Bagian 18

Romance Series 3132

Arda sudah mengantar Valen sampai depan rumah dan menyerakannya kepada Abyan yang saat itu tengah menyiram bunga di halaman. Wajahnya tampak lega melihat keponakannya tidak terluka. Valen sendiri hanya diam dan tidak mengatakan apapun tentang perbuatannya. Jika Valen mengatakan semuanya, dia yakin hidupnya akan hancur saat dia mengantar Valen ke rumah.
Arda memasukan mobilnya di pelataran rumah dan segera masuk. Dia ingin beristirahat dan menenangkan adik kecil yang sejak tadi berontak karena kesalahannya. Dia sengaja mencumbu Valen, tetapi dia juga yang merasa kesakitan dan tersiksa sekarang.
Arda baru menaiki satu tangga ketika sebuah deheman membuatnya berhenti sejenak dan menatap ke belakang. Tampak papanya tengah menatap dengan wajah datar dan rambut yang sudah segar. Tangannya dimasukan semua ke dalam kantong celana.
“Dari mana, Arda?” tanya Stev sembari menatap anaknya lekat.
Arda menatap papanya dengan pandangan yang sama datarnya. “Ada urusan.”
“Sampai pagi seperti ini?” tanya Stev lagi. Dia hanya ingin Arda mengatakan apa yang terjadi antara dirinya dan Valen. Dia ingin anaknya mengakui semua perasaan kepadanya. Termasuk apa yang sudah dilihatnya kemarin ketika mengikuti Arda di Rumah Sakit.
Arda hanya berdeham mengiyakan. Dia masih merasa gengsi dengan apa yang dirasakannya. Bahkan dia sudah berniat melamar Valen. Padahal dia sendiri masih gengsi menyadari bahwa apa yang dipikirkan papanya selama ini benar.
“Kamu tidak bersama Valen?” Stev memandang anaknya dengan penuh selidik. Apa yang akan dikatakan anaknya?
Arda diam sejenak dan menggeleng tidak peduli. “Arda gak harus bareng sama Valen, kan, Pa.” Padahal dia bersama wanita tersebut sejak kemarin bahkan selalu mencumbunya. Pesona Azura terlalu kuat untuk dihilangkan.
Stev mengangguk paham. “Jadi, apa kamu masih mencintai Gea dan membenci Valen?”
Arda diam sejenak. Dia dulu memang selalu memuji Gea dan tidak mengakui semua hal baik tentang Valen. Namun, nyatanya dia salah dan malah semakin jauh terperangkap ke dalam dunia Valen yang membuatnya semakin penasaran. Hingga dia berakhir pada jatuhnya hati yang semakin dalam. Dia mencintai Valen dan takut kehilangan.
“Kalau kamu masih suka sama Gea, Papa akan terima lamaran mamanya untuk kamu,” jelas Stev sembari menyelidiki tatapan Arda yang langsung membulat. Dia sendiri hanya mengulum senyum melihat Arda sudah membelalak tidak percaya.
Stev menatap Arda dengan santai. Jelas semua yang dikatakannya bohong karena Farah bahkan belum ke rumahnya. Dia hanya mendengar rencana tersebut dari Abyan yang sudah menghubunginya lebih dahulu.
“Baiklah, Papa akan terima lamaran tersebut, Nak,” ucap Stev tidak sabar karena anaknya hanya diam.
Arda melihat papanya yang hendak pergi. Dia sudah tidak ingin bersama Gea dan memang tidak pernah ingin. Sejak awal dia hanya menjadikan Gea sebagai alasan agar papanya tidak selalu memuji Valen yang entah seperti apa aslinya.
“Tunggu, Pa,” cegah Arda yang melihat Stev hendak pergi. Stev yang mendengar langsung menghentikan langkah dan menatap Arda tajam.
“Ada apa?” tanay Stev berpura-pura kesal.
“Ara gak mau sama Gea. Jadi, lamaran dari Tante Farah tolak saja,” ucap Arda kesal karena papanya yang saat ini terasa menyebalkan.
“Kenapa?” Stev mengerutkan kening dalam.
“Karena…” Arda diam sejenak. Namun, dia menatap papanya yang sudah menunjukan wajah tidak sabarnya. Bagaimana pun dia harus tetap mengatakannya, bukan?
“Karena Arda mencintai Valen,” putusnya dengan nafas tercekat. Jantungnya terasa tidak ingin berdetak. Dia yakin selanjutnya akan mendapatkan ejekan dari papanya karena wajahnya sudah menunjukannya.
Stev mendekat dan mengangguk mengerti. Wajahnya masih terlihat normal sampai saat dia merangkul pundak anaknya menguatkan. Membuat Arda yang tadinya takut menjadi bingung. Tumben papanya tidak mentertawakannya.
“Jadi, pesona seorang Gea bisa tertandingi oleh pesona seorang Valen, hm?” tanya Stev masih merangkul anaknya.
Arda yang mendengar hanya memutar bola matanya kesal. Dia tau akan seperti ini jadinya. Lagi pula, dia sebenarnya tidak ingin memberitahu Stev tentang peraaannya. Namun, dia juga membutuhkan restu karena dia yakin, Valen tidak akan mau menikah dengannya tanpa restu.
“Papa setuju dan sangat merestuimu,” ucap Stev membuat Arda yang tadi malas berubah penuh antuasia.
“Papa serius?” tanyanya menyakinkan.
“Tentu saja. Papa sangat menyukai Valen dan Papa harap, semalam kalian sudah berusaha memberikan Papa cucu,” ucap Stev sembari mengerlingkan matanya ke arah Arda yang langsung menganga.
Arda menatap papanya penuh tanya. Apa maksudnya?
“Sudahlah, yang pasti Papa merestui kalian.” Stev tidak mau membuat Arda semakin malu karean dia da Ade melihatnya mencumbu Valen dengan ganas.
“Arda berniat menikahinya, Pa,” ucap Arda dengan serius. Dia benar-benar ingin menikahi Valen dan mengganti nama belakangnya menjadi Valentine Alvaro.
Stev yang mendengar menghela nafas panjang dan menatap anaknya lekat. Baagaimana pun Arda mencintai Valen dan dia tidak mau anaknya tidak tau apapun. Dia harus mengatakan semuanya.
“Arda, kamu yakin akan menikahi Valen?”
Arda mengangguk yakin. Dia sudah sangat yakin dengan apa yang ditetapkannya. Dia tidak ingin Valen menjadi milik orang lain. Dia juga takut jika nanti papanya berubah pikiran dan menjodohkannya dengan Gea. Arda tidak bisa kehilangan Valen.
“Kalau kamu serius dengan ucapan kamu, sekarang pergi ke kamar dan mandi. Kita harus meminta restu lain yang tidak kalah penting,” ucap Stev. Melihat keyakinan Arda, dia yakin apa yang dipilih oleh anaknya sudahlah mantap.
“Siapa?” tanya Arda bingung.
“Nanti juga kamu tau,” ucap Stev dan langsung meninggalkan anaknya.
Arda hanya diam. Sebenarnya dia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi diurungkan. Dia memilih untuk membersihkan diri dan segera bersiap. Dia benar-benar penasaran.
Siapa orang yang tidak kalah penting untuk pernikahannya?
*****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience