" assalamualaikum abi ayah, apa kabar nya. "
" waalaikumsalam wahai menantu Tampa ku. "
jawab ayah aishara cepat, saat melihat abizhar yang sudah dari tadi di tunggu nya ada di sana.
abizhar yang sudah terbiasa dari kecil di panggil dengan sebutan menantu oleh ayah aishara, sama sekali tidak mempermasalahkan panggil tersebut yang dia pikir hanya lah sebuah gurauan semata saja, dia langsung saja memeluk tubuh ayah aishara dengan penuh kasih sayang, layak nya ayah dan anak, karna dirinya yang dari dulu memang sudah begitu dekat dengan ayah aishara sudah begitu lama merindukan sosok pria tersebut yang di panggil nya ayah, karna sudah begitu lama tidak bertemu, semenjak ayah aishara memilih menatap di Singapura beberapa tahun yang lalu sebelum akhirnya memilih untuk kembali lagi ke kota asal nya di kota besar sana.
" bagaimana dengan kabar mu nak."
" Alhamdulillah baik ayah, bagaimana dengan keadaan ayah sendiri. "
tanya abizhar lagi pada ayah aishara, setelah dirinya mencium punggung tangan abi nya, hal yang selalu di lakukan nya setiap pulang atau pun akan keluar dari rumah nya.
" seperti yang kamu lihat nak, kadang sehat, kadang sakit, maklum orang sudah tua nak. "
" tua apa, orang ayah masih terlihat gagah seperti ini. "
ayah aishara dan abi abizhar tertawa terkekeh saat mendengar ucapan dari abizhar yang terlihat begitu senang saat melihat kehadiran mereka di sana.
" apa kamu sudah bertemu dengan aishara dan ibu nya nak. "
" dengan Aisha sudah abi, tapi dengan ibu belum, karna beliau sedang berada di ruang makan abi, tadi Aisha akan kemari untuk memanggil abi dan ayah untuk makan malam, tapi abizhar melarang nya, karna abizhar ingin bertemu dengan ayah, jadi abizhar bilang pada Aisha biar abizhar saja yang memanggil abi dan ayah ke sini. "
abi abizhar dan ayah aishara saling tatap dengan senyuman penuh arti di wajah mereka saat abizhar berkata seperti itu, yang menandakan sikap abizhar yang dulu pada aishara masih sama dengan sikap yang di tunjuk kan nya hari ini, yang membuat mereka berpikir jika tidak akan ada masalah kedepannya dengan niatan mereka berdua kedepan nya.
" yasudah kalau begitu, ayo kita masuk umar, kita lanjut kan di dalam saja mengobrol nya Umar. "
ayah aishara yang bernama umar mengangguk pelan saat abi abizhar mengajak nya untuk masuk ke dalam rumah.
melihat anggukan dari Umar teman nya, Abi abizhar bangkit dari duduk nya dengan begitu pelan, namun sesaat kemudian dia kembali terduduk, saat merasakan mata nya yang tiba-tiba saja terasa seperti berkunang-kunang, yang membuat pandangan nya menjadi rabun seketika.
" abi. "
" Pahrul. "
ucap abizhar dan ayah aishara pada saat melihat Abi abizhar yang kembali terduduk di tempat nya dengan begitu kasar, yang membuat mereka berdua merasa begitu terkejut saat ini.
" tidak apa-apa, tidak apa-apa, aku baik-baik saja, tadi itu Abi hanya merasa sedikit pusing saja tiba-tiba nak. "
" apa abi yakin, jangan memaksakan diri abi, kalau abi memang sakit aku akan meminta bang Rahmat untuk pulang memeriksa kan keadaan abi, abi. "
" abizhar benar Pahrul, jangan berpura-pura kuat kalau memang kamu sedang sakit Pahrul. "
" percayalah pada ku, aku baik-baik saja, kalau memang aku sakit, aku akan menghubungi sendiri Rahmat putra ku agar langsung pulang ke rumah untuk memeriksakan keadaan ku, lagi pula sudah dua Minggu ini dia tidak pulang ke sini untuk melihat keadaan ku dan ummi nya, jadi ayo kita masuk saja untuk makan malam. "
abizhar dan ayah aishara untuk sejenak saling tatap, mencari kebenaran dari ucapan Abi abizhar yang berkata tentang keadaan nya yang baik-baik saja, yang pada akhirnya bisa mereka terima pada saat melihat Abi abizhar yang sudah berdiri tegak di depan mereka berdua.
" biar abizhar bantu abi. "
ucap abizhar pada abi nya yang langsung meraih tubuh abi nya untuk di bantu papah oleh nya.
ayah aishara yang melihat perhatian abizhar pada abi nya, tersenyum sumbringah karna merasa dirinya yang tidak salah memilih calon suami untuk aishara putri nya, saat melihat betapa santun nya sikap abizhar saat memperlakukan orang tua nya.
di sisi lain. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
di rumah kakak laki-laki shavina, terlihat mala kakak ipar shavina yang terlihat terus mondar mandir di dalam kamar nya sambil menggigiti kuku-kuku jari nya dengan penuh kepanikan, yang membuat suami nya yang sedang berbaring di ranjang mendesah malas melihat kelakuan istri nya.
" berhentilah mondar mandir mala, kau membuat kepala ku pusing mala. "
" kau masih memikirkan kepala mu yang pusing mas, pikir kan nasib buruk mu yang sebentar lagi akan datang di hidup mu mas, apa kamu pikir aku masih mau dengan pria yang tidak punya tangan dan kaki mas hah. "
jawab mala dengan menggebu-gebu karna merasa begitu marah saat melihat sikap suami nya yang terlihat begitu tenang, pada hal keadaan mereka saat ini sudah dalam keadaan yang begitu terdesak, karna mala tau wanita rentenir tempat mereka berhutang bukan hanya sekedar mengancam saja, dia tau wanita tersebut benar-benar akan melakukan apa yang dia katakan, karna dirinya yang sudah melihat sendiri bukti nya.
" diamlah dan pergilah tidur, ini sudah malam. "
mata mala terbelalak saat mendengar jawaban dari suami nya yang lagi-lagi membuat nya merasa begitu terkejut.
" mas, kenapa kamu terlihat begitu tenang mas, jangan katakan kamu sudah kembali berhutang pada rentenir lain nya untuk membayar hutang mu itu mas, karna kamu tidak memberikan uang itu sepeserpun pada ku mas. "
" aku tidak perlu berhutang lagi untuk membayar hutang tersebut mal, karna hutang kita sudah terlalu banyak, kamu tunggu saja sebentar lagi, aku akan memberikan mu uang yang banyak, dan melunasi hutang-hutangnya kita yang begitu banyak, jadi ayo kita tidur saja, tidak usah lagi terus mengomel. "
Share this novel