HAPPY READING
***
Vero dan Ester masuk ke dalam lobby Senayan City, Mall ini nama bekennya Senci, pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. Letaknya terletak di jalan Asia Afrika Jakarta Pusat. Mall ini berlokasi di kawasan Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dengan katagori high end terdiri dari tujuh lantai, di sampingnya tower office SCTV, 25 lantai apartemen tower dan hotel berbintang.
Mereka memasuki area mall, sambil mengedarkan pandangannya kesegala penjuru area lobby yang tampak lenggang, mungkin karena mall baru saja buka. Mall ini di penuhi tenant dari brand besar seperti butik Louis Vuitton, Cartier, Prada, Hermes, Gucci, TOD’S, Bally, Aigner, Chanel, Ermenegildo Zegna dan lain sebagainya.
Vero dan Ester memasuki gerai Victoria Secret, outlet ini memiliki pencahayaan baik. Ia melihat berbagai lingerie yang terpajang di sana. Ester mengambil lingerie stripper berwarna merah, lingerie ini terbuka dan berani. Bagian punggung dan perut dibiarkan terpampang tanpa penutup. Bahannya polyamide yang minim melindungi area tepat meski terkesan malu. Lingerie stripper menampilkan kesan feminin, renda-renda halus ditambahkan menyelubungi tali.
“Ambil ini aja, sexy parah. Kafka pasti melotot pakek ini,” seru Ester.
“Boleh sih ini, beli dua kali ya.”
“Beli empat dong, warna hitam, merah, biru sama maroon.”
“Iya, ini gua nggak ada sih. Lo mau nggak? Ambil aja, gua yang bayar.”
“Bener nih?” Tanya Ester ragu-ragu, karena harga lingerie di gerai ini lumayan mahal.
Vero mengangguk, ia menepuk, “Tenang aja, pakek kartunya Kafka.”
“Wihh, itu lebih mantep lagi. Mau dong kalau di beliin juga.”
“Iya, buat punya-punya gitu. Masa kita nggak ada model ginian.”
“Iya ih, boleh dua nggak?” Tanya Ester.
“Boleh.”
Vero juga mengambil beberapa lingerie yang berbeda, ia mengedarkan pandangannya lagi mencari uderware dengan berbagai macam model dan warna. Ia menoleh ke arah pintu masuk, ia menatap seorang wanita mengenakan dress berwarna putih di depan pintu. Ia seketika bergeming ketika mereka beradu pandang. Ia ingat betul siapa wanita itu, dia adalah mantan Kafka bernama Fiona.
Ia tidak menyangka mereka dipertemukan lagi di sini. Di tangannya ada beberapa lingerie, ia dengan cepat memasukan ke dalam shopping bag. Vero lalu melangkah menuju kasir, ia harus cepat-cepat keluar dari gerai ini, karena suasanya terasa panas dengan kehadiran mantan.
“Kenapa?” Tanya Ester melihat gelagat Vero yang tidak biasa.
Vero mendekatkan kepalanya di telinga Ester, “Cewek yang pakek dress putih yang baru masuk itu, mantannya Kafka,” bisik Vero pelan.
Ester menoleh ke samping, ia menatap seorang wanita di sana, ia menutup mulutnya dengan tangan, “OMG, serius!” Seru Ester.
“Iya, serius.”
“Ayo, cepet keluar dari sini, gua takutnya lo jambak-jambakan lagi sama doi.”
“Ih, ya nggak lah.”
Vero dan Ester cepat ke meja kasir, ia menyerahkan semua belanjaan itu. Ester menunggu di samping Vero, menyelesaikan transaksi pembayaran. Ia melihat ke arah pintu memandang seorang pria mengenakan kemeja abu-abu dan celana slimfit berwarna hitam di dekat pintu. Ia tahu betul siapa dia, dia adalah Jay mantan Vero.
Ester menepuk bahu Vero, dan Vero sadar lalu menoleh, “Ada mantan lo, si Jay di depan pintu.”
“Hah! Serius?”
“Iya, serius.”
Vero dengan cepat menoleh 45 derajat, beberapa detik kemudian mereka saling menatap satu sama lain. Ia menelan ludah, ia tidak menyangka bertemu dengan Jay di sini. Ia menahan beberapa detik, ia dengan cepat menyerahkan kartu debit itu kepada mba Kasir. Suasana semakin panas dengan kehadiran para mantan.
Jujur ia tidak tahu hubungan mantan Kafka dan mantannya seperti apa. Kemarin di restoran mereka bersama, sekarang mereka menggunakan pakaian kerja bersama ke mall. Itu merupakan tindakan yang romantis sekali, bertepatan jam makan siang.
Jay tidak percaya bahwa ia bertemu dengan Vero di sini. Dia lah mantan terindah, mereka pernah menjalin hubungan yang sangat lama. Mereka dulu biasa berdua bahkan bergantung sama lain. Bahkan keluarga besarnya sudah mengenal Vero sangat baik. Dia gadis yang ceria, manja dan dia supel dengan siapa saja. Bahkan ia pernah mengatakan bahwa ia ingin menikahi wanita itu, namun hubungan mereka putus begitu saja, karena Vero memintannya.
Sungguh itu hal yang sangat berat ia lakukan, keputusan putus sebenarnya tidak akan terjadi. Karena rasa sayangnya kepada Vero sangat dalam. Kenangan mereka di Eropa sangat banyak, bahkan ia masih teringat jelas apa yang telah mereka lakukan dari pertama bertemu, belajar bersama. Dirinya yang sedang mengejar pendidikan megister di London dan sedangan Vero di Paris. Mereka sering saling mengunjungi, bahkan saat summer mereka liburan bersama. Ia ingat mereka pertama kali bertemu di kegiatan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Perancis, mereka tidak sengaja bertemu dan lalu berkenalan dengan sosok gadis yang super cute dan ceria.
Hubungan mereka sangat lama empat tahun lamanya, hingga membuatnya sangat posesif dengan wanita itu. Namun takdir berkata lain, Vero menangis ingin minta putus karena hubungan mereka jalani tidak sehat dan tidak bisa dipertahankan lagi.
“Vero,” ucap Jay.
Vero menelan ludah, ia sudah menyelesaikan transaksi pembayaran dan ia melangkahkan kakinya mendekati pintu. Jay ingin sekali menarik tangan Vero dan membawanya pergi berdua, ngobrol, mengenang masa indah mereka saat di Eropa dulu. Namun ia sadar bahwa ia tidak sendiri, melainkan bersama Fiona.
“Apa kabar?” Tanya Jay, ia berusaha bersikap tenang.
“Baik. Kamu bagaimana?”
“Baik juga.”
“Pacar kamu kemarin ke mana?” Tanya Jay, Fiona cerita kalau pria yang bersama Vero itu adalah mantan kekasihnya dulu saat kuliah di Jerman. Dia merupakan salah satu pewaris Mayapadi Group.
“Pacar aku kerja, dia sibuk ngurusin pasien,” ucap Vero, ia mengalihkan pandangannya ke samping, ia enggan menatap Jay.
“Vero.”
“Ada apa ya?”
“Bisa kita bicara berdua?”
“Enggak, enggak bisa, aku buru-buru mau pulang. Dah,” ucap Vero, lalu bergegas keluar dari pintu.
Namun dengan cepat Jay menarik pergelangan tangan Vero, otomatis Vero menoleh memandang Jay. Ia memejamkan mata beberapa detik, dan mencoba memberontakan.
Jay menatap Vero dengan intens, ia tidak peduli dengan ada Fiona di sana, Karena hubunganya dengan Fiona masih tahap pengenalan. Ia mengeratkan genggamannya,
“Lepasin nggak,” ucap Vero, ia tahu Jay seperti apa, dia sering melakukan ini dan sedikit memaksa.
“Kita perlu ngobrol.”
“Enggak ada yang perlu di obrolin.”
“Jay, lepasin. Kita nggak ada lagi yang mesti dibicarain.”
“Ada banyak.”
“Aku sudah punya pacar.”
“I don't care about your relationship,” ucap Jay penuh penekanan.
“Oh God,” Vero frustasi ia tidak tahu bagaimana cara melepaskan jeratan Jay.
“Lepasin, aku nggak bisa sama kamu lagi.”
“Why? I know, we still love each other.”
“Sorry Jay, aku nggak bisa sama kamu lagi.”
“Why?”
Vero menarik nafas, “I am pregnant.”
Jay terperangah dan benar-benar tidak percaya, “What!”
“Sorry.”
Jay melepaskan pergelangan tangan Vero, wanita itu lalu menjauhinya. Dia dan sahabatnya Ester meninggalkan gerai tanpa menoleh sedikitpun kepadanya. Jay menutup wajahnya dengan tangan, ia benar-benar tidak percaya bahwa Vero hamil, sungguh tidak percaya.
“Mantan kamu hamil?” Tanya Fiona mendekati Jay, karena ia menyaksikan percakapan Vero dan Jay. Wanita itu mengatakan bahwa dia hamil.
“Iya katanya begitu.”
“Hamil anak Kafka?”
“Sepertinya begitu.”
“Wow, amazing,” Fiona berdecak kagum.
***
Share this novel