Bab 8

Romance Series 5904

"Cantik pung tok guno Abe. Suami ambo lagi suke perempuan Thailand. Dia kawing dengan ambo pung sebab nok tulong ambo, sentuh pung tok pernoh,"

"Tolong sebab apa?,"

"Aboh Ambo kawang baik suami ambo. Sebelum aboh ambo meninggal dunia dia mintak Suami ambo jadikan ambo isteri sebab Ambo doh takde keluarge lain, keluarga ambo susah. Aboh ambo berkerja tok pernah berhenti sampai sakit pung aboh ambo masih ambil berat pasal ambo,"

"Arwah ayah Suhaila kerja apa?,"

"Kerja kuli bangunan je Abe.. Siang sampai malam kerja berat," Air mata Suhaila mengalir mengenangkan arwah ayahnya "Ada satu-satu anok perempuan bukang buleh menyenangkan orang tua.. tapi menambohkan susah, Kerja cuma berapa bulang je.. balik kampung bawok aib bukang bawok pitih,"

Haris hanya diam mendengar miskipun hatinya kala itu ingin bertanya tentang ayah sebenar Asri namun bunyi minyak berdesih di dalam kuali menganggu niatnya

"Hah panas doh tu.. Abe doh buleh taruh ayam dalam kuali tapi pelang-pelang nanti merecit minyak tu," arah Suhaila sambil mengesat-ngesat air mata

Haris menurut namun agak tergesa-gesa ketika memasukan ayam yang sudah di gaul kunyik dan tepung ke dalam kuali. Bunyi berdesih semakin kuat

"Adoi. Adoi,"

"Pelang-pelang abe," Suhaila ketawa geli hati saat melihat Haris terlompat-lompat apabila terkena percikan minyak masak "Masukkang je semua.. nanti abe kena gaul jangan bagi ayam tu melekat,"

"Tapi sakitlaa kena minyak tu,"

"Sebab tu ambo suruh taruh pelang-pelang,"

Setelah hampir 15 minit berlalu. Suhaila bangun dari kerusi. Kakinya melangkah pelan menghampiri Haris

"Bagi sini sedok tu abe,"

"Boleh ke?,"

"Buleh," Suhaila mengambil sudip yang di hulurkan Haris lalu mengacau ayam yang sedang di goreng "Buleh doh nie,"

"Boleh apa?,"

"Keluarkang Ayam nie, doh masok,"

"Sini. Biar saya keluarkan,"

"Pelang-pelang ya abe,"

Haris mengangguk "Suhaila duduk dulu,"

Sebaik mengambil semula sudip dari Suhaila. Haris memegang tangan Suhaila bagi membantu ibu muda itu duduk di atas kerusi

"Abe doh ada girlfriend ke?,"

"Ada tapi macam takde,"

"Ngapa,"

"Biasala Suhaila, bila dah hidup sebagai anak orang kaya. Tiada masalah pasal girlfriend, bila-bila masa boleh cari.. bila putus cari lain. mudahkan hidup,"

"Kiranya abe doh tidur ngan ramai perempuanla?,"

"Eh tak...," Haris mengeleng-geleng menyangkal sambil mengeluarkan satu-persatu ayam di dalam kuali "Seumur hidup saya, saya cuma pernah tidur sekali je dengan perempuan,"

"Siapa?,"

"Saya tak ingat,"

"Tok ingat..,"

"Pekara tu pun dah lama belaku," Raut wajah Haris berubah muram

"Abe tahu ke mana perempuan tu sekarang?,"

Haris mengeleng sambil tangannya menutup api gas "Saya tak tahu,"

"Samala dengang Ambo.. Tapi kalu ambo jumpa jantang tu, ambo nok bunuh dia!,"

Haris ketawa berfikir Suhaila hanya sekadar bergurau namun sebaik melihat raut wajah suhaila berkerut marah Haris lantas terdiam

"Suhaila benci sangat ke kat lelaki tu?,"

"Benci. benci sangat! sebab lelaki tu hidup ambo jadi macang nie,"

"Suhaila kenal tak lelaki tu?,"

Suhaila mengeleng kemudian mengeluh geram "Abe tulong alihkan kuali tu. Kita masak tomyam pulak,"

The University of Edinburgh

ZARA berjalan bersendirian di laluan koridor sambil memeluk beberapa buah buku. Gadis itu tampak anggun dengan mengenakan jubah muslimah moden tanpa tudung, Bibirnya yang merah mengukir senyuman indah seolah-olah ada sesuatu yang mengembirakan hati kerana ketika itu dia tidak sabar mahu menemui buah hati tercinta

Setelah mengambil masa berberapa hari berfikir tentang perkahwinan yang di atur oleh ibunya. Zara mengambil keputusan untuk menolak perkahwinan itu kerana ketika ini dirinya sangat mencintai Philip seorang siswa berkulit hitam asal perancis

Zara dan Philip sebenarnya berbeza kos namun ada beberapa kelas yang membuatkan mereka berdua sering bertemu. Zara menyukai Philip kerana lelaki itu seorang yang jujur dan sangat mengambil berat pada dirinya di tambah lagi dengan populariti philip yang terkenal dari kalangan para siswa universiti kerana bermain bola sepak mewakili universiti'nya

Zara menghayun langkah lebih cepat sebaik tiba di sebuah lot kampus bersebelahan dengan kampusnya

"Hai Zara,"

Zara menoleh. Seorang lelaki berambut perang bersama dengan seorang lagi lelaki tiba-tiba menegur

"Hai Mark, handy," Zara membalas sambil menghentikan langkah

"What are you doing here?,"

"I want to see Philip. Do you know where he is now?

Lelaki berambut perang itu memandang rakannya di sebelah berbicara sesuatu

"The last time we saw him, he was still in the lecture room,"

"with whom?,"

"We don't know,"

Zara diam sejenak "Where do you two want to go?"

"We want to go to a cafe. Do you want to come?"

"next time. I went to see Philip,"

"Okay Cya,"

Zara melambai sebelum mengorak langkahnya semula tidak sabar ingin menemui philip. Sebaik saja tiba di hadapan sebuah pintu yang tertutup rapat. Bibir Zara semakin menguntum bak bagaikan bunga yang sedang mekar. Perlahan-lahan daun pintu itu di tolak ke dalam

"What?," Mencerlang kedua biji mata Suhaila sebaik sahaja melihat adegan ciuman sepasang pasangan di dalam kelas itu "Philip? what going on here?,"

"Hey Beb..," Philip yang terkejut dengan kehadiran Zara segera meleraikan pelukan dari pasangannya

"Are you serious philip,"

"Wait. wait Zara.. Give me a chance to explain,"

"Explain for what! Philip, i saw everything,"

"Don't be like that, Beb, I love you," Philip pelan-pelan cuba mendekati Zara namun setiap kali dia mendekati Zara. Teman wanitanya itu akan mengundur ke belakang, mengelak dari di sentuh "Come on Beb.. I'm sorry,"

"F*ck you! philip. We done okay! we done!! I don't want to see you anymore!,"

"Wait Zara! Zara Wait,"

Sebaik melangkah keluar dari bilik kuliah itu. Zara berlari sekuat hati dengan tangisan esak miskipun waktu yang sama Philip cuba mengejarnya namun lariannya terhenti setelah di halang oleh sekumpulan para siswa yang kebetulan sedang keluar dari sebuah lagi bilik kuliah

"F**k! F**k!," Ucap Philip sambil mengaru-garu rambut dengan raut wajah tampak jelas begitu kesal

Zara terus berlari menuju ke kampusnya tanpa mempedulikan para siswa yang sedang lalu lalang memperhatikannya dengan hairan dan ada juga berberapa siswa yang mengenalinya cuba menegur namun Zara mengabaikan teguran itu

"Zara!,"

Zara tersentak, serta merta menghentikan langkahnya sebaik mendengar suara memanggil kerana dia sangat mengenali pemilik suara itu

"Wati,"

"Weii.. kenapa nie?,"

Zara tidak terus menjawab. Dia memandang sekeliling dan pada masa itu para siswa yang berada di tempat itu semuanya memandang ke arahnya. Wati yang perasan lantas menarik tangan sahabat baiknya itu

"Dah jom kita pergi tempat lain..banyak sangat busy body kat sini,"

Mereka berdua berjalan beriringan melewati beberapa buah pintu bilik kuliah sehinggalah Wati menolak daun pintu sebuah bilik namun Wati meninjau terlebih dahulu ruang bilik itu memastikan bilik tersebut kosong

"Hah kenapa nie Zara? sampai you menangis macam nie sekali?," Soal wati sebaik sahaja dia dan Zara masuk ke dalam bilik itu. Buku yang di bawa zara tadi di ambil kemudian di letak di atas meja

"Philip curang dengan i wati,"

"What! dia curang dengan siapa?,"

"I tak kenal, tapi i nampak dia bercium dengan perempuan tu dalam bilik kuliah tadi," jawab Zara dengan esak

"Tak usahla menangis Zara,"

"I sedih sangat Wati. Sampai hati Philip buat begitu pada i. padahal i betul-betul cintakan dia,"

Wati mengeleng-geleng pelan sambil menatap wajah Zara sudah di basahi air mata. Wati mengeluarkan tisu dari beg'nya lalu di hulur kepada Zara

"Bersihkan dulu air mata you," Zara menurut lalu di ambil tisu itu dari Wati

"Macam mana dengan perkahwinan you dengan Haris?,"

"I tolak..,"

"Bila?,"

"Semalam.. i tak sanggup nak tinggalkan philip Wati..,"

"Habis tu sekarang?,"

Zara terdiam menunduk mula merasa menyesal dengan keputusannya

"Sorry Zara kalau i tanya soalan nie?,"

Zara mengankat wajahnya "Apa dia Wati?,"

"Selama you bercinta dengan philip, You dah tidur ke dengan dia?,"

"No wati," Jawab Zara sambil mengeleng kepala bersungguh-sungguh

"Betul ke?,"

"Ya.. tapi ringan-ringan tu pernahlaa,"

"Maksud you?,"

"Setakat i benarkan dia kiss i je, kadang-kadang ada juga dia merayu ajak i buat benda tu, tapi i tak nak,"

"So apa masalahnya,"

"Apa maksud you?,"

"Yalaa.. Cara you menangis zara macam you dah serahkan tubuh you pada philip, beria betul,"

"Kan i cakap tadi Wati. i betul-betul cintakan dia,"

"You je yang cintakan dia, tapi dia?,"

"Salah ke i sedih wati?,"

"Tak salah Zara..," Wati menyenget bibirnya "Jujur i cakap dengan you Zara. dari dulu i memang tak berkenan lansung bila you bercinta dengan philip.. macam pinang di belah tapi tak terbelah-belah, You faham tak?,"

"Hahahaha..," Zara tiba-tiba ketawa sehingga memicit perutnya. geli hati sungguh dengan sindiran sahabat baiknya itu

"Kalau di bomkan pinang tu pun belum tentu terbelah,"

"Hahahaha," Zara semakin kuat ketawa "Cukup wati.. cukup. I tak sanggup lagi dengar,"

Zara menghela nafas panjang cuba menenangkan dirinya sambil di perhatikan Wati

"I dah bagitahu Mama i wati pasal Philip,"

"Apa Mama you cakap?,"

"Mama i diam je,"

"You bagitahu tak Mama you, philip tu lelaki kulit hitam?,"

Zara mengangguk

"Maksudnya.. Mama you sebenarnya bukannya diam, tapi terkejut beruk,"

"Cukupla wati..,"

Wati tergelak "Nasib baik tak jadi Zara.. kalau tak pingsan Mama you nanti dapat cucu dari afrika,"

"Wati!,"

"Okay-okay.. So macam mana sekarang? apa you nak buat?,"

Zara mengeluh kesal "I rasakan Wati, mungkin ada sebab kenapa i nampak perbuatan Philip dengan mata i sendiri,"

"I tahu.. sebab philip bukan jodoh you,"

Zara mengangguk "Mungkin Jodoh i sebenarnya dengan Haris,"

"Tapi masalahnya you dah tolak, lepas tu you dah bagitahu Mama you pasal philip, mungkin sekarang Mama you dah bagitahu keluarga Haris pasal tu,"

"Eh harap-harap tak lah,"

"Cepatla call Mama you,"

Zara bergegas mengeluarkan Handphone'nya di dalam handbag sambil berharap ibunya masih belum memberitahu keluarga Haris tentang penolakannya itu

TAMAN MEGAH PEDANA AMPANG sebuah taman perumahan mewah yang di bina mengikut citarasa pembeli dan kerana itu setiap rekabentuk rumah di situ mempunyai rekabentuk yang berbeda

Sebuah kereta jenis Mercedes-Benz berwarna biru memasuki ke dalam kawasan perumahan itu. Tan seri yunus yang sedang duduk di belakang kelihatan sedang mengurut-ngurut dahi pening memikirkan keadaan syarikatnya tak habis-habis mengalami kerugian semenjak ketiadaan Haris

"Pukul dua nanti Tan seri ada pertemuan dengan Datuk Hisham," kata Pemandu peribadi Tan seri yunus

"Saya dah cancel pertemuan tu.. awak boleh balik,"

"Baiklah Tan seri,"

Kereta di naiki Tan seri yunus berhenti seketika menunggu Pintu pagar terbuka secara automatik

"Eh? awal laki aku nie balik," Ucap Puan seri Rahimah yang ketika itu sedang menyiram pokok bunga di halaman depan rumah

Raut wajah Tan seri yunus tampak seperti kelelehan sebaik keluar dari kereta

"Kenapa abang tak bagitahu saya abang nak balik awal.. saya tak masak apa-apa lagi,"

"Saya balik bukan nak makan.. nak rehat!,"

"Kenapa dengan abang nie.. janganla marah-marah,"

Tan seri yunus berdengus geram sambil melongarkan tali leher"nya "Hah macam mana dengan perempuan yang awak nak kawinkan dengan Haris,"

"Dia tolak," Jawab puan seri Rahimah

"Tolak?," Tan seri yunus mengeleng sambil melangkah memasuki ke dalam rumahnya "Perempuan mana tu?,"

"Anak bongsu Sofia,"

"Kerja apa?,"

"Hiss abang nie.. budak tu belajar lagi,"

"Awak nie dah kenapa," Tan seri yunus memaling "Dah takde perempuan lain ke awak nak kawinkan dengan Haris tu.. sampai budak mentah yang awak pilih,"

"Umur dia dah 22 bang bukannya budak sekolah menengah,"

"Apa yang bezanya, hiss," Tan seri yunus berdengus lagi "Pergi ambilkan saya air,"

Puan seri Rahimah bergegas menuju ke dapur.

"Macam takde perempuan lain.. budak mentah jugak di pilihnya," Omel Tan seri yunus sebaik melabuhkan punggung di atas sofa

Tidak berapa lama kemudian puan seri Rahimah datang kembali membawa segelas cawan

"Setahu abang haris ada girlfriend'kan,"

Puan seri Rahimah agak terkejut saat meletakan gelas di atas meja

"Siapa nama perempuan tu?,"

"Salwa,"

"Hah Salwa. anak perempuan Firdaus'kan,"

"Ya bang,"

"Kawinkan je Haris dengan perempuan tu,"

"Hiss taknak saya,"

"Kenapa pulak?,"

"Abang nak ke menantukan perempuan berpakaian terdedah sana sini..Hiss saya tak sanggup,"

"Sanggup tak sanggup bukannya awak yang kawin. yang penting Haris suka.. habis cerita,"

"Saya tetap tak nak,"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience