~~~

"Nah gitu ceritanya," ucap Budi.
"Wah pasti dia seleranya lebih tinggi dari lu Bud," timpal Alex.
"Kalo nggak dia sebenernya suka juga sama lo tapi dia gengsi," celetuk Jo.
"Lah tumben otak lo jalan urusan cinta begini Jo," ucap Alex.
"Kalian harus bantuin gue dapetin Sinta ya guys," ujar Budi.

Bersambung…

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience