Bagain 8

Romance Series 3132

“Darimana kamu, Valen? Apa kamu mulai bertingkah?” tanya Abyan yang saat berdiri di tangga.

Valen menghembuskan nafasnya keras. Dia lelah dan sekarang harus berhadapan dengan pria ini? Dia benar-benar tidak memiliki minat jika sudah melihat wajah Abyan. Sikap angkuh dan suka merendahkan mamanya membuat Valen muak dengan Abyan. Terkadang pria tersebut tampak seperti ayahnya tetapi terkadang dia seperti musuh.

“Jangan macam-macam Valen. Jika kamu benar-benar anak dari almarhum adikku.”peringat Abyan tegas.

Valen hanya menatap acuh. Apa yang dilakukannya? Dia bahkan tidak melakukan apapun.

“Siapa pria di bawah? Bukannya dia datang bersamamu?” Abyan memicingkan mata. Meski usianya menambah, dia tak jauh berbeda dengan dulu.

Ah, jadi itu maksudnya? Valen tersenyum sinis. Sejak sepeninggalan oangtuanya, semuanya diambil alih oleh Abyan. Dia tidak boleh menyentuh apa yang menjadi haknya. Jika boleh, dia akan tinggal dirumahnya sendiri dan tak ada yang mengurusi harga dirinya. Tak ada yang ribut tentang kehormatan keluarganya.

“Bukan urusan Anda Tuan Abyan Cetta.” Jawab Valen ketus. Untuk apa dia berusaha mengurusinya?

Abyan yang hendak berbicara langsung diam karena Valen meninggalkannya begitu saja. Semakin bertambahnya usia Valen, dia semakin sulit dikendalikan. Belum lagi istri dan anaknya yang benar-benar membenci Valen. Usia Abyan juga sudah semakin tua dan dia terlalu lelah mengurus semuanya.

Abyan menghembuskan nafas perlahan. Dia menatap Valen yang sudah menghilang dan menutup pintu kamar keras. Kenapa Valen tak pernah mengerti dirinya? Setidaknya tunduk dan menghormatinya.

“Kenapa ini, Ade? Apa kamu benar-benar mempercayakan anakmu hidup bersama dengan dua orang yang penuh kebencian? Sedangkan aku, terlalu lelah menjaga anakmu itu.”

Abyan mengusap wajahnya kasar. Dia harus mencaritahu mengenai pria tersebut. Apakah dia pria baik yang akan menjaga Valen atau dia hanya lelaki yang berusaha baik dan akan menjebak keponakannya tersebut. Dia masih tidak bisa mempercayakan Valen kepada siapapun. Termasuk pria yang baru saja datang bersama dengannya.

*****
Ge amenatap Arda senang. Dia bisa bertemu dengan penerus AL Group yang benar-benar tampan. Seperti dewa yunani, Gea benar-benar memuja pria yang ada dihadapannya tersebut. Jujur, dia sudah menyukainya sejak lama. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, dia datang bersama dengan Valen tetapi ternyata dia malah menanyakan mengenai Gea. Hatinya benar-benar berbunga-bunga mengetahuinya.

Besok aku akan menceritakan ini kepada teman-teman, pikir Gea terlalu senang.

Sedangkan Arda, dia hanya menghela nafas perlahan. wajahnya menunjukan ketidaksukaan tetapi masih dengan tampang tampannya. Dia tidak menatap Gea sedikitpun dan sibuk dengan ponselnya. Mood-nya hancur saat Gea berjalan dan dengan cepat menggandeng tangannya. Tidak sopan.

“Ada lagi yang mau kamu pesan?” tanya Arda saat waithers datang membawakan pesanan. Dia meletakan ponselnya dan duduk dengan gaya maskulinnya.

Gea menggeleng dengan senyum yang masih melekat. Senyum yang menurutnya penuh dengan tipuan. Entah mengapa dia jadi berfikir ulang tentang sifat Gea dan Valen. Saat mendekati gadis tersebut dia bahkan tidak merasa risih dan nyaman. Padahal dia selalu mendapat perlakuan jutek. Tetapi dengan Gea, dia sulit menyesuaikan diri.

Arda tersenyum canggung. Sialan. Ini semua karena mulutnya yang tak dapat dijaga. Beberapa kali dia mengumpat tak jelas karena bisa duduk di restoran ini sekarang. Jika saja dia tidak memuji Gea berlebihan, dia yakin saat ini dia tengah di ruang kerja dengan ponsel dan memainkan game online-nya.

“Apa selama ini kamu memang setampan ini?” Gea menatap Arda lekat dan itu membuat sang pemilik wajah risih. Arda hanya tersenyum ditahan. Sebanarnya dia jijik mendapat pujian tersebut.

“Bisa kita makan? Aku rasa makananya akan segera dingin.” Kilah Arda tak suka. kenapa ea bisa mengatakan hal demikian? apa dia tidak bisa menyembunyikannya sedikit saja?

Gea mengangguk dan tersenyum. Arda sibuk dengan sendok dan garpunya. Sedangan Gea, dia menikmati makanannya dan menatap Arda lekat. Dia benar-benar menganguminya. Tetapi dari arah lain, seorang waithers datang dan tak sengaja menumpahkan minuman di pakaian Gea. Kakinya terkena salah satu pengunjung dan tak sengaja minuman yang dibawa tumpah.

Gea langsung membelalak tak suka. Arda yang melihat tak suka. Tanpa aba-aba dia berdiri dan mendorong waithers tersebut. Arda yang melihat langsung membelalak dan menatap tajam. Pelayan tersebut langsung terdorong ke belakang tetapi untung saja, ada seorang pengunjung yang menangkapnya.

“Kamu bodoh ya? Kenapa gak hati-hati sih? Kamu kerja apa Cuma perusak? Kenapa restoran semahal ini bisa mempekerjakan manusia bodoh seperti kamu?!” bentak Gea sembari menunjuk-nunjuk.

“Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.” Cicit pelayan wanita tersebut.

“Mana manager restoran ini?” Gea berteriak marah. Dia masih menatap dengan tatapan benci. Dia lupa jika dia datang bersama dengan Arda.

Seorang dengan setelah kemeja berbalut jas langsung datang menghampiri. Dia mendengar keributan tersebut dan langsung turun. Menatap pekerjanya yang menunduk takut. sedangkan Gea, dia menatap penuh amarah.

“Anda managernya?” belum juga sempat dijawab Gea sudah melanjutkan ucapannya, “apa semua pekerja disini tidak profesional? Saya datang untuk makan dan bukan mencuci pakaian. Apa disini juga disediakan laundry? Harga pakaian saya tidak akan kuat dibeli oleh karyawan anda.”

Lelaki tersebut melirik karyawannya yang masih menunduk takut. Tatapannya kembali meantap Gea dan menghembuskan nafas perlahan. “Maaf atas keteledoran karyawan saya, Nona. Kami akan mencucikan pakaian nona. Untuk sementara, Nona bisa menggunakan pakaian yang sudah kami siapkan untuk pengunjung.”

Gea berdecih kesal. “Pakaian saya tidak bisa dibersihkan dengan ucapan maaf.” Gea menatap karyawan tersebut dan tersenyum sengit. “pecat dia dan restoran ini tidak akan mendapat nama buruk.”

Pelayan tersebut membelalak tak percaya. Managernya juga sama. Dia terkejut setengah mati. Dia tidak mau kehilangan karyawannya yang sangat baik. tetapi, dia juga tidak mau nama baik restorannya tercemar. Diantara dua pilihan sulit, sang manager menghembuskan nafas kesal.

“Gak perlu.” Arda yang sejak tadi mengamati langsung angkat bicara. Dia maju selangkah dan melirik Gea tak suka. Gadis ini cukup kasar. “anda tidak perlu memecat karyawan anda.”

Gea membelalak tak suka. Dia menatap Arda penuh protes. Arda juga menatapnya cukup tajam dan itu menyiutkan niat Gea untuk berbicara.

“Kamu bukan orang miskin yang tidak bisa membeli pakaian lagi, kan? Jadi jangan pernah bertingkah konyol dan memperbesar masalah.” Desis Arda tak suka dan meninggalkan Gea begitu saja. Dia benar-benar salah menilai kali ini. Nyatanya, Valentine jauh lebih baik ketimbang Gea yang katanya lahir dari rahim wanita baik. Entah benar atau tidak, itu hanya menurut publik. Sedangkan sebenarnya, entah tak ada yang tau. Karena mama Gea tak seterkenal seperti rumor mama Valen.
*****
Arda membanting kunci mobil dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Hari ini dia benar-benar kesal. Mengapa? Karena Gea membuatnya malu. Dia bahkan tidak segan memarahi pelayan restoran yang menurutnya tak seberapa salah. Iya, dia memang ceroboh. Menjatuhkan minuman di pakaian pelanggan tetapi, dia tidak menyangka Gea malah memakinya habis.

“Arrrggghhh !!!” Arda mengacak rambutnya kesal. kenapa Gea tak sesuai dengan apa yang diharapkannya? Dia mengira dia wanita baik dan juga pengertian. Seperti yang didengarnya selama ini?

“Kenapa kamu? Berteriak gak karuan.” Protes papanya yang sudah diambang pintu, membawa secangkir kopi.

Arda hanya berdecak kesal. Dia pernah bilang jika dia lebih memilih mendkeati Gea ketimbang Valen. Tetapi sekarang fikirannya terasa berputar tak jelas. Bagaimana jika benar oangtuanya malah menjodohkannya dengan Gea? Setahu Arda, papanya juga berteman baik dengan Abyan-papa Gea.

“Bagaimana, Valen?” tanya Stev, sembari duduk di sofa dekat Arda.

“Cantik.” Gumam Arda tak jelas.

Mendengar itu, Arda langsung tertawa. Tak disangka anaknya malah menjawab pertanyaannya dengan kalimat pujian. Padahal dia menanyakan apakah Valen sudah berlaku baik kepadanya. Dan apakah Valen seperti pikirannya? Dia tau tidak lama mereka mengenal. Tetapi dia juga faham bahwa Arda tak sebodoh itu sampai tidak sadar dengan kepribadian Valen secara cepa. Ditambah dia mendapat laporan bahwa Arda sempat ke restoran bersama dengan Gea dan terjadi kegaduhan disana.

Mendengar tawa keras papanya, Ara langsung mengernyitkan kening heran. “Kenapa?” tanyanya bingung.

Stev menghentikan tawanya dan menatap anaknya. “Papa hanya bertanya bagaimana Valen. Apakah dia baik atau masih jutek sama kamu, Nak. Jika cantik, semua dunia juga tahu tentang itu. Bagaimana kecantikan keturunan Azura yang seakan menjadi kutukan.” Jelasnya dan membuat Arda menahan tawa.

Ya, tanpa sadar dia memuji Valen. Tanpa sadar dia membandingkan seseorang dengan Valen. Rasanya berbeda. Setelah Gea menghancurkan pemikirannya. Tetapi, dia juga tidak sepenuhnya percaya dengan Valen. Masih banyak keraguan yang tertanam. Secara semua orang selalu mengatakan hal jelek tentang Valen dan keturunanya. Tentang dia yang tak menyandang nama Cetta.

Aku harus mencari kebenarannya. Bagaimana kamu menjaga sifat yang diceritakan dengan baik. Aku tak akan tertipu. Pikir Arda ingin membuktikan bahwa selama ini pemikirannya tak salah.
*****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience