" shavina Abang ingin bicara. "
ucap abizhar pada shavina yang akan kembali ke kelas, untuk mengajarkan para santri yang ada di pasantren milik abi abizhar mengaji.
shavina yang sedang berjalan dengan sedikit menunduk kan kepala nya di depan abizhar yang bukan lah mahram nya, menghentikan langkahnya saat abizhar berkata ingin berbicara pada dirinya.
" Abang ingin bicara apa, apa boleh nanti saat shavina sudah selesai mengajar mengaji, shavina akan mengajak kak suci bersama shavina, agar tidak terjadi fitnah nanti nya saat ada yang melihat kita hanya berdua saja. "
jawab shavina pada abizhar dengan kelapa nya yang tetap menunduk.
abizhar menarik nafas nya panjang saat mendengar jawaban dari shavina yang dia pikir ada benarnya juga, karna dirinya adalah sosok yang begitu di perhatikan di pasantren tersebut, karna dirinya adalah putra bungsu dari pemilik pasantren tersebut yang di gadang-gadang akan menjadi penerus dari pasantren tersebut, yang membuat setiap apa yang di lakukan oleh nya begitu di perhatikan oleh setiap orang.
" nanti Abang tunggu di depan mushalla. "
shavina mengangguk kan kepala nya dan langsung berjalan pelan pergi dari sana meninggal abizhar yang terlihat masih berdiri di sana.
abizhar mengusap wajah nya kasar, setelah shavina pergi dari hadapan nya, sekelebat ingatan nya kembali pada tadi saat dia tidak sengaja mendengar percakapan abi nya dan kakak laki-laki nya yang membahas tentang keadaan abi nya yang ternyata sedang sakit parah saat ini yang terus di sembunyikan dari nya ummi nya dan seluruh keluarga nya selama ini, yang membuat nya merasa begitu gelisah saat ini, karna niat abi nya yang ternyata ingin menjodohkan nya dengan aishara yang sudah seperti adik nya sendiri, lalu bagaimana dengan shavina wanita yang sudah lama diam-diam di cintai nya selama ini yang begitu di inginkan nya untuk menjadi istri nya ibu dari anak-anak nya.
pada siang hari nya, abizhar yang sudah selesai shalat, menunggu shavina sedikit jauh dari mushalla, karna di depan mushalla terlalu banyak para santri yang sedang duduk santai di depan mushalla menghabiskan waktu istirahat mereka dengan saling mengobrol.
abizhar terus berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan bibir nya yang terus mengucapkan istighfar berulang kali, untuk meredakan rasa gelisah yang terus di rasakan nya dari tadi pagi awal keluar dari rumah nya.
" assalamualaikum. "
ucap shavina dan suci teman nya secara bersamaan.
abizhar dengan cepat membalikkan tubuhnya saat mendengar ucapan salam dari arah belakang nya.
terlihat dua orang wanita sedang berdiri di belakang nya, yang salah satu nya adalah suci yang selalu menggunakan cadar nya.
" wa.. waalaikumsalam. "
" kalian bicarakan lah, kakak akan duduk di sini saja, agar kalian bisa bicara dengan leluasa. "
abizhar dan shavina sama-sama mengangguk lalu duduk sedikit di berjarak dari suci, walaupun tidak begitu jauh.
abizhar melihat sejenak ke arah shavina yang sedang duduk tepat di depan nya dengan kepala nya yang terus menunduk, untuk sejenak mereka sama-sama diam, sampai pada akhirnya abizhar mulai membuka suara nya.
" abi sedang sakit parah saat ini shavi. "
ucap abizhar membuka pembicaraan yang membuat shavina langsung mengangkat wajahnya melihat ke arah abizhar karna merasa begitu terkejut saat mendengar apa yang baru saja di katakan oleh abizhar pada nya.
" a.. apa. "
tanya shavina terbata-bata pada abizhar, karna merasa terkejut dengan apa yang baru saja di dengar nya, yang juga bisa di dengar oleh suci teman nya yang duduk hanya sedikit berjarak dari mereka berdua yang membuat suci juga merasakan hal yang sama dengan nya, saat abizhar mengatakan tentang keadaan abi nya.
" ayo kita menikah, Abang akan meminta ummi dan Abi untuk datang ke rumah mu untuk meminang mu. "
Share this novel