Bagian 5

Romance Series 3132

Sudah dua bulan Valen membuka tempat usahanya.  Hanya usaha kecil.  Sebuah supermarket dengan cafe di sampingnya. Yang menakjubkan cafe itu memiliki beberapa rak berisi novel dan komik.  Ya, sesuai hobinya.  Dia begitu suka membaca.

Awalnya dia hanya memiliki 3 karyawan tetapi sekarang sudah 10 dan bahkan lebih. Entah mengapa perkembangannya begitu pesat.  Dia sendiri tak menyangka akan mampu menjalankan ini dengan baik. Selain itu dia berniat membuka cabang dibeberapa kota lain. Keseriusannya untuk pergi dari rumah keluarga Cetta benar-benar akan terwujud.

Beberapa orang berlalu-lalang.  Hari ini akan ada pihak perusahaan yang akan mengadakan rapat di cafenya. Semua pegawai sibuk. Termasuk Valen. Dia mencoba memberikan yang terbaik yang dia mampu.

Setelah berkutat dengan ruang rapat yang terletak diujung cafe, diposisi yang lebih tenang, Valen keluar dan kembali ke dapur. Hobinya membuat kue menjadikannya sebagai koki untuk cafenya sendiri.

"Hey cewek masker." sapa seseorang dengan suara tegas.

Valen membalik tubuh sebelum masuk ke dapur. Tampak seorang pria dengan setelan kerja yang melekat pas di tubuhnya, cocok dengan tubuh atletisnya.

Valen menghembuskan nafas pelan. Apa yang dipikirkannya? Otaknya benar-benar sudah rusak kali ini. Kenapa juga Arda ada di cafe-nya? Sudah sejak pertemuannya di pagi buta waktu itu mereka tak pernah bertemu lagi. Sibuk dan memang mereka bukan teman. Jadi tak ada alasan untuk bertemu.

Yang tidak pernah diketahui Valen adalah Arda selalu memantaunya. Meski dia hanya menyuruh orang kepercayaannya dan melaporkannya setiap hari. Dan saat malam, Arda sendiri yang memantau Valen sampai wanita itu tiba di rumah. Meski dia harus ekstra hati-hati agar tak tertangkap oleh Valen.

"Kau?!" Valen menunjukkan ketidaksukaannya. Ya, pertemuan mereka memang tak menyenangkan.

"Iya. Ada masalah?" Arda tampak biasa. Dia sudah sering melihat Valen. Bahkan setiap hari. Jadi bukan hal baru lagi.

"Kenapa kau ke sini?" Valen mengurungkan niatnya untuk masuk ke pantry.

"Kenapa? Apa kau sudah terlalu merindukanku?" goda Arda. Mungkin sudah saatnya dia mengubah persepsi tentang gadis ini.

Sejak dia mengamati Valen, ada hal berbeda yang dirasakan. Bukan seperti yang dikatakan orang-orang. Semua mengatakan bahwa keluarga Azura adalah jalang. Tapi Valen membuatnya berfikir dua kali. Benarkah? Jika benar kenapa dia selalu langsung pulang saat cafe tutup.

Mungkin karena keluarga Cetta yang membuatnya harus melakukan itu. Tapi dari yang Arda ingat, Valen juga menceritakan tentang pendapat orang lain. Dan sejak saat itu dia mencoba mengerti Valen meski tak secara langsung.

"Helloo...." Valen menyentik jarinya, menyadarkan Arda dari lamunannya.

"Hah? Apa?" Arda tampak linglung. Bagimana tidak? Dia memikirkan Valen dan bahkan saat gadis itu ada dihadapannya.

"Kau dipanggil." Valen menujuk seseorang di belakang Arda. Pria paruh baya yabg sudah sejak tadi menunggu Arda.

Arda mengikuti telunjuk Valen. Papanya sudah ada di sana beserta beberapa anggota rapat. Arda tersenyum dan berbalik. Sebelum berbalik dia menatal Valen lekat.

"Jangan terlalu merindukanku, aku hanya sebentar dan akan kembali lagi." Setelah mengatakan itu Arda langsung berjalan cepat.

Valen mengernyitkan kening heran. Dia bahkan tak mengingat pria itu. Sejak terakhir kali bertemu, dia tak mencoba mencaritahu dan tak merasakan rindu. Arda terlalu percaya diri.

"Jangan terlalu merindukanku, aku hanya sebentar dan akan kembali lagi." Terdengar seseorang mengulang kalimat Arda. Namun dengan nada mengejek.

Valen menatao siempunya suara dan tampak Indry bersandar di dinding. Hey sejak kapan temannya ada di situ?

"Aku di sini saat si tampan itu datang." jawab Indry seakan tau isi kepala Valen. Dia langsung mendekat dan memegang pundak Valen.

"Apa dia pangeran yang akan membebaskan rapunzel?" tanya Indry dengan nada mengejek.

"Indry." panggil Valen tajam. Dia yakin di otak temannya itu tengah memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Aku masih tidak menyangka bahwa itu pangeranmu." Indry menahan tawa. Valen tak pernah merasakan cinta. Bukannya tak bisa tapi memang enggan. Dia selalu menjauhi pria.

"Indry." suara Valen semakin menekan tegas.

"Aku merestuimu." Binar kebahagiaan terpancar dalam mata Indry. Doa bahagia jika pada akhirnya Valen menemukan tujuan hidupnya.

"Indry!!!" teriak Valen kesal. Dia tak tau ternyata Indry masih saja menyebalkan.

Indry langsung lari seribu langkah. Dia enggan disemprot Valen. Mendengar kotbah dari gadis ini tidaklah menarik. Valen sendiri tak mencoba menyusul. Masih banyak yang harus dilakukannya. Dan Indry, dia sudah terlalu kuat untum kekonyolan temannya. Indry memang begitu. Aneh. Cerewet tapi penyayang. Cuek tapi selalu mengingatkan.

Kau lebih berarti dari apapun. Karena begitu sulit menemukan sahabat sepertimu. You're my best friend. Now and forever.

__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience