Didalam perjalanan kami, menuju pulang kerumah. Aku Romi dikejutkan oleh sebuah pohon tumbang yang sangat besar sekali, sehingga menutupi semua badan jalan. Kali ini perjalanan pulang kami ke rumah terhambat dengan adanya pohon tumbang.
Aku dan sulis hanya bisa duduk diatas rumput begitu juga dengan pengendara - pengendara lainnya, kegiatan mereka ada yang makan - makan bareng keluarga, ada yang mengecek ban mobil mereka mana tau bocor. Ada juga marah - marah tanpa sebab dan ada juga mengasih makan anak nya.
Sambil menunggu pekerja penebang pohon, aku memberikan kode sama sulis yang sedang memainkan hapenya, sulis sangat pintar cepat tanggap akan kode yang kuberikan kepada nya.
Dia langsung membuka celdamnya, kebetulan disaat itu dia memakai rok panjang langsung saja dia memasukkan rudal yang kuberikan. Permainan ku ini tidak diketahui oleh orang - orang sekitar, karena mereka sibuk akan urusan mereka masing - masing.
Rudalku sudah tidak tahan lagi, mau mengeluarkan cairan, ya udah bang tembakkan aja kedalam, iya bang sulis juga mau keluar sudah tidak tahan lagi.
aaaagh,,,,, uuugh,,, aaaagh,,, uuuuuuugh,, ,,,
Kami berdua kelihatan nya sama - sama mengeluarkan cairan.
aaaa,,, ---- ,,, gh,, enak rasanya bang rom,
uuuush,,, ntar ada yang dengar dikecilkan volumenya.
iya bang rom, tapi ini enak kali bang,
aaaaaaghhh.....
Setelah nya,,,, sulis bangkit dari pangkuanku dan sejurus kemudian dia memakai balik celdamnya
tanpa membersihkan cairan - cairan yang berselemak dicelana dalamnya, sedangkan aku menglap langsung pakai dedaunan yang ada disekitar pohon.
Pas kebetulan para pekerja telah menyelesaikan pekerjaan nya dan kami langsung bisa berangkat pulang menuju rumah.
Sewaktu berangkat dari Medan ke kampung Rambutan Jatuh memakan waktu hingga 3 jam akan tetapi dari kampung rambutan jatuh ke medan memakan waktu 10 jam lamanya, ini dikarenakan adanya pohon tumbang dan perbelanjaan sulis disupermarket. Banyak sekali yang dibelanjakan sulis, dimulai dari sabun hingga alat - alat dapur terus kutanya sama dia, kok banyak kali yang kau belanjakan, dek apa adek mau pindah rumah? tanyaku.
Iya bang tapi kita mau mengisi rumah baru kita setelah kita kawin nanti, iya ya jawabku kesal.
Aku berikan kartu debit bank ku terus kutanya sama sulis, maaf ya adekku sayang, apa adek engga' ingat kalo kita belum punya rumah. Oh iya ya bang - adek lupa, gimana kalo peralatan dapur ini disimpan dirumah sulis aja, apa abang setuju, tanya sulis...
iya, dek. Kalo abang sih setuju - setuju aja. Macam mana kita bawa nya dek, sedangkan kita hanya bawa sepeda motor, kecil lagi.
gampang itu, bang jawab sulis
caranya gimana, lis tanya ku berpura - pura bodoh.
Supermarket disinikan ada express (pembawa paket) nya, gimana kita paket kan aja? oke lah aku setuju kataku seraya mengacungkan jempol.
Setelah pembayaran, kami pun berlalu dan melanjutkan perjalanan kami pulang menuju rumah.
Sesampainya dirumah, ibu sulis sudah menyambut kedatangan kami dirumahnya ini. Nak romi masuklah dulu, ibu mau membahas pernikahan kalian, apa nak romi bersedia masuk kedalam rumah ibu yang jelek ini? tanya mamanya sulis.
iya bu saya masuk sekarang, jawabku yang radar bingung terus aku bertanya - tanya didalam hati kecilku ini, kenapa mereka membicarakan pernikahan, padahal aku belum siap untuk membicarakan hal yang sakral ini.
Apa karena aku membawa - bawa anaknya berhari - hari di kampung rambutan jatuh atau karena sulis tidak mau aku kelain hati, aah sudahlah, jalani aja perbincangan ini.
Silahkan duduk, nak romi. Begini nak, ibu dan bapak sudah tua pingin sekali memomong cucu. Oh rupanya orangtua sulis pingin sekali memiliki seorang cucu, bisikku dalam hati.
Ibu lihat kamu cocok sekali dengan anak kami sulis, jadi kami berniat untuk menikahkan kalian berdua. Akupun tidak mau memotong cerita ibunya sulis, kubiarkan ibunya berbicara terus sampai dia mengakhiri ceritanya.
Kalo soal biaya pernikahan akan kami tanggung sendiri termasuk biaya - biaya lainnya seperti keyboard, tratak salon dan juga yang lainnya kami yang tanggung, nak romi tinggal duduk manis saja. Bagaimana apa nak romi bersedia menerima lamaran kami? tanya ibunya sulis.
akupun berpura - pura jual mahal, biasanya dimana - mana orangtua silaki - laki yang melamar ini kok malah sebaliknya, apa karena mereka orang minang yang selalu meminang laki - laki? tanyaku dalam hati.
maaf bu bukan saya menolak tawaran ibu, saya pikir - pikir ajalah dulu, kenapa begitu nak? tanya mamanya sulis.
Jangan memaksa, ma,,, enggak baik...
tengok tu bang romi jadi kelihatan bingung tu ma... kata sulis.
Maaf ya nak rom, ibu kelihatan memaksa kamu, engga' papa kok bu, wajar - wajar saja seorang ibu mengkhawatirkan anaknya.
Mungkin setelah tiga hari ibu akan tahu jawaban dari saya, saya pulang kerumah sekarang ya bu mungkin kedua orangtua ku mencemaskanku juga.
iya nak, kata mamanya sulis, dari wajah mama nya sulis memperlihatkan kekecewaan terhadap saya sedangkan saya pura - pura tidak tahu saja. Setelah tu sesampainya saya dirumah saya mengucapkan salam *assalamualaikum * kutengok kedua orangtua ku sedang santai - santai nya duduk diruang tamu, ayah sedang membaca koran dan mama sedang menggunting kuku jari manis nya.
Wa'alaikumsalam jawab mama, mandi sana nak kamu bau banget deh, mama membilangkannya sambil menutup hidung nya. Iya ma jawabku, aku langsung mengambil handuk di dalam kamar tidur ku, kamarku beraroma kecoak jadi kubukakan jendela kamar ku agar tidak bau lagi.
Setelah itu aku mandi, selesai mandi aku mencukur semua bulu yang ada diwajah ku ini.
R,,,,, O,,, M,,, I,,,,,, kemari kau nak, yuk kita makan malam. I,,, ya mak aku menyahut dengan kerasnya.
Bersambung,,,,
Share this novel