Bagian 16

Romance Series 3132

Aku hanya ingin menikmati apa yang ada dihadapanku, sebelum semuanya lenyap dan berganti kembali menjadi luka.

Setidaknya itulah kalimat yang ditanamkan Valen dalam hidupnya. Dia terlalu lelah memikirkan orang lain dan hidup dengan bayang-bayang gosips disekitarnya. Selama ini hidupnya cukup mengenaskan dengan orang yang selalu memandangnya rendah, bergunjing keburukannya dan bahkan menghina mamanya yang sudah tiada. Mengingat itu membuat Valen harus kembali menepuk dada dan menahan semua sakitnya. Sampai datang Arda yang seakan membuatnya mengerti bahwa dia juga memiliki hidup yang perlu disempurnakan.

Valen masih berbaring di ranjang rumah sakit. Sebenarnya dia sudah diperbolelkan pulang, tetapi Arda ngotot agar dia dirawat sampai besok pagi. Valen tidak mengerti bagaimana sifat pria tersebut karena baru saja mengenal. Namun, dia yakin Arda tidaklah jahat. Setidaknya itulah yang dikatakan hatinya.

Bukankah hati tidak pernah salah? Itulah yang menjadikan Valen percaya dengan apa yang ada dihadapannya. Setidaknya hatinya mengatakan apa yang diharapkan.

Valen menatap sekitar dan tidak menemukan Arda di ruangan. Sudah satu jam pria tersebut keluar dan belum juga kembali. Apa dia pergi meninggalkan begitu saja? Apa dia hanya berusaha untuk merawatnya karena merasa bersalah? Sebenarnya masih ada pemikiran tentang hal tersebut yang membuat Valen masih sedikit goyah. Bagaimana jika Arda merusak hatinya? Bagaimana jika ternyata pria tersebut hanya mempermainkannya? Kemungkinan buruk terus saja berputar dalam benaknya.

“Bagaimana kalau itu memang terjadi? Apa rasanya sakit?” gumam Valen sembari meremas selimut yang menutupi kakinya.

“Apanya yang sakit?”

Suara tersebut membuat Valen langsung menoleh dan mendapati Arda tengah membawa makanan. Rasanya lega ketika melihat pria tersebut datang dengan wajah ceria dan masih sama. setidaknya itu dapat membuat Valen bernafas lega karena bukan hari ini dia akan merasakan sakit yang membuat hatinya hancur.

“Kamu melamunkan apa?” tanya Arda sembari meletakan makanan yang baru saja dibeli di kantin rumah sakit.

Valen menggeleng, mana mungkin dia mengatakan bahwa dia takut jika Arda pergi darinya. Rasanya begitu malu. Apalagi mengingat bagaimana Arda menciumnya, Valen merasa begitu malu dan tidak berani menatap Arda seperti biasanya.

Arda yang masih membuka makanan dan memindahkan di piring yang sudah disiapkan tersenyum mendapati Valen menjadi salah tingkah sendiri. Apalagi wajah merah padam gadis tersebut membuat Arda yakin, Valen tengah memikirkan hal konyol dan dia tau penyebabnya.

Arda melangkah mendekati Valen dan membawa dua piring makanan. “Aku tau kamu tidak suka dengan makanan rumah sakit. Itu sebabnya aku membelikanmu makanan di kantin rumah sakit. Setidaknya itu masih manusiawi ketimbang makanan hambar yang harus kamu makan.”

Valen menerima dan mengangguk patuh. Benar yang dikatakan Arda, setidaknya dia masih memakan makanan dengan rasa yang bisa dikatakan enak. Dia sendiri tidak suka dengan makanan rumah sakit dan merasa eneg ketika memakannya.

Arda yang melihat hanya mengulum senyum. Hari ini Valen benar-benar menjadi gadis penurut dan dia suka. Biasanya, Valen akan menolak bantuannya dan memilih menjawab dengan nada tidak enak kepadanya. Namun, hari ini berbeda. Valen bersikap baik layaknya seorang gadis baik dan tidak begitu keras kepala.

“Enak?” tanya Arda yang menatap Valen karena lahap.

Valen mengangguk antuasi. “Ini jauh lebih enak dari makanan tadi sore yang diberikan.”

“Memangnya kamu merasakannya? Baru dibawa saja sudah disuruh buang,” ucap Arda sembari mengejek.

Valen yang mendengar langsung menatap tidak suka. Kenapa Arda mengingatkannya? Dia bahkan malu jika suster tersebut datang dan membawakan makanan untuknya. Pasti dia akan ditertawakan nantinya.

Arda yang melihat langsung tersenyum. Ternyata Valen memiliki sikap anak kecil dan dia baru menyadarinya. Apa selama ini dia salah telah membenci Valen tanpa mengetahui apa masalahnya? Buktinya, setelah dia mengenal, Valen tidak seburuk yang dipikirkan. Bahkan, dengan lancangnya, hatinya malah terpaut dan mencintai gadis dihadapannya.

Apa Papa akan merestui nantinya? Arda masih takut jika selama ini papanya hanya berpura-pura membela dan siap memberikan izin kepadanya. Dia takut jika semua hanya permainan papanya untuk membalaskan dendam. Jangan salah, dia adalah keluarga Alvaro yang sama terkenal liciknya dan selama ini, banyak sekali musuh yang mengincar papanya. Apa Papa akan setega itu?

Arda membuang semua pikiran buruk tentang papanya. Dia berharap semua hanya hayalannya saja dan tidak akan menjadi nyata, karena jujur, saat ini dia benar-benar mencintai Valen. Apapun akan dilakukannya untuk bisa bersama dengan gadis dihadadapannya.

“Selesai,” ucap Valen membuat Arda yang sejak tadi melamun langsung fokus kepada Valen.

“Sudah?” tanyanya dengan wajah lembut.

Valen menganguk. Dia bahkan membiarkan Arda menarik piring dari pangkuannya dan melatakannya di nakas. Selanjutnya, Arda mengambil gelas berisi air minum dan memberikannya kepada Valen. Tanpa basa-basi, langsung saja dihabiskan.

“Kamu beneran haus?” tanya Arda kaget karena Valen meminum sekali tandas.

Valen hanya nyengir kuda dan menatap makanan Arda yang tidak dihabiskan. “Apa kamu tidak lapar?”

Arda yang mengerti maksud Valen tersenyum dan menggeleng. “Aku sudah makan tadi.”

“Tetapi…”

“Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Lebih baik sekarang kita tidur karena sudah malam,” ucap Arda yang langsung naik ke ranjang dan masuk ke dalam selimut.

Valen yang melihat langsung berkerut bingung. “Kamu mau tidur di sini?”

Arda mengangguk dan langsung memeluk Valen erat. Untung saja ranjangnya cukup besar untuk mereka berdua. Namun, dipeluk dalam satu ranjang membuat Valen sulit untuk memejamkan mata. Takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.

“Hei, tidurlah. Aku tidak akan melakukan hal aneh,” ujar Arda yang sadar Valen masih terjaga.

“Tetapi…”

“Valen, aku bukan pria jahat yang memanfaatan wanita ketika lengah,” ucap Arda dan langsung membuka mata. Bibirnya tersenyum penuh arti dan Valen malah ngeri melihatnya.

“Atau kamu ingin aku melakukan hal tersebut?” bisik Arda membuat Valen langsung membelalak.

“Tidak.” Valen langsung berbalik dan memejamkan mata.

Arda yang melihat hanya cekikikan. Tanpa permisi, dia langsung memeluk Valen dari belakang. Membiarkan malam membawa mereka dalam satu mimpi yang sama.

*****
“Sial!”

Gea membanting vas bunga dikamarnya dan membuat kaca hias di kamar menjadi pecah berkeping-keping karena dijadikan sasaran. Sejak siang dia mencoba menghubungi Arda, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Selalu saja sama, operator yang menjawabnya. Sebenarnya kemana pria tersebut?

Gea menatap serpihan kaca dengan mata tajam. Dia akan melukai siapapun yang mengambil Arda darinya, termasuk Valen. Dia sendiri baru ingat bahwa Valen tidak ada di rumah sampai malam ini.

“Jalang sialan. Jangan bilang mereka pergi bersama. Jika itu terjadi, jangan harap kamu masih bisa bernafas di dalam rumah ini, Valen,” geram Gea dengan mata penuh dengan amarah.

Pintu kamar terbuka menampilkan wanita dengan wajah elegan dan tengah menatapnya lekat. Farah memandang putinya dengan tatapan yang sulit dibaca.

“Apa yang kamu lakukan, Gea?” tanyanya dengan suara tajam.

Gea yang mendengar hanya diam dengan deru nafas yang terdengar jelas. Sejak siang dia sudah mengamuk dan tidak ada yang berani masuk ke dalam kamarnya. Semua asisten rumah tangganya langsung kabur dan tidak berani mendekat. Hanya Farah yang berani memasuki kamar Gea ketika gadis tersebut tengah dibalut amarah.

“Apa ini semua karena Arda?” tebak Farah dan itu benar.

Gea menghela nafas dan menatap mamanya dengan wajah masih bercampur kesal. “Ma, Arda dari…”

“Kamu jangan bodoh, Ge. Berhenti melakukan hal konyol begini. Karena hanya dalam hitungan hari, Arda akan menjadi milikmu. Sepenuhnya,” ucap Farah dan menekankan nada bicara pada kata ‘sepenuhnya’.

Gea baru saja akan menjawab, tetapi suara lain membuatnya terpaku, termasuk Farah yang langsung membelalakan mata kaget.

“Apa yang akan menjadi milikmu?”

*****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience