Bagian 13

Romance Series 3132

Flash back
Sepuluh tahun yang lalu

Ade berada di ruang kerja Abyan, bersama dengan Eiren. Beberapa menit yang lalu, kakaknya datang dengan wajah penuh kecemasan dan membawanya ke ruangan kerja yang sudah dijamin kerahasiaannya. Eiren yang sempat bingung hanya menatap kakak iparnya ini dengan wajah yang ikut cemas.

“Ada apa, Kak?” tanya Ade karena melihat Abyan semakin gusar.

Beberapa kali terdengar helaan nafas kasar dari arah Abyan. Beberapa kali bolak-balik tidak jelas arah. Rasanya hatinya masih tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Dia juga tidak tau harus bagaimana menjelaskannya kepada Ade. Rasanya masih tidak tega dengan apa yang akan dilontarkannya.

Beberapa kali Abyan menatap Ade yang semakin bingung. Eiren yang melihat suaminya semakin penasaran langsung menyentuh lengan Ade dan tersenyum. Membuat pria disebelahnya ikut tersenyum.

Lama Abyan tidak mengatakan apapun dan hanya berjalan mondar-mandir. Ade yang awalnya gusar bukannya ikut gusar, malah sekarang kepalanya pusing karena tingkah kakaknya. Sebuah deheman membuat ketiganya menengok. Tampak Ayah mereka berdiri di pintu ruang istirahat. Ya, kantor Abyan memang sengaja dilengkapi kamar tidur karena dia tidak ingin masuk kamar bersama dengan Farah. Adelio menatap kedua anaknya dengan tatapan intens.

“Kamu tidak mau mengatakannya, Abyan?” tanya Adelio menatap tajam ke arah Abyan. “meski untuk kebaikan adikmu sendiri?”

Abyan menatap Adelio protes. Sebenarnya ini bukanlah hal yang harus diragukan karena bukan dia yang melakukan. Bahkan harusnya Abyan harus bergerak cepat dan mengungkapkan semuanya. Namun, sejak tadi dia memikirkan cara apa yang pas untuk memberikan ganjaran kepada pelakunya.

“Kak, sebenarnya ada apa ini?” tanya Ade yang mulai tidak sabar.

Adelio bosan melihat tingkah Abyan yang terkesan menyenye. Dia harusnya bertingkah cepat. Beberapa menit Adelio menunggu anaknya untuk berbicara tetapi, tidak kunjung bicara. Hingga deheman keras membuat semuanya berbalik menatap ke arahnya.

“Ade, ada yang berniat mencelakai Eiren,” tutur Adelio gamblang, membuat sang target membelalak tak percaya. “beserta Valen.” lanjutnya tegas.

“Apa? Siapa?” tanya Eiren dengan sauara yang bergetar.

Ade yang melihat istrinya mulai ketakutan langsung memeluknya erat. Berusaha menghilangkan perasaan takut dan juga was-was dari istrinya. Sebenarnya dia juga takut saat mendengar kabar tak mengenakan dari kakaknya.

“Dia berniat memasang bom di kapal yang akan kalian tumpangi.”

“Bukan niat tetapi, memang sudah. Bom itu tidak bisa dibuka dan dinonaktikan oleh sembarang orang. Hanya yang memasangnya saja yang bisa menonaktifkan.” lanjut Abyan membuat Ade semakin membelalak.

“Apa? Orang gila mana yang tega melakukannya?” tanya Ade dengan penuh emosi karena Eiren semakin takut.

Eiren hanya diam sembari berfikir. Kenapa dia dan anaknya?Bahkan dia tidak memiliki salah dengan siapapun. Siapa? Tetapi bukan itu yang harusnya difikirkan. Kalau sampai dia selamat, apa yang akan dilakukan pelakunya kepada dia dan anaknya lagi?

“Kalian harus membatalkan acara berlibur kalian,” tegas Adelio dengan nada keras. “Papa tidak mau menantu dan cucu papa meninggal secara tragis.”

“Tidak,” Eiren langsung menyahut dengan wajah dipenuhi kekhawatiran. “kalau saya dan Valen selamat, dia akan melakukan hal lain lagi.” jelas Eiren dengan wajah yang mulai tenang.

“Jadi, ijinkan saya tetap melakukan apa yang diharapkannya. Biarkan saya pergi dan dia akan tenang. Bukan Valen incarannya te..”

“Apa kamu gila? Kamu akan mati!” bentak Ade yang tidak terima dengan saran Eiren. Ini gila, dia bahkan tidak akan siap menanggungnya.

“Sayang..kamu har..”

“Tidak. Sampai mati aku juga tidak akan mengijinkan kamu mengorbankan diri. Kalau dia mau bunuh lagi, biarin aja. Kita bisa cegah itu.” kekeh Ade yang langsung beringsut menjauh dari Eiren.

Eiren menghela nafas. Sebenarnya dia tidak masalah asal Valen dan Ade tidak mendapat balasannya. Tidak mendapat kejahatan. “Sayang, sekarang kita bisa mencegah. Tetapi nanti, mana bisa kita tau apa rencananya terus-menerus.”

“Tetapi itu juga tidak menjamin dia akan berhenti, kan? Kenapa tidak kita jalani semuanya bersama?” Ade menatap Eiren dengan mata berkaca-kaca.

Eiren memeluk Ade yang sudah menitikan air mata. Dia sendiri juga tidak bisa meninggalkan keluarganya. Ade, Valen. Harapannya hanya satu, semua yang dicintainya baik-baik saja. Tidak ada yang terluka tetapi dia masih tetap menyaksikan kebahagiaan tersebut. Rasanya hatinya pilu mengingat dia akan pergi dengan jadwal yang sudah ditentukan.

“Batalkan perjalanan kalian. Papa yang akan mengatur tempat tinggal kalian.”

“Tidak. Kalian akan tetap berangkat bersama Alex.” Putus Abyan membuat seisi ruangan membelalak tak percaya.

“Apa kamu gila? Keluargaku bisa mati, Abyan!” teriak Ade yang sudah mencapai batas.

“Di dalam kapal akan disiapkan pelampung. Di bawah kapal sudah ada pintu keluar yang bisa dibuka tanpa sepengetahuan siapapun. Akan ada kapal lain yang menunggu kalian di ujung pulang. Jadi kalian hanya harus berenang tanpa sepengetahuan dia.” tutur Abyan membuat semuanya saling pandang.

“Aku tau ini pertaruhan nyawa kalian. Semua ditentukan dari kecepatan dan ketangkasan kalian saat didalam kapal. Bom akan diatifkan daam dua puluh menit setelah kalian masuk. Jadi, sebelum tiga puluh menit cepatlah turun dan keluar dari kapal.” Jelas Abyan gamblang.

“Kenapa kamu bisa tau bahkan sampai waktunya?” tanya Ade bingung dan penasaran.

“Bagaimana dengan Valen?” tanya Eiren yang sedikit panik. “Valen masih kecil dan tidak akan kuat berenang sampai jauh.”

“Valen bisa kamu tinggal bersama dengan Abyan. Jangan bawa dia dan kami berjanji akan menjaganya.” Adelio menatap Eiren yang masih tampak cemas.

“Abyan, kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kamu tau semua bahkan sampai waktu yang ditentukan?” Ade menekankan suaranya dan pandangan yang tajam.

Abyan menatap Ade santai. “Karena aku yang melakukannya.”

Ade yang mendengar semakin melorot tidak sanggup mendengar. Apa yang dikatakan Abyan membuatnya benar-benar terasa mati rasa. Kakak yang berniat menolong tetapi juga berniat membunuhnya.

“Lalu kenapa kamu menyelamatkan kami?” tanya Ade lagi masih tidak percaya.

“Karena kamu adikku dan aku tidak sekejam itu. Aku dan Papa hanya menyetujui permintaan Mama dan Farah sebagai ganti pernikahan kalian.”

Ade terduduk lemas. Rasanya masih tidak dapat dipercaya. Sebuah nyawa yang sudah direncakan akan dikorbankan. Mamanya sendiri yang merancan hal tersebut dengan sangat apik. Eiren yang mendengar langsung tertunduk. Sebegitu bencinya? Bahkan dia berfikri setidaknya mertuanya itu sudah sedikit menyukainya. Nyatanya, dia salah dan memang dia tidak diharapkan.

Eiren masih membuka mulut saat hendak mengatakan isi hatinya tetapi, Ade jauh lebih dulu mencekalnya dan menanyakan hal lain. Membuat Eiren jadi diam dan tidak ikut berbicara.

“Lalu, setelahnya kami bagaimana?”

Adelio tersenyum. “Kalian akan tinggal di rumah anak teman Papa. Kamu masih bisa melihat Valen dengan bantuannya dan jangan sampai diketahui.”

“Sampai kapan, Pa?” tanya Eiren yang sudah berkaca-kaca. Dia tidak sanggup meninggalkan Valen dan membuat anaknya berfikri bahwa dia yatim piatu.

“Sampai penjahat itu tertangkap, sayang.” Adelio mengelus puncak kepala menantunya dengan lembut dan tersenyum. Dia sangat menyayangi Eiren melebihi dia menyayangi anak-anaknya. Dia bahkan bersyukur karena pada akhirnya Ade mempertahankan kekasihnya.

“Siapa anak teman Papa?” tanya Ade penasaran.

Adelio tersenyum dan menatap Ade dengan senyum menenangkan. “Stev Alvaro. Pemilik AL Group. Salah satu perusahaan yang sudah lama menjalin kerja sama dengan kita. Kamu akan aman disana dan tentang Valen, Abyan akan menjaganya.”

“Aku akan memberikan pengawal disetiap sudut tanpa diketahui siapapun. Termasuk yang bisa menjadi sahabatnya.” Jelas Abyan yang sudah yakin dengan rencananya. Bahkan Adelio yang tidak tau rencananya malah memuluskan jalan. Awalnya Abyan masih bingung kemana mereka akan tinggal tetapi, papanya menyelesaikan dengan waktu singkat. Seakan mereka sudah merencanakan sejak lama.

“Tidak akan ada yang menyakitinya, sayang.” Adelio meyakinkan kepada Eiren yang masihr agu.

Eiren yang mendengar langsung tersenyum kecil dan mengangguk. Dia yakin bahwa Papa mertua dan Kakak iparnya akan menjaga Valen dengan baik.

“Mama akan datang cepat sayang. Ini hanya sementara.” batin Eiren dengan senyum lega. Lega karena dia masih memiliki orang yang dapat dipercaya dan menyayanginya. Dia bahagia karena pada akhirnya dia merasakan bagaimana rasanya ‘DIHARPKAN’

Flash back selesai
*****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience