Suhaila menatap skrin layar Handphone'nya sambil ibu jari menatal skrin bagi mencari rumah yang mampu di sewa
"Ya Allah kenapala semuanya mahal belaka..," Ucap Suhaila resah sambil ibu jarinya terus menatal skrin. Setelah beberapa minit mencari dia menaruh Handphone'nya di atas meja
Suhaila mengeluh kecewa. Saat itu dia sedang duduk menyandar pada hujung katil setelah menyewa sebuah bilik di hotel bajet berdekatan pasar seni. Sementara Asri pula sedang asyik menonton kartun
"Betul ke keputusan ambo nie.. rumoh, bilik semuanya mahal-mahal," Suhaila mengusap-ngusap wajah "Baik ambo cari kerja dulu deh, doh dapat keja nanti baru ambo cari rumah,"
Sinar matahari mulai mencurahkan cahayanya di seluruh ufuk timur. Kota kuala lumpur sentiasa sibuk dengan manusia dan kenderaan. Udara di kota dicemari kekotoran oleh asap-asap kenderaan yang berkepul-kepul berterbangan ke udara. Suasana di kota juga terlalu bising dan membingitkan telinga. Di kota, Haris langsung tak berpeluang melihat cahaya matahari pagi yang naik dari ufuk timur bahkan untuk mendengar kicauan burung-burung pada pagi hari pun sukar
Sudah hampir tiga jam Haris berjalan di tengah kota untuk mencari perkerjaan yang sesuai dengan seleranya namun yang hairan lelaki itu langsung tidak memasuki mana-mana bangunan hanya sekadar melewati sahaja seolah-olah tiada niat untuk mencari kerja
Padahal semalam Saiful ada menghulurkan wang sebanyak tiga ratus ringgit kepadanya setelah berjanji akan mencari kerja secepat mungkin
"Agak-agak berapa lama duit tiga ratus nie bertahan, sehari, dua hari? kalau habis nanti aku nak minta kat sapa.. Aku dahla malas nak kerja. tapi kalau tak kerja mana aku nak dapat duit," ngomel Haris sambil berjalan "Kalau saiful dah tak bagi duit, dengan sapa lagi aku nak mintak," Haris memberhentikan langkah termangu seakan memikirkan sesuatu "Apa kata aku try minta dengan Sal," Haris tersengih-sengih mungkin nanti di harus menebalkan muka "Ah cuba jela,"
Tangannya lantas menyaluk poket seluar mengeluarkan Handphone'nya kemudian menapak ke tepi laluan sambil menakan nombor Salwa
"Hello Haris," Cepat sahaja Salwa menjawab panggilannya
"Hello Sal. you tengah buat apa sekarang?,"
"Tak buat apa.. i kat rumah. Kenapa Haris,"
"You mesti dah tahu kan i kena halau dari rumah,"
"Yes i know.. you pun dah dua bulan tak call i,"
"I dah jatuh miskin Sal, you nak lagi ke bersama dengan i?," Salwa hanya diam di hujung talian
"So.. kenapa you call i?,"
"I nak minta tolong,"
"Duit'kan,"
"Haah.. pandaila you Sal,"
"You nak berapa?,"
"Umm.... boleh tak bagi i sepuluh ribu, dua puluh ribu,"
"You gila ke.. mana i ada duit banyak tu,"
"Alaa.. kalau takde you just buang je kosong kat belakang tu,"
"You nak cash ke?,"
"Memang i nak cash,"
"Nak jumpa kat mana?,"
"Memandangkan i dah miskin i dah tak mampu nak jumpa dengan you tempat-tempat mewah.. Apa kata you jumpa i dekat pasar seni,"
"Okay.. dalam setengah jam i sampai,"
"Yes!," Ucap Haris setelah menamatkan panggilan itu "Takdela susah pun. walaupun aku terpaksa menebalkan muka aku yang handsome nie," Ucap haris lagi
PUAN seri Rahimah berjalan mundar mandir di hadapan pekarangan rumah seperti sedang menanti kedatangan tetamu.
Malam tadi dia ada memberi cadangan kepada suaminya supaya mengahwinkan Haris. Suaminya bersetuju dan menyuruh puan seri Rahimah mencari pasangan yang sesuai untuk anaknya dan pada masa itu Puan seri Rahimah hanya memikirkan anak kawan baiknya seorang gadis yang masih melanjutkan pelajaran di luar negara
Beberapa minit kemudian kelihatan kelibat sebuah kereta jenis BMW berwarna putih masuk ke pekarangan rumah Puan seri Rahimah membuatkan bibir wanita itu mengukir senyuman
"Assalamualaikum," Ucap seorang wanita sebaik keluar dari kereta itu
"Waalaikummussalam,"
"Apa yang urgent sangat sampai you suruh i datang sini,"
"Hiss adalah.. marila masuk,"
"Macam ada good news je," Kata Datin Sofia kawan baik puan seri Rahimah
Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Dia atas meja ruang tamu sudah tersedia dua gelas minuman panas
"Malam tadi i ada berbincang dengan yunus," Kata Puan seri Rahimah sambil melabuhkan punggung di atas sofa bersama Datin Sofia
"Bincang pasal apa?,"
"Kitaorang nak kawinkan Haris,"
"Okay.. dah calon?,"
"Sebab tu'la i suruh you datang,"
"You nak kawinkan Haris dengan Zara ke?,"
Puan seri Rahimah mengangguk "So macam mana, you setuju tak?,"
"I okay je Rahimah,"
"Tapi masalahnya Zara.. dia nak ke?,"
"laa.. you dah lupa ke Rahimah, Zara'kan memang suka pada Haris,"
"Itu dulu Sofia bukannya sekarang, Manala kita tahu kalau dia dah ada buah hati pilihan dia sendiri, kot-kot mat salleh,"
"Hiss takdela.. baru-baru nie pun i ada call Zara, ada juga i tanya dia kalau dia dah ada boyfriend. Katanya takde,"
"Kalau takde bagusla. Tapi you kena tanya Zara dulu. Kalau dia tak nak, tak apa. I tak kisah, i faham,"
Datin Sofia terangguk-angguk mengerti "Setahu i Rahimah. Bukan ke Haris bercinta dengan anak Farah?,"
"Salwa?,"
"Haah,"
"Hiss tak sanggup i nak kawin'kan Haris dengan budak tu. Pakai pakaian pun terdedah sana sini langsung tak tahu malu,"
"Dia pernah datang sini?,"
"Tentulaa pernah," Puan seri Rahimah mengeluh pelan "I tak nafikan kalau Salwa tu cantik Sofia, Bila bercakap dengan i, ada sopan santun dia. hormat orang tua. Cuma i tak berkenan dengan gaya hidup dia. Padahal i pernah nasihatkan Farah supaya ubah gaya hidup anak dia tu.. Umm macam masuk telinga kanan keluar telinga kiri no action. Mak berjubah, bertudung, ayah bertopiah. Anak?,"
"Hiss tak baik you mengata anak orang Rahimah. Anak kita belum tentu lagi baik,"
Beristighfar Puan seri Rahimah. Datin Sofia sekadar tersenyum
"So.. Bagaimana dengan keadaan Haris sekarang?,"
"Mana i tahu,"
"You tak call dia ke?,"
"Yunus tak bagi,"
"Hey.. nak call anak pun kena minta kebenaran ke?,"
"Bukan macam tu Sofia. Yunus dah larang. Nanti kalau i buat berdosala pulak,"
"Omg Rahimah.. Yang you call tu anak you sendiri bukan orang lain. berdosa apanya..bukan you keluar tanpa izin suami you,"
Puan seri Rahimah mengeluh kesal
"Dah dua bulan'kan?,"
Puan seri Rahimah mengangguk
"Haris ada call you tak.. minta duit ke?,"
"Tak pernah,"
"Wow. Kira hebat jugala Haris tu. selalunya anak orang kaya lepas kena halau tak sampai dua, tiga hari confirm balik semula ke rumah.. yalaa dari kecik dah hidup senang mana sanggup nak hidup susah,"
"Itulaa yang i risau,"
SETELAH MENUNGGU HAMPIR SETENGAH JAM, HARIS TERSENYUM menguntum saat melihat sebuah kereta masuk ke dalam kawasan parking di hadapan Bangunan pasar seni
Haris berjalan menuju ke kereta itu dengan lengok yang menyenangkan hati seolah-olah sedang mendapat durian runtuh.
"Hai Sal,"
"Omg," Salwa yang bercermin mata hitam menaikan cermin matanya itu ke atas sebaik melihat Haris "Apa you pakai nie Haris?,"
"Pakai bajulaa... kenapa?,"
"You tak gosok ke kemeja you nie..Hah tu.tu," Salwa menunjuk pada kasut yang di pakai Haris "You pakai kasut sekolah ke?,"
"Ini Converselaa.. how dare you cakap kasut sekolah,"
"Dah kasut you tu warna putih," Salwa mengeleng-geleng kepala. Salwa tidak menyangka keadaan Haris yang dulu sentiasa kelihatan kacak dan kemas sudah berubah sepenuhnya "Kenapa you tak gunting rambut.. dah macam orang miskin,"
"Dah memang i miskin.. kenala bergaya macam orang miskin.. bukannya ikut pepatah orang kita biar papa janji bergaya.. hiss it's not me okay.. i sedar keadaan i sekarang,"
"Suka hati youla Haris. Kita nak pergi mana nie?,"
"Kita lepak kat kafe tepi tu,"
Salwa hanya menurut lalu berjalan di sebelah Haris itupun dia masih sempat mencuit-cuit kemaja Haris
sesampai saja mereka berdua di sebuah kafe berdekatan dengan galeri pasar seni. Haris memilih meja berdekatan dengan jendela kaca
Salwa menanggalkan terlebih dahulu cermin mata sebelum melabuhkan punggung dia atas kerusi sambil mengipas-ngipas wajahnya "Panasnya..,"
"Itu tandanya dosa you dah banyak sangat,"
"Cermin dulu diri you sebelum nak cakap kat i," Salwa menyenget bibir
"You nak minum apa?,"
"Macam biasala tak akan you dah lupa,"
"Bagi sini kad you.. i nak bayar,"
"You langsung takde duit ke?," Tanya Salwa sambil membuka handbag'nya
"Ada.. tapi apa salahnya you belanja,"
Salwa mengeleng sambil menghulurkan kad kredit kepada Haris.
"Tunggu tahu.. jangan lari,"
"Ya!,"
Haris tersengih-sengih sebelum pergi memesan minuman. Selang beberapa minit kemudian dia kembali membawa dua gelas minuman
"You kerja apa sekarang nie?,"
"Menganggur,"
"Tak cari kerja?,"
"I tengah carila nie,"
"Kenapa you tak kerja je dengan syarikat kawan-kawan you,"
"Pleaseee okay.. i masih ada maruah,"
"Maruah? you masih tak sedar ke keadaan you Haris. You tak pernah tengok cermin?,"
Haris tidak menjawab wajahnya tampak bersahaja saat minum minumannya membuatkan Salwa mengeluh kesal
"Berapa you nak pinjam?,"
"Pinjam?, Hiss sampai hati you Sal. Selama nie i belikan apa saja yang you nak. Bila i susah i minta tolong dengan you.. you just nak pinjamkan i duit,"
"Yalaa berapa you nak?,"
"Macam tulaa..," Haris tersengih nakal "Bagi i Lima ribu,"
"Hah! banyaknya. Mana i ada,"
"Habis tu berapa you ada?,"
"I cuma bawa dua ribu je,"
"Okaylaa tu daripada tiada langsung, Cepatla bagi i duit tu,"
"Sabarlaa..,"
Makin melebar senyuman Haris sebaik Salwa memberikannya sampul surat berisi wang ringgit
"Happy?,"
"Of course I'm happy.. I'm rich now hahaha,"
"You not rich, You broke," Balas Salwa selamba
"Eh? macam pernah dengar je dialog tu,"
"Whatever'la,"
"So macam mana hubungan you dengan Azman sekarang?,"
"Uhuk," Salwa yang sedang menyedut minuman hampir tersedak sebaik mendengar pertanyaan Haris "Macam mana you tahu?,"
"Hey comon'la Sal, Azman tu my best friend tentula i tahu,"
"You tak marah i?,"
"Buat apa i nak marah.. I sedar i dah miskin. So i tak kesah pun dengan sapa you bercinta. Lagi pun selama nie i tahu Azman suka'kan you. Angap jela itu rezeki dia,"
Salwa diam membisu raut wajahnya pula seakan menyesal. Entah kenapa hatinya kala itu merasa bersalah pada Haris
"You jangan risau Sal. Azman tu good person. You just loyal je dengan dia, i jamin dia akan layan you macam permaisuri,"
"Bukan itu yang i fikir sekarang,"
SUHAILA berjalan ke hulur ke hilir di tengah kota yang semakin sibuk sambil mendukung Asri dan tambah lagi dua beg pakaian yang tergantung di belakang dan satu lagi tergantung di pinggang
Sudah 11 restoran dia masuk ingin meminta perkerjaan namun di tolak mentah-mentah. Kini fikirannya buntu. Suhaila terus berjalan tanpa arah tujuan tanpa mengetahui masa terus berjalan
Selepas mendapat wang dari Salwa.. Haris terus menuju ke pavilion untuk menonton wayang dengan hati yang senang. Setelah itu dia menghabiskan masa ber'karaoke bersendirian sambil memesan perlbagai jenia makanan
Masa terus berlalu. Haris keluar dari pavilion pada jam 10 malam. Dia berjalan melewati beberapa bangunan pencakar langit sehingga sampai di sebuah bas stop di tepi hotel Arena
Pada masa itu Haris memandang seorang wanita dengan dua beg pakaian bersama seorang kanak-kanak kecil sedang duduk di bas stop tersebut. Kelihatan wanita itu sedang menangis
"Pendatang haram nie?," Bisik Haris sambil melewati wanita itu
"Ma.. Asri lapar,"
"Asri lapar..,"
Haris menoleh bila mendengar suara kanak-kanak kecil itu mengadu pada ibunya.
Kerana penasaran Haris menghentikan langkah lalu menghampiri wanita itu "Maaf menganggu ya puan. puan nie pendatang haram ke?,"
Suhaila cepat-cepat mengeleng kepala "Eh tak abe.. ambo orang kelantan,"
"Oo Orang kelantan. Habis tu kenapa puan menangis. kena halau dengan suami ke?,"
Suhaila mengeleng lagi. waktu itu dia menyangka'kan Haris seorang pegawai polis "Ambo baru sampai dari kelantan semalam.. ambo datang sini nok cari kerja,"
"Puan takde saudara mara ke kat sini?," Haris terus bertanya. Suhaila mengeleng dengan perasaan takut
"Berani jugak puan nie. Datang ke KL tanpa kenal dengan sesiapa siap bawa anak lagi.. hiss tak takut ke?,"
"Memang ambo takut. Tapi niat ambo datang sini nak mulakang hidup baru,"
"Ya saya faham puan.. habis tu sekarang nie puan nak pergi mana?,"
"Semalam ambo ada sewa bilik kat hotel bajet. Tapi ambo tok tahu macam mana nak gie kat hotel tu doh,"
"Hotel bajet? kat pasar seni,"
"Ya.ya kat pasor seni,"
"La puan jalan terus je ikut laluan nie, nanti confirm sampai kat pasar seni,"
Cepat-cepat suhaila berdiri sambil memandang laluan yang sedang di tunjuk Haris "Terus jee,"
"Terus jee..,"
"Terimo kasih ya Abe," tanpa membuang waktu Suhaila segera mendukung Asri kemudian berjalan mengikut laluan yang di tunjuk Haris tadi
"Aku macam pernah nampak je perempuan nie.. kat mana ya?," Bisik Haris
Share this novel