Bagian 17

Romance Series 3132

“Apa yang akan menjadi milikmua?”

Dua orang yang saat itu tengah asik merencanakan sesuatu harus mengurungkan niatnya untuk melanjutkan karena Abyan sudah berdiri di mulut pintu kamar Gea. Gea yang mengerti hanya diam dan mengalihkan pandangan. Apalagi ketika Abyan menatap kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Jujur, Gea sudah mengkeret dengan ketakutan.

“Kamu ada masalah, Gea?” tanya Abyan dengan wajah serius.

Farah yang mendengar bangkit dan langsung mendatangi Abyan yang hanya diam tidak berpindah. “Adapun, memangnya kamu peduli?” ucap Farah dengan wajah merendahkan.

Abyan hanya tersenyum sinis dan menatap Farah dengan wajah yang benar-benar jijik. Dia jijik hidup bersama dengan wanita berbisa seperti Farah. Dulu, dia menikahi Farah hanya karena menyelamatkan Ade dan Eiren yang saling mencintai. Dia tidak mau jika adiknya harus mengalah dan menikahi wanita busuk dihadapannya.

“Berhentilah memupuk bibitmu sampai busuk, Farah. Jangan mencari penerus kebodohan dan kekejianmu,” ucap Abyan dengan mata merendahkan. Semua bukti sudah dikumpulkan dan dia hanya butuh waktu untuk menjebloskan Farah ke penjara. Dia yang menjadi pelaku kejahatan dengan perencanaan dan kekejaman yang benar-benar tidak dinalar. Seorang gadis yang saat itu selalu bersikap lembut, ternyata memiliki sisi psikopat dan menyeramkan.

Farah yang mendengar hanya menghela nafas panjang dan mengabaikan kalimat Abyan. Dia menatap dengan pandangan tajam dan menusuk. “Berhenti mengurusi orang lain, Abyan. Kamu akan terluka nantinya,” ucapnya dengan nada datar dan penuh makna.

Abyan hanya tersenyum kecil dan menatap Gea yang masih diam menatap ke luar jendela. “Gea, Papa harap kamu menjadi orang baik dan bukan seperti Mama mu.”

Gea yang mendengar langsung berbalik dan menatap Abyan tidak suka. Dia tidak suka jika ada yang menjelakan mamanya. mamanya bahkan selalu melakukan yang terbaik untuknya. Memenuhi segala keinginannya apapun caranya. Sedangkan papanya, hanya selalu menolak apa yang diinginkannya. Meski terkesan cuek, papanya selalu mendahulukan Valen ketimbang dirinya.

Abyan langsung melangkah keluar kamar dan Farah yang melihat langsung mengikuti. Dia memiliki urusan yang harus diselesaikan berdua dengan suaminya tersebut. Abyan tau jika Farah mengikutinya dan hanya diam. Sampai di depan pintu kamar, Farah menghentikan langkah suaminya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

“Ada urusan apa lagi?” tanya Abyan dengan nada tidak suka. Dia semakin membenci Farah setelah mengetahui semua yang sudah dilalukan wanita dihadapannya.

“Aku memiliki urusan denganmu,” jawab Farah dengan nada dingin.

Abyan yang mendengar menghela nafas dan menatap Farah serius. Dia lelah dan sedang tidak ingin berdebat. Namun, dia juga penasaran dengan apa yang akan dikatakan wanita tersebut kepadanya.

“Apa?”

Farah menegakan tubuh dan menatap serius. Kali ini dia tidak ingin dibantah sama sekali. “Bilang kepada Stev bahwa kita akan melamar Arda.”

“Apa?” Abyan mengerutkan kening heran. Untuk apa dia melamar Arda? Bukankah harusnya Arda yang datang untuk melamar pihak perempuan?

“Atur perjodohan Arda dengan Gea dan aku tidak mau semua berantakan.” Setidaknya itu yang bisa dilakukan Farah agar anaknya tidak bernasib sama dengannya. Selain itu, nantinya dia akan menjadi kaya karena dia tau, Arda adalah satu-satunya pewaris keluarga Alvaro. Ketika Gea menikah dengan Arda, setidaknya Gea memiliki hak untuk itu semua dan Farah bisa memanfaatkan hal tersebut.

Abyan menatap lekat dan tersenyum meremehkan. Dia bahkan enggan mendatangi Stev hanya untuk Gea. Apalagi memaksa untuk menjodohkan keduanya. Dia yakin, Arda sudah mencintai orang lain karena mata-matanya memberikan informasi mengenai kedekatan Arda dan Valen.

“Jangan bermimpi. Aku tidak akan melakukannya. Cari lelaki lain untuk dijodohkan dengan Gea,” ucap Abyan tanpa rasa bersalah

“Kamu yakin tidak mau melakukannya?” tanya Farah memastikan dan langsung diangguki oleh Abyan. Dia yakin dengan keputusannya. Dia enggan melakukan apa yang diperintahkan Farah kepadanya.

“Baiklah. Jangan salahkah jika nanti Valenmu terluka,” ancam Farah dengan nada sinis.

Abyan yang mendegar hanya santai dan malah melenggang masuk ke dalam kamar. Dia lelah mendengarkan ancaman Farah yang selalu membawa nama Valen. Lagi pula, bukan tanpa alasan dia melakukannya. Dia akan menggunakan Valen untuk semua rencananya. Setidaknya itulah yang Stev, Ade dan dirinya rencanakan.
*****
Matahari pagi menyingsing masuk melalui celah jendela kamar, membuat kedua insan yang masih berpelukan menggelian malas. Valen sendiri enggan membuka mata dan memilih untuk tetap menutup mata. Dia sadar ada tangan kekar yang saat ini memeluknya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Arda. Setelah memaksa untuk tidur di ranjang bersama dan berakhir dengannya memeluk Valen semalaman.

Valen menikmati kebersamaan yang entah kapan akan hilang. Dia tidak tau apakah selamanya Arda akan bersama atau hanya sampai batas waktu yang semakin dekat dengan perpisahan. Valen menghela nafas panjang dan menikmati pagi yang indah. Sampai ketika dia bergerak dan ada sebuah benda yang menusuk pantatnya, membuat Valen membalik tubuh dan menatap Arda yang masih memejamkan mata lekat.

“Tampan,” bisiknya dengan senyum sumringah.

“Memang dari dulu aku tampan,” ucap Arda yang sebenarnya tidak tidur.

Valen yang mendengar langsung membelalak dan siap kabur, tetapi Arda jauh lebuh cepat dan menariknya masuk ke dalam pelukannya. Benda yang sejak tadi mengacung dalam celana Arda membuat Valen bergidik ngeri. Apa Arda akan melalukannya? Tetapi dia belum siap.

Arda yang menyadari hal tersebut semakin merapatkan tubuh dan membuat gesekan kecil antara kejantanannya dan paha Valen. “Kenapa?” tanyanya karena Valen membelalak kaget.

“Arda, lepas. Aku mau ke kamar mandi,” ucap Valen mengalihkan perhatian.

“Mau ngapain?” Arda masih jahil dan menggesekan kejantanannya. Sebenarnya dia sendiri yang tersiksa karena ulahnya tersebut.

“Arda, menyingkirlah. Bagian bawahmu sudah menunjukan nafasumu,” celetuk Valen dengan perasaan malu.

Arda yang mendengar langsun tertawa, membuat Valen mengerutkan kening. Memangnya ada yang aneh dengan ucapannya?

“Jadi yang kamu maksud ini?” jawab Arda sembari menunjuk selangkangannya yang sudah berdiri, terlihat dari celana yang menggembung.

Valen mengalihkan pandangannya dan itu membuat Arda semakin senang. Dengan gerakan cepat, Arda membalik tubuh Valen sehingga sekarang dia berada di atas tubuh Valen dan membawa kedua tangan gadis tersebut ke atas. Menguncinya dengan tangan.

“Arda,” panggil Valen takut.

“Kamu tau? Kejantananku berdiri. Kamu mau menidukannya?” tanyanya dengan nada sensual. Dia hanya menggoda Valen meski sebenarnya dia sendiri tidak menolak jika Valen mau.

“Arda,” cicit Valen takut.

“Apa, Valen?” tanyanya dengan tawa yang masih dikulum.

Valen yang menyadari langsung membelalak tidak suka. Dengan cepat dia mengusir Arda dari tubuhnya dan langsung berdiri tegap. Rasanya dia benar-benar malu. Arda mempermainkannya pagi-pagi.

“Berhentilah menggodaku, Arda.”

Arda terseyum dan memeluk Valen erat. “Aku juga tidak akan membuatmu mendesah di tempat ini, Valen. Aku tidak mau ada yang mendengar desahanmu selain aku,” ucap Arda dan mengecup bibir Valen singkat.

Valen hanya diam dengan wajah yang merah padam. Dia tau apa yang ada di otak Arda dan dia merasa risih karena Arda tanpa malu mengatakan hal vulgar semacam itu. Tetapi, Valen menikmati ketika Arda melahap habis bibirnya. Ditambah remasan pada payudaranya dan itu membuatnya meringis sakit.

“Apa sakit?” tanya Arda ketika menyadari Valen meringis di sela-sela ciumannya.

Valen mengangguk. Ini pertama kalinya dia mendapatkan perlakuan seintim itu. Ada yang mencium bibir dan memainkan payudaranya. Anehnya, Valen seperti terhipnotis dan tidak melawan sama sekali.

“Kalau begitu, aku akan membuatmu terbiasa,” ucap Arda dan kembali melumat bibir Valen, serta remasan kecil yang perlahan menjadi beringas. Hanya sekedar meremas dan Arda harus menahan sakit di selangkangannya karena tidak mungkin terpuaskan. Dia mau jika Valen juga mau. Dia juga tidak akan memaksa karena dia mencintai Valen tanpa nafsu.

*****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience