Bagian 3

Romance Series 3132

Setelah menyelesaikan semuanya, Valen kembali ke kediaman keluarga Cetta. Baru menaiki satu anak tangga, sebuah deheman membuyarkan kebahagiaannya. Ah, suara itu. Valen hafal dengan suara pria itu. Hanya satu pria yang berani menegurnya di rumah ini. Suara dingin yang benar-benar tak bersahabat. Abyan Cetta. Pria yang memungutnya dengan tujuan agar media tak mengolok keluarga Cetta dengan menelantarkan keturunannya. Benar-benar menggelikan.

Valen membalik tubuh, manatap Abyan malas. Dia lelah dan tidak bersemangat untuk berdebat. Hidupnya terlalu bahagia hari ini.

"Darimana kau malam-malaam baru pulang?"tanya Abyan kesal.

Malam? Valen melirik jam dinding tak jauh darinya. Masih pukul sembilan malam. Pedulk apa pria ini dengan kehidupannya?

"Jangan membuat keluarga ini malu, Valen. Kami memungutmu bukan untuk menjadikanmu jalang seperti keturunanmu terdahulu."ujar Abyan kesal. Valen mulai membangkang.

Ah benar. Kehormatan. Ya, peduli apa mereka dengan kehidupan Valen. Dia berani bertaruh jika dia keluar dari rumah juga pasti tak diijinkan. Alasan yang sama. Kehormatan kelurga Cetta. Kenapa dia harus menjadi keturunan terakhir keluarga Azura yang masih hidup?

Valen menghela nafas berat. Dia melupakan fakta bahwa dia bukanlah apa-apa dikeluarga ini. Mengharapkan kasih sayang dari keluarga ini? Hayalan konyol yang sempat terlintas.

"Jangan membangkang, Valen. Perilaku keturunan dari mamamu jangan pernah kau tiru."

"Hmm." Akhirnya Valen menjawab dengan deheman dan langsung ke kamar. Akan sampai kapan kau membawa Mama dalam masalah yang tak pernah diajarkannya? Manusia selalu berfikir dengan apa yang dilihat, bukan apa yang sebenarnya. Yah, begitulan.

Abyan masih berdiri, menatap pintu kamar Valen yang tertutup. Mengapa wajahmu harus mirip dengannya? Andai wajah itu tak melekat. Setidaknya itu tak akan membuat masalah, gumamnya dan pergi keluar rumah.
__________

Semua pengawal menundukkan kepalanya hormat. Seorang pria berjas masuk ke dalam denga  begitu elegan. Ya, dia baru menyelesaikan meeting dengan pihak luar negri. Bukan hanya itu, seharian dia harus menguntit gadis dengan keburukan sifat yang melegenda. Dia akui kecantikannya memang tak diragukan. Tapi apa gunanya cantik jika ternyata busuk?

"Tuan muda, Ayah anda menunggu di ruangannya."ucap Alex-pengawal kepercayaannya-menunduk.

Arda hanya mengangguk dan melenggang ke ruangan Papanya. Setelah seharian menjadi penguntit, dan malam menjadi CEO sebuah perusahaan terkenal, sekarang dia seperti orang suruhan. Setelah selesai langsung melapor.

Arda membuka pintu dan langsung melihat papanya tengah duduk di kursi kebesarannya. Tanpa menunggu lama, langkahnya menuju ke arah meja papanya dan langsung duduk.

"Jadi, bagaimana?"tanya Stev-Papa Arda-tegas.

"Deal."jawab Arda singkat. Dia butuh istirahat lebih malam ini.

"Oh, bukan. Kalau itu Papa tau kamu pasti bisa. Maksud Papa bagaimana dengan Valen?"

Ah, jadi yang dipertanyakan Valen. Apa perusahaan tak berarti lagi sekarang?

"Apa perusahaan tak lebih penting dari Valen sekarang?"celetuk Arda kesal. Dia harus mengikuti Valen sepanjang hari dan melakukan kerja sama malam hari. Double job.

Stev tertawa. Anaknya benar-benar hanya memikirkan perusahaan ternyata. Mungkin tugas mengawasi Valen lebih cocok agar otaknya benar-benar segar.

"Kenapa?" Arda mengerutkan kening heran. Adakah yang lucu?

"Tak apa. Papa hanya butuh laporan tentang Valen. Dan tentang perusahaan, Papa sudah menyerahkan sepenuhnya kepadamu."jawab Stev santai.

Benar juga. Perusahaan sudah sepenuhnya berada dalam genggaman Arda. Yah, tak berarti lagi untuk papanya.

"Dia gadia yang cantik," Arda memulai laporannya. "dia cukup menarik. Dengan tubuh sempurna seperti Dewi. Dia benar-benar di atas kecantikan manusia pada umumnya."

Stev masih setia menunggu laporan Arda selanjutnya. Dia tau jika Valen memang cantik dan sempurna. Bagaimana tidak? Keluarga Azura memang terkenal dengan kecantikannya. Entan bagimana tetapi, itulah nyatanya. Azura tak terlepas dari kesempurnaan. Kesempurnaan yang entah sebuah kutukan atau sebuah anugerah.

"Sangat disayangkan karena dia tak berasal dari seorang yang baik-baik." Arda muak menatap Valen. Dia sudah dengar dan menyaksikan betapa pandainya Valen menggoda. Tersenyum dan berpura-pura polos. Setidaknya itu yang terjadi hari ini yang sesuai dengan pengamatannya. Saat itu Arda duduk di ujung ruangan dan memperhatikan Valen.

"Berhentilah menilai seseorang dari cover bung. Tak semua yang buruk itu tak baik. Terkadang hal yang nampak buruk, dia memberikan begitu banyak manfaat dan kebaikan yang tak terlihat." Stev tak pernah mengajarkan Arda untuk menilai seseorang dengan pemikirannya sendiri. Tanpa tau, tanpa mengenal.

"Terserah. Lebih baik Arda mengawasi Gea dari pada Valen. Setidaknya dia dari keluarga baik. Meski tak secantik Valen." Arda tersenyum sinis. Ya, setidaknya begitu nyatanya.

Stev tersenyum tipis. "Tak semua yang berasal dari rahim wanita baik-baik itu juga baik, Nak. Dan tak semua yang berasal dari rahim orang buruk itu juga buruk."

Arda berdecak kesal. Kenapa Papanya selalu membela Valen? Jangan bilang dia akan menjadikan Valen sebagai istrinya. Arda menatap menyelidik tetapi tak menemukan apapun. Wajah papanya memang terlalu tenang. Sulit membaca apa yang dirasakannya.

"Bagaiamana jika aku malah mencintainya dan melakukan seperti Tuan Adelardo Cetta?" Dia menang harus memancing papanya. Jika Papanya mencintai Valen, maka dia tak akan rela. Jika tidak maka dia harus menemukan cara lain untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Jangan gila, Son. Kau tak akan melakukan hal itu."

"Kenapa?"

"Karena Papa akan memberikan restu Papa sepenuhnya. Papa tidak seperti Tuan Adelio yang melarang keras anaknya berhubungan dengan keturunan Azura." Stev tersenyum ringan. Dia memang  benar-benar akan setuju jika pada akhirnya Arda akan menikahi Valen.

Arda menghembuskan nafas kesal. Papanya benar-benae sudah tidak waras.

"Jangan menyesal jika hal itu terjadi Tuan Stev Alvaro."ucap Arda ketus.

Apa yan akan dikatakan orang jika dia mencintai Valen? Fenomena itu terulang kembali? Dimana keluarga terhormat berakhid dipelaminan bersama keluarga Azura? Dan kali ini pewaris AL Group yang menjadi penoreh sejarah.

Arda melangkah keluar ruangan papanya. Di sana terlalu lama dia bisa gila.

"Pap tak akan menyesal jika itu terjadi, Nak."ucap Stev bahagia. Dia benar-benar berharap itu terjadi.

Arda hanya melenggang keluar. Papanya gila. Bahkan dia menjawab seakan itu memang akan terjadi, dengan suara mengisyaratkan kebahagiaan.
__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience