Pagi ceria di rumah kosan geng ABJ. Nampak Budi yang tengah sibuk bersih-bersih rumah tak seperti biasanya. Tiap sudut ruangan ia sapu bahkan hingga ke sela-sela terkecilnya. Dengan penuh semangat Budi menyapu sambil bernyanyi.
"Wah Bud tumben rajin banget lu," ucap Alex yang keluar dari kamarnya.
"Iya lah gue kan mau kedatangan tamu istimewa ntar malem," jawab Budi masih sibuk menyapu. Alex berlalu menuju dapur.
Budi kembali dengan kesibukannya beres-beres. Tak terasa hampir dua jam ia berkutat dengan debu dan keringat. Akhirnya selesailah aktivitasnya pagi itu. Kini matahari telah menyingsing di langit. Udara panas perlahan memasuki rumah.
"Shalom Bang," ucap Cilla di ambang pintu.
"Hey Cill shalom, tumben kesini," jawab Budi.
"Papa Jo masih tidur ya Bang?" tanya Cilla seraya masuk ke dalam rumah.
"Beres UAS ya biasalah kerjaan anak kosan ngapain lagi kalo nggak rebahan," jawab Budi. Budi melirik ke arah kantong plastik yang ada di tangan Cilla.
"Bawa apaan Cill," endus Budi menghampiri Cilla.
"Ini rendang bikinan Mamak, nih bawa ke dapur aku mau bangunan Papa Jo dulu," ucap Cilla memberikan makanan pada Budi.
"Bangunin Cill, lu baru bentar pacaran sama Jono udah ketularan pe'a," gerutu Budi.
Cilla berlalu menuju ke kamar Jo. Benar saja disana Jo masih tertidur pulas dengan posisi telungkupnya. Sprei yang acak-acakan di tambah bantal guling yang telah berserakan di lantai membuat Cilla menggelengkan kepalanya.
"Ya ampun Papa Jo, bangun hey udah siang!" teriak Cilla memunguti bantal guling.
Tak ada respon sedikitpun dari Jo yang benar-benar tidur pulas. Cilla mencoba menggoyangkan tubuh Jo untuk membangunkannya.
"Tidur apa latihan mati sih," gumam Cilla kesal. Usaha Cilla benar-benar gagal untuk membangunkan Jo. Ia tak habis akal dan mencoba jurus terakhirnya.
Cilla mengambil ancang-ancang untuk berteriak di telinga Jo.
"Bangun-bangun itu Joi Joi Joi mati Papa Jo cepet bangun," teriaknya.
"Hah mana mana mana," Jo tersentak kaget dan seketika terduduk di atas kasurnya.
"Tuh kan giliran dengar Joi kenapa-napa baru deh bangun," gumam Cilla.
"Ya ampun Bun aku tuh masih ngantuk banget malah dikerjain kayak gini, nanti kalo aku jantungan terus aku lewat gimana coba," protes Jo.
"Alah gimana mau lewat malaikat aja permisi depan kamu mana tidurnya ngorok lagi," ketus Cillla.
"Ada apa tumben kamu pagi-pagi udah kesini,? tanya Jo sembari mengucek matanya.
"Hah pagi ini udah siang kali pagi dari mana Jawab Cilla kesal.
"Masa sih udah pagi perasaan masih gelap ini," ucap Jo yang masih terpejam.
"Makanya buka tuh mata, Papa Jo merem sih makanya nggak kelihatan," balas Cilla mencoba membuka mata Jo dengan jarinya.
"Oh iya bener ya udah siang, ya udah deh Papa Jo mandi dulu deh ya," ucap Jo yang kini berjalan gontai menuju kamar mandi.
Cila yang merasa malas harus bangun untuk membereskan kamar Jo. Dengan mulut masih menggerutu ia memunguti barang-barang Jo yang berserakan di lantai kamarnya. "Gimana coba nanti kalau udah jadi suami jadi Bapak masa mau kayak gini terus deh dasar..." gerutu Cilla.
Tak berselang lama Jo pun telah selesai dengan aktivitas bersih-bersihnya. Sembari mengeringkan rambutnya yang basah Ia hanya memakai Boxer pendek menuju ke kamarnya.
"Bun kaos item aku yang polkadot dimana ya," teriak Jo mengacak-acak isi lemarinya.
Kala Jo Jo menutup kembali pintu lemarinya di sana telah berdiri Cilla dengan bertolak pinggang. Wajahnya sagngat marah membuat Jo ketakutan.
"Astaga ya ampun kamu ngagetin aku aja," ucap Jo. Cilla memelototi Jo dan melirik ke arah lantai yang kini telah berserakan baju Jo. Dengan satu tarikan nafas dalam Cilla memulai mengomeli Jo kembali.
"Aku kan udah bilang coba deh mulai dari hal kecil jangan berantakin barang-barang Apalagi itu tuh barang kamu, baju itu tempatnya bukan di sini T
terus kalau kamu habis ngambil jangan di acak-acak yang lain masukin lagi, terus ini kamu dari kamar mandi masih basah bukannya keset dulu kalau mau masuk kamar," umpat Cilla.
Jo hanya terdiam mendengar omelan dari Cilla. Ia tak berani menjawab apapun saat Cilla tengah marah seperti itu. Selesai dengan omelannya Cilla meninggalkan Jo di kamar. Ia berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan siang bagi Abang Budi dan Jo.
"Kenapa Cill itu muka apa cucian kekeringan kusut banget," ucap Budi meledek.
"Itu tuh temen Abang nggak bisa sekali aja nggak bikin orang darah tinggi," jawab Cila.
"Ya makanya dulu kan Abang udah pernah bilang kamu Beneran sama dia, Abang aja nggak yakin apalagi kamu," ucap Budi menasehati.
Cilla yang masih kesal akhirnya Menyiapkan makan siang di atas meja. Tak berselang lama Jo menghampiri mereka di ruang makan dengan gemetar ia mencoba untuk duduk bersama Cilla dan Budi.
"Kenapa Jo tremor lu?" tanya Budi.
"Nggak apa-apa kok cuman mag aja kambuh," jawab Jo. Melihat Jo yang gemetar membuat Cila meredam emosinya. Ia lalu berkata "Ya udah, udah di maafin tapi lain kali jangan kayak gitu ya pokoknya kalau habis ngapa-ngapain itu harus diberesin lagi apalagi kan aktivitas Papa Jo banyaknya di kamar nanti kalau kamarnya kotor sarang kuman Papa Jo sakit siapa yang repot," jelas Cilla. Jo hanya mengangguk mendengarkan nasehat Cilla. Bagaimanapun Cilla sangat berandil besar dalam perubahan hidupnya menjadi lebih baik.
"Tuh dengerin kurang apa coba ponakan gua harus bersyukur lo Jo," timpal Budi.
Selesai dengan makan siang bersama, Budi melanjutkan obrolan serius siang itu.
"Oh ya mumpung ada lu Cill Nih gua mau minta tolong bisa nggak lu belanja ke toko buku buat beli dekorasi kamar gitu," pinta Budi.
"Oh kamar lu mau dirombak Bang, tumben amat biasanya nyuruh orang," balas Cilla.
"Enggak ini gua mau ada acara emm acara nembak cewek sih jadi gua mau nembak dia di sini gua butuh bantuan kalian kayaknya deh buat misi ini," jelas Budi.
"Wah gila lu mau nembak di sini bun," ucap Jo terkejut melirik ke arah Cilla.
"Ya Iya emang kenapa kan disini lebih enak aja suasananya gitu apalagi kan bisa lebih intim," ucap Budi.
"Wah lu jangan macam-macam lu ini kosan syariah," protes Jo.
"Otak lu tuh yang ngeres, gue kan cuman bilang suasananya enak dan bisa lebih dekat aja gitu kalau di sini daripada di luar," sangkal Budi.
"Udah udah malah berteman," ucap Cilla.
"Berantem!" ucap Jo dan Budi serentak.
"Iya itu, ya udah nanti Cilla beliin deh tapi Abang pengen nembaknya suasana kayak gimana nih, kan Cilla nggak tahu selera Abang kayak gimana," ujar Cilla.
"Iya pokoknya yang simpel aja Cill, jangan yang terlalu heboh juga," jawab Budi.
"Oke kalau gitu kan Ini udah beres makannya Papa Jo anterin Cilla nanti Abang tolong urusin Joi dulu ya soalnya kan pasti lama juga nih di jalan takutnya Joi kelaperan," ujar Cilla.
"Yah gue ngurusin kucing nih," protes Budi.
"Jadi mau ngurusin kucing apa mau ngurusin dekor nih," ucap Cilla menawarkan.
"Iya deh iya deh tapi gue nggak tanggung jawab ya kalo kucing lu mati, terakhir kali gua ngurusin ikan cupang gua juga sekarat seharian," jelas Budi.
Cila bangkit dari tempat duduknya Seraya berkata "Oh ya nggak apa-apa kalau Joi mati paling penembakan nya juga gatot," ancamnya.
"Yah ngancem nya gitu amat ya ya gua urusin nih si ijo lo pada," teriak Budi terpksa.
"Joi!" seru Jo dan Cilla bersamaan.
Akhirnya dengan terpaksa Budi menuruti ucapan Cilla untuk mengurusi kucing Joi dan anak-anaknya sembari menunggu mereka membeli perlengkapan dekorasi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sementara itu Alex yang telah pergi dari pagi hari kini bersantai di gazebo kampus favoritnya. Memandangi hamparan parkiran yang tak terlalu banyak motor dan mobil disana. Dengan airpods ia menikmati alunan musik favoritnya. Seraya terpejam ia mendengar sayup-sayup suara lirih yang tak asing di telinganya.
"Heh Alex!"
"Kek kenal suara ini, tapi kan gue lagi sendiri masak gue halusinasi sih," gumamnya.
Sebuah tepukan keras mendarat di dahi Alex.
"Heh siape sih," Alex terperanjat kala membuka mata. Ia melihat Sinta telah berdiri di hadapannya.
"Lu ngapain sih gangguin gue aja lagi santai," protes Alex.
"Lagian tumben banget jadi kuncen di kampus, ada masalah ya di kosan?" tanya Sinta.
"Apaan sih sok tahu banget lu," jawab Alex memalingkan wajahnya.
Sinta tersenyum melihat ekspresi wajah Alex yang kebingungan.
Bersambung ...
Share this novel