Bagian 7

Romance Series 3132

"Kamu pasti bahagia bisa bergabung menjadi keluarga Cetta." Arda mulai berbicara sembari menuju ke rumah Valen. Jalanan juga tampak ramai.

"Tentu." Valen berusaha tersenyum meski begitu berat. Aku tak pernah bahagia berada diantara keluarga ini.

Arda memperhatikan lekat. Benarkah itu senyum bahagia? Valen seakan mampu membungkus perasaannya dengan begitu apik.

"Kebahagiaan itu tak nyata jadi seseorang tak mengerti apa itu bahagia."lanjut Valen masih berjalan.

Ya, kebahagiaan itu tak nyata. Kebahagiaan itu hanya dapat diraskan. Dan apa yang dikatakan Valen tak sama dengan apa yang diraskan?

"Sampai." Valen menatap Arda sembari tersenyum.

Arda menatap gedung di depannya. Sangat indah. Tak terasa mereka sudah sampai. Kenapa terasa begitu cepat? Entah kenapa dia enggan berpisah dengan Valen.

"Kenapa begitu cepat?"gumam Arda tanpa sadar.

"Kenapa memangnya?" Valen menatap lekat. Bukannya harusnya dia senang? Dengan begitu dia cepat bertemu Gea.

Ditanya seperti itu Arda langsung diam. Kenapa? Hal itu juga yang tengah menjadi pertanyaannya. Kenapa dia merasa enggan jauh dari Valen. Sepertinya efek dari magic Azura mulai sampai kepadanya.

Belum sempat Arda menjawab, sebuah teriakan menghentikannya.

"Val....en." Gea yang muncul mendadak langsung diam mendapati Arda berada dihadapannya. Senyumnya mengembang menyadari siapa yang ada dihadapannya. Arda Alvaro. Pewaris tunggal Al Group terbesar.

"Hai. Bukankah kamu Arda Alvaro. Pewaris tunggal Al Group?" Gea langsung mengulurkan tangan dan tersenyum ramah.

"Sepertinya kamu lebih mengenalku." Arda tersenyum ramah dan membalas uluran tangan Gea.

Valen hanya diam menatap. Acuh. Dia tak ada gunanya berada diantara mereka berdua. Yah, kenapa juga dia harus kesal. Bukankah Arda sudah mengatakan bahwa dia memang ingin menemui Gea? Dan mereka tampak cocok. Batin Valen.

Valen melangkah masuk, sebelum sebuah tangan kekar menghentikan langkahnya. Arda menggenggam lengannya.

"Apa?"tanya Valen tak mengerti.

"Mau kemana?" Arda malah balik bertanya.

"Masuk."

"Sini aja."

Deg.

Entah kenapa perasaan Valen begitu kacau hanya mendengarnya menahan agar tak pergi. Ada kebahagiaan yang tak begitu nampak. Tetapi dengan cepat langsung dikibasnya perasaan itu. Itu hanya karena tak ada yang pernah menahannya. Dan dia sadar itu hanya karena Arda mengasihaninya. Dia tak butuh belas kasih.

"Tidak perlu. Kamu ada urusan sama Gea, kan? Jadi aku masuk." Valen melepaskan tangan Arda dan kembali masuk.

Terdengar desahan berat. Entah lega atau apa tetapi, Valen tak mau memikirkannya. Biarkan saja apa yang sebenarnya Arda lakukan.

Gea yang melihat hanya mengepalkan tangan erat. Kenapa harus dia? Tetapi Gea mampu mengemas kebencinnya begitu apik hingga tak tampak. Aku harus mendapatkannya, tekad Gea tak gentar. Dia tau ada perasaan yang belum terdefinisikan diantara mereka. Dia tau dari sorot kekecewaan yang ada dimata Arda.

"Jadi pewaris tunggal Al Group mencariku? Ada apa?" Gea memecah keheningan dan membuat Arda menatap kepadanya.

"Ah, itu..." Arda tersenyum canggung. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia hanya memperalat Valen dengan menggunakan namanya. Arda tak berniat menemui Gea karena dia memang tak begitu dekat.

Di sisi lain ada sepasang mata yang memperhatikan Arda sejak pertama kali datang. Mengawasi dengan mata elang yang begitu tajam. Setelah Valen masuk, dia langsung mengambil ponsel dan tetap mengawasi Arda.

__________

Abyan menatap jalanan. Entah apa yang akan dilakukannya sekarang. Dia harus menjaga Valen tetapi, gadis itu sudah semakin dewasa dan mulai menentang peraturannya.

Pandangannya mengarah pada sosok yang tengah berjalan menuju rumahnya. Meski terkadang mereka diam, tetapi tampak sang pria sering mencuri pandang ke arah samping, memperhatikan gadis yang berjalan bersamanya.

Abyan tak membutuhkan kacamata meski dia sudah semakin berumur. Setidaknya dia belum berusia setengah abad dan pandangannya masih begitu jelas.

"Valen."gumam Abyan memperhatikan.

Pandangannya tak beralih sampai mereka sampai dan Gea datang. Sekarang Valen pergi. Abyan tak mengkhawatirkan anaknya, dia lebih mengkhawatirkan tentang Valen. Gadis itu memang harus dijaga ekstra agar tak mengikuti jejak keturunannya.

Abyan merogoh saku celana, mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

"Cari tau tentang pria yang bersama Valen dan cari tau apa yang dikerjakan gadia itu. " Setelah mengatakan itu, Abyan memasukkan ponsel.

Kini matanya beralih menatap Gea yang tersenyum bahagia. Siapa dia? Apa Gea mengenalnya? Ini bukan strategi anaknya untuk menyakiti Valen, kan?

Abyan menghela nafas berat. Kenapa anak dan istrinya tak bisa menerima Valen di rumahnya? Setidaknya jika mereka berlaku seperti keluarga, keponakannya tak akan berfikir tak memiliki keponakan. Dan dia bisa menjaganya, mengatur dengan benar.

Anakmu sudah mulai membangkang Ade. Dia bukan gadis yang mudah diatur. Jadi, apa yang akan aku lakukan sekarang?

Abyan merasa Valen merencanakan sesuatu yang tak diketahuinya. Dan itu mengganggu pikirannya selama satu bulan ini. Anak buahnya hanya memberikan kabar bahwa Valen bekerja sebagai koki di sebuah restoran. Indry. Ya, Abyan tau semua kegiatan Valen tanpa diketahuinya.

Di sisi lain, Stev tersenyum melihat Arda mengejar Valen. Rencananya berhasil. Tujuannya agar Arda tak selalu memandang keturunan Azura dengan pandangan melecehkan. Bukankah seseorang tak dapat dinilai dari sampulnya?

Stev mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Dia baik-baik saja. Arda bersamanya."

__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience