RENCANA ABJ

Romantic Comedy Series 1256

Kehadiran Tejo dikosan ABJ membuat penghuninya tidak tenang. Pasalnya apa pun yang mereka lakukan sekarang harus melalui persetujuannya. Bukan hal aneh bagi Jo yang memiliki seorang bapak dengan watak tegas dan disiplinnya. Maka dari itu beliau menganggap Alex dan Budi adalah anaknya sama seperti Jo.

"Bangun! Sudah pagi bangun ...!"

Teriak Tejo menggunakan pengeras suara untuk membangunkan Jo dan Alex. Sedangkan Budi telah bangun lebih dulu untuk mmenyiapkan sarapan seperti biasanya.

"Astaga, kita tinggal di Indonesia udah kayak di barak tentara Israel aja," gerutu Alex menutup telinga menggunakan bantalnya.

Sedangkan Jo keluar kamar dengan kantuk luar biasa. Berjalan gontai menuju dapur. Nampak Budi menyeringai puas melihat kinerja Tejo menggantikannya membangunkan Alex dan Jo.

"Wah ada bagusnya juga si Tejo disini, bisa gantiin tugas gue bangunin kalian," celetuknya.
"Iya biar lu seneng dah," jawab Jo.

Jo duduk di kursinya. Menu sarapan pagi ini adalah roti panggang dengan bermacam selai diatas meja. Di ambilnya selembar roti panggang dengan selai coklat kesukaannya.

"Mas Budi saya tak mandi dulu sisain roti bakarnya buat saya ya," ucap Tejo pada Budi.
"Siap Mas," jawab Budi mengcungkan jempolnya.

Sesaat kemudian Jo merasa sedikit keberatan atas perlakuan Budi pada Tejo. Bisa-bisanya ia bersikap baik pada Tejo yang jelas-jelas mempersulit mereka dengan aturan-aturan ala tentaranya itu.

"Kayaknya mending lu aja yang jadi anak bapak gue Bud," celetuk Jo.
"Oh tidak bisa, gen-nya beda bro," jawabnya cekikikan.
"Pasti ada maksud terselubung nih, bapak gue ngirimin Tejo kesini," ujar Jo seraya mengunyah rotinya.
"Paling juga lu mau di kawinin di sana, " Timpal Budi sedikit tertawa.
"Oke kalau gitu kita harus mengadakan rapat tertutup, " ucap Jo Seraya memakan roti panggangnya.

Jo mengatur jadwal agar dapat mengadakan rapat bersama tanpa diketahui Tejo. Tak lupa dia mengajak Cila bersamanya. Waktu terbaik untuk menghindari Tejo adalah saat mereka pergi kuliah. Mereka mengatur siasat untuk pulang terlambat hari ini.

~~~~~~~~~~

Tampang serius bak mafia tengah berkumpul dimarkas bedsar mereka. Jo mengebakan kupluk hitam mirip maling komplek berkeliaran. Budi dengan kemeja putih persis seles panci. Terakhir Alex dengan hoodie andalannya bak anak boy band sepi job manggung.

"Udah udah serius amat tuh muka, sekarang gimana nih biar si Tejo balik ke kampung lo," ketus Alex mengawali obrolan.
"Nah gue juga lagi mikirin hal itu, gimana caranya bikin Tejo balik terus nggak ngatur kita lagi," pikir Jo.
"Gue sih malah seneng ada doi, bisa bantuin gue masak, bangunin kalian, terus bersih-bersih rumah ..." Budi menghentikan ucapannya kala Alex dan Jo memeolotinya.

Mereka kembali terdiam mencari jalan keluar masing-masing. Dari kejauhan Cilla berjalan cepat menuju meja mereka. Di kafe tersebut tidak banyak pengunjung seperti biasanya. Sengaja Jo memilih kafe itu sebagai base camp mereka yang baru. Selain Tejo tidak akan menemukannya, sudah pasti harganya terjangkau bagi kaum mahasiswa pas-pasan seperti mereka.

"Hey sorry gue telat, tadi ada kelas," ucap Cilla duduk disebelah Jo.
"Nggak papa bund, aku tetap setia menunggumu sampai memutih rambutku," timpal Jo.
"Kacang kacang permen," sahut Alex membuang muka.
"Jadi gimana udah nemuin cara buat ngusir Tejo?" tanya Cilla antusias.
"Belum," jawab mereka bertiga kompak.

Sejenak mereka berpikir bersama. Secangkir kopi menemani hari yang mulai menenggelamkan fajarnya. Setiap ide yang keluar tidak lantas menjadi kesepakatan bersama. Putus asa hampir terjadi saat Jo mengatakan bahwa Tejo memiliki kuasa penuh atas dirinya. Tak lain Tejo adalah kaki tangan bapaknya.

"Aha! Gimana kalau kita bikin dia nggak betah aja dirumah? Pasti dia balik sendiri tanpa kita usir," usul Cilla.
"Not bad sih, urusan ngerjain orang sih gue jagonya," timpal Alex.
"Lu gimana Bud?" tanya Jo melirik ke arah Budi.
"Gue sih nggak setuju, tapi itu rencana paling masuk akal sejauh ini," jawabnya.
"Oke sekarang kita bagi tugas aja, Abang bikin kacau di pagi hari, terus Ka Alex bawa aja cewek ke kosan, terus ayang mm ... pura-pura kesurupan aja biar kesannya dikosan itu horor terus dia nggak betah pulang deh," jelas Cilla.

Rencana itu terdengar masuk akal bagi mereka bertiga. Akhirnya disepakati untuk mereka laksanakan esok hari. Dengan penuh optimis mereka yakin berhasil menyingkirkan Tejo dari rumah mereka. Setelah dirasa rencana mereka akan berhasil, kini saatnya merayakan dengan berpesta ala kadarnya.

"Oke untuk kesuksesan kita, gue traktir kalian koke koke di Fista Sista tiga jam," ucap Jo bersemangat.
"Yeeee!!!!!!"

Jo mengajak mereka berkaraoke hingga malam. Tentu saja mereka tidak menolaknya. Meski tampangnya pas-pasan, tapi untuk urusan uang Jo paling royal diantara mereka. Pikir Jo ini bisa menjadi salah satu awalan untuk melancarkan aksi mereka pada Tejo.
Pukul sebelas malam mereka bertiga pulang bersamaan. Meski hanya Alex yang mabuk, tetapi Budi dan Jo pasti terkena imbasnya pula oleh Tejo.

"Dari mana bujang jam segini baru pulang?" tanya Tejo berdiri tepat didepan ruang tamu. Berkacak pinggang bak orangtua yang bersiap memarahi anak-anaknya.
"Abis karaokean nih si Alex tepar," sahut Jo.
"Oke kalian berdua masuk kamar bersih-bersih terus tidur, besok pagi kuliah pagi," ujar Tejo meraih tubuh Alex.

Mereka menurut saja dan masuk ke dalam kamar masing-masing. Menyisakan Alex yang masih terpejam menahan mabuknya. Tejo membopongnya ke dapur. Entah apa yang akan ia lakukan pada Alex yang masih tidak sadar.

~~~~~~~

Pagi menjelang dan kini tugas Budi melancarkan aksinya. Dari informasi Jo dikatakan bahwa Tejo tidak menyukai masakan yang menjijikan dan amis. Ia teringat satu resep sushi yang sangat dikuasai semenjak duduk dibangku SMA. Segera ia menyiapkan bahan-bahan untuk membuatnya. Sebelumnya ia sudah memberi kode pada Jo agat membantunya.

"Wooiii bukain! Anjir siapa yang ngunciin gue di kamad mandi wwooiii!" teriak Alex dari dalam kamar mandi.
"Lex lu di dalem ngapain?" tanya Budi memastikan.
"Mancing!"
"Lah emang ada ikannya di bak mandi?"
"Ke kunci lah jembud, cepet panggilin Tejo suruh bukain!" teriaknya.
"Iya iya."

Belum sampai Budi menemukan Tejo, sosoknya telah berdiri tepat di hadapannya. Membawa beberapa kunci di tangannya.

Cekrek

"Siapa nih yang ngunciin gue dikamar mandi!" teriak Alex saat pintu dibuka.
"Saya! Kenapa? Nggak suka? Peraturan nomor lima jelas mengatakan bahwa tidak ada yang boleh menyentuh miras dirumah ini apalagi mabuk-mabukan," jelasnya.
"Aarrgghh," Alex berlalu masuk ke dalam kamarnya.
"Itu kunci apa aja Mas, banyak banget?" tanya Budi.
"Ini kunci duplikat semua pintu dirumah ini, termasuk kamar dan kamar mandi," jawabnya.

Budi mengangguk dan kembali ke dapur. Ia melanjutkan tugasnya membuat sushi pagi ini. Jo terlihat keluar kamar dengan wajah semrawutnya. Menunggui Budi yang sibuk menggulung nasi beserta sayuran.

"Bud, kenapa si Alex pagi-pagi teriak," tanya Jo.
"Itu Tejo ngunciin dia di kamar mandi semalem," jawab Budi.
"Wah menggila si Tejo, terus gimana udah jadi belom sushinya?" Jo mendekati Budi. Dari arah belakang Tejo datang mengawasi. Ia berdehem mengalihkan perhatian.
"Mas Budi menu pagi ini apa?" tanyanya lembut.
"Oh ini Mas, saya bikin sushi ikan salmon with sayuran dan dibalut nori," jawab Budi.

Wajah Tejo berubah pasi. Sesekali menelan ludah seperti tengah menahan mual dari dalam perutnya. Di dekatinya Budi memastikan masakannya.

"Mas apa nggak lebih enak nasi goreng kecap aja pagi-pagi," usul Tejo dengan sedikit berbisik.
"Oh ini salah satu menu favorit kita kok Mas, apa lagi Jo ini paling suka banget sama sushi, iya kan Jo," Budi melirik Jo.
"Oh iya jelas, kita paling suka japanese food apa lagi salmon mentahnya wah mantep banget makan pake kecap asin," timpal Jo.
"Wuuueeggg," Tejo mulai mual.
"Mas coba deh ini satu gigit aja pasti suka coba dulu," Budi menyodorkan sushi tepat di depan hidung Tejo.

Seketika Tejo berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Terdengar beberapa kali ia muntah bak ibu muda yang tengah mengandung. Budi dan Jo cekikikan mendengarnya. Kini rencana pertama mereka berhasil dengan sempurna.

"Udah tinggalin aja disini yak, kita ngampus aja," bisik Budi.
"Oke sip," balas Jo berbisik.

Satu persatu mereka berangkat ke kampus. Seraya mematangkan rencana selanjutnya yaitu Alex membawa wanita. Sengaja Alex menyewa salah satu teman klubingnya siang itu untuk datang ke kosan mereka.

"Lex aman kan?"
"Aman tenang aja, gue gedeg banget si Tejo ngunciin gue semaleman di kamar mandi," jawabnya.
"Pokoknya lu bikin tuh bujang lapuk jantungan," timpal Jo.
"Beres."

Mereka berpisah di parkiran kampus. Budi dan Jo masuk ke kelas mereka sedangkan Alex pergi menjemput wanitanya yang bernama Stefia. Gadis itu mengenakan pakaian sexy yang telah dibrifing oleh Alex sebelumnya. Tank top merah lengkap dengan rok mini membuat mata siapa saja tak berkedip dibuatnya.

"Stef!" panggil Alex di depan kosan Stefia.
"Eh Lex, gimana udah sexy belom?" tanyanya memutar badan.
"Oke sip yuk!"

Alex menancapkan gas motor menuju rumahnya. Tak butuh waktu lama mereka telah sampai di depan rumah. Alex memastikan keadaan agar Tejo tidak memergokinya terlebih dahulu sebelum Stefia berhasil masuk ke dalam kamarnya.

"Lu ikutin gue dari belakang," bisik Alex.
"Oke."

Mereka mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Samar-samar terdengar suara Tejo tengah bernyanyi dari lantai dua. Sudah pasti ia tengah menjemur baju disana. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Alex untuk segera masuk ke kamarnya. Ia mengunci kamar lalu meletakkan kuncinya di atas meja.

"Oke kalo dia udah turun tangga lu mulai aktingnya ya," perintahnya.
"Nggak mau yang beneran aja nih?" goda Stefia mencoba menanggalkan bajunya.
"Jangan sekarang, ini lagi tugas negara gue nanti aja gue maen ke kosan lu," jawab Alex menahan nafsu.

Setelah dirasa mengerti akhirnya Stefia mengambil posisi di dekat pintu agar terdengar jelas oleh Tejo. Langkah kaki menuruni tangga terdengar jelas disana. Kini Stefia bisa melakukan tugasnya.

"Aaahhh ... aaahh ... uuhhh sayang enak aahh ...."
"Oh baby ahh ... yess oh no ..." balas Alex tak kalah keras.

Alex memberi kode tangan agar suaranya lebih kencang lagi untuk mengundang Tejo menghampiri kamarnya.

"Astagfirullah!" pekik Tejo.

Tejo menghampiri kamar Alex dan menempelkan telinganya disana. Benar saja itu adalah Alex dan seorang wanita didalam kamarnya. Tanpa pikir panjang Tejo mengambil kunci cadangannya dan membuka kamar Alex.

"Haaa!!!" pekik Stefia.

Terlihat posisi Stefia dan Alex yang masih lengkap mengenakan busana dan hanya berdiri mematung menatapnya. Tejo terpaku seketika. Ia bingung harus berbuat apa. Jika harus marah hal apa yang akan mereka permasalahkan. Tejo mengambil sarung yang melingkar dibahunya. Dipasangkan paka Stefia yang hanya mengenakan rok mini seadanya.

"Takut masuk angin Mbak, pake aja saya punya sarung banyak," ucap Tejo meninggalkan kamar.

Alex dan Stefia saling menatap bingung. Alex segera menyadarkan lamunan mereka dengan berkata "Udah nggak usah di peduliin."
"Ini kita gagal Lex?" tanya Stefia.
"Sepertinya begitu, gue juga nggak tahu dia punya kunci serep," jawab Alex.
"Apa kita perlu ngelakuin yang benerannya aja?" usulnya.
"Aarggghh udah lu gue anterin balik ke kosan aja," jawab Alex kesal.

Alex mengantarkan Stefia kembali ke kosannya. Meski rencana mereka gagal setidaknya sudah memberikan senam jantung pada Tejo. Saat melewati ruang tamu Alex melemparkan sarung ke arah Tejo yang tadi dikenakan Stefia. Tejo duduk santai di depan televisi dengan setoples keripik pisang ditangannya.

~~~~~~~

"What? Ahahahaha terus si cewek lu gimana pas di sarungin? Ahahaha ..." Budi tertawa terpingkal-pingkal.
"Ya udah gue anterin balik lah ke kosannya, sialan banget Tejo," jelas Alex.

Mereka berkumpul kembali di kafe yang sama seperti hari kemarin. Jo merasa geram mendengar Alex yang dipermalukan Tejo. Kini harapan mereka satu-satunya adalah Jo.

"Wah nggak bisa dibiarin nih begini," gumam Jo.
"Maaf ya Cilla nggak bisa bantuin kalian," timpal Cilla.
"Lu support cemilan aja Cill," sahut Budi.

Sore itu mereka menunggu waktu hingga petang. Karena rencana terakhir ini menyangkut kehororan yang akan diciptakan mereka. Jo akan berpura-pura kesurupan untuk membuat Tejo tidak nyaman disana.

"Eh betewe gue harus kesurupan setan apaan?" tanya Jo kebingungan.
"Kuntilanak gentayangan karena diperkosa terus dibunuh tukang ojek pangkalan," usul Alex.
"Otak lu mesum terus Lex, nggak masuk akal orang pangkalan ojek jauh dari kosan kita," elak Budi.
"Bener juga sih," ucap Jo.

Mereka berpikir kembali. Budi mencari referensi hantu populer Indonesia dari tontonan youtube di ponselnya. Sedangkan Cilla mencari dari artikel horor dari Ipad-nya.

"Gimana nemu nggak Bud?" tanya Jo.
"Apaan sih ini isinya gimmick semua, masak toturial pesugihan sama unboxing kuntilanak isinya," jawabnya.
"Nah ini aja, hantu anak kecil yang meninggal karena ketabrak mobil dijalan," usul Cilla.
"Boleh boleh tuh, kan jalan gede deket dari kosan kita, lagian si Tejo juga nggak akan tahu pernah ada kecelakaan apa enggak disitu," jelas Alex.

Akhirnya usul Cilla disepakati. Jo berlatih dialog bersama mereka untuk berjaga-jaga jika Tejo mencoba menanyai apa maksudnya. Jo akan berpura-pura meminta sesajen yang sulit dikabulkan agar Tejo putus asa dan memilih pulang ke kampung.

Bersambung ...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience