30. Breath On Me

Romance Completed 10892

Salvador menciumi Coraima hingga mereka berdua tertidur lelap. Ciuman- ciuman lembut yang mengantar Coraima dengan harapan ia akan bermimpi tentangnya di masa lalu. Namun, yang terjadi wanita itu malah mengigaukan pria lain.

"Godfreido, mi amor, jangan tinggalkan aku," ucap Coraima dalam tidurnya.

Jam sudah menjelang subuh. Coraima bergerak megap-megap. Salvador yang tidur mendempetnya tentu saja terbangun dan geram bukan main mendengar nama itu disebut.

"Cora, sudah kubilang aku tidak akan membiarkan kau mengenangnya lagi!" Ia menindih Coraima dan sama-sama tanpa penghalang ia membuka paha wanita itu dan memasukinya bahkan sebelum Coraima membuka mata.

"Aah, tidak!" pekik Coraima yang masih berada di alam mimpi di malam pernikahannya. Malam pertama kali Salvador menyanggamainya. Demikian keterkejutan dan nyeri yang dirasakannya. Guncangan- guncangan kasar membangunkannya dan ia langsung tersadar tengah berada dalam deburan candu yang selama ini Salvador recoki ke tubuhnya.

"Sal...," sebutnya sebal seraya memukul- mukul da.da pria itu, tetapi pukulannya semakin lemah, menjadi cakaran mencengkeram otot- otot padat Salvador bersamaan rongga rahimnya juga melakukan hal yang sama. Coraima memelas. "Kau keterlaluan, Sal. Aku bahkan belum bernapas."

Pria itu membentak sekaligus menyentak. "Bernapas bersamaku! Sebut namaku! Camkan aku di hatimu karena akulah suamimu, bukan yang lain!"

Coraima terisak oleh entakan kuat itu. "Aku tidak bisa mengendalikan alam bawah sadarku. Kau tidak berhak memarahiku. Kau yang membawa mimpi buruk itu padaku! Lagi pula kau juga menyebut nama orang lain saat bersamaku!"

Salvador diam tercenung. Keningnya mengernyit dalam menatap Coraima yang mendesah-desah sendiri. "Siapa?" tanyanya ketus.

"Corazon," jawab Coraima mencebik yang Salvador lihat wajahnya merengut bak anak kecil merajuk.

Salvador terperangah. "Corazon?" ulangnya sambil menertawakan mengejek Coraima. "Hahahha hahahahaa." Ia tertawa hingga tubuhnya bergetar turut menggetarkan saraf-saraf sensitif Coraima.

Coraima bertambah kesal jadinya. Ia cakar dan cubit da.da Salvador. "Aku bukan Corazon dan aku tidak suka nama itu!"

"Ahahh! Sshh!" dengkus Salvador serta merta menegapkan punggung dan menangkap kedua tangan Coraima. Kening Salvador terangkat menyorot mencemooh Coraima. Apa Coraima baru saja menyatakan kalau dia cemburu? Oh ya, kemarin dia mencemaskan Lorena. Sekarang dia waswas pada dirinya sendiri. Salvador menyengir. "Cora, apa kau cemburu?"

Coraima berusaha menarik tangannya akan tetapi cengkeraman Salvador seperti sebuah borgol. "Aku tidak cemburu. Mana mungkin aku cemburu? Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu!"

Ucapan itu tidak membuat Salvador marah karena pada kenyataannya Coraima tidak berdaya dengan perasaannya sendiri. Begitu ia bergerak, Coraima terengah panjang mencapai klimaksnya. "Aaahh... Sal...."

Rahimnya menciprat-ciprat sangat terasa sehingga tidak mungkin ia berdusta pada Salvador. Ia menghayati setiap rasa yang diberikan pria itu.

Coraima terbaring lemas, dilepaskan Salvador. Ia berbaring di sisi Coraima sambil tertawa penuh kemenangan. Ia tidak menembakkan miliknya agar Coraima tidak tenang dan mengemis padanya.

Namun, Coraima sedang marah. Ia bergegas turun dari ranjang seraya melayangkan rengutan pada Salvador saat ia menuju ke kamar mandi. "Aku tidak akan memohon-mohon lagi padamu, Sal!"

Salvador tertawa gelak.

Di dalam kamar mandi, Coraima mengunci pintu demi mencegah Salvador bergabung. Adapun Salvador tidak kehabisan cara mengolok-oloknya. Dari depan pintu kamar mandi, ia berseru, "Jangan lama-lama curhat di kamar mandinya, ya, Cora! Kau harus memasak untuk anak buahku. Hari ini kami ada acara pemakaman massal."

Jangankan hendak memaki- maki Salvador, Coraima bahkan lupa ia tadi marah karena apa. Stok bahan makanan habis, lalu orang sebanyak itu mau diberi makan apa? Coraima kelimpungan dan ia menyelesaikan mandi secepatnya.

Salvador tidak ada lagi di kamarnya, membuat Coraima lega. Ia berpakaian dan berdandan sederhana, rambut dikucir lalu disanggul agar tidak ada rambut jatuh saat memasak. Terakhir, Coraima memasang baju chefnya barulah ia keluar kamar.

Di dapur sudah menanti para kru masak. Asisten utama sedang membaca daftar bahan dan pria itu terlihat paling cemas dibanding yang lainnya. Coraima berusaha tenang karena ia merasa sangat malu pada yang lainnya jika dapur kacau akibat kelalaiannya. Ia mendatangi mereka. "Bagaimana situasinya?" tanyanya.

"Mobil ekspedisi sedang dalam perjalanan, Chef. Sebentar lagi datang membawakan bahan- bahan ini," jawab Asisten Utama.

Coraima menerima daftar darinya dan mengangguk puas karena bahan yang sedang dalam pengiriman adalah bahan daging, ikan, hewan laut, dan telur serta beberapa jenis sayuran.

Hari mulai terang, mobil boks itu tiba, dan para juru masak segera menyortirnya lalu menyisihkan bahan yang akan mereka masak ke dapur. Sisanya masuk penyimpanan.

Acara pemakaman akan banyak orang berkumpul, kerabat berbagai usia, serta perasaan mereka berkabung, perlu makanan yang memberi ketenangan dan rasa kekeluargaan.

Paella sebagai hidangan utama di setiap rumah tangga tentunya tidak boleh ketinggalan. Apalagi Spanyol kaya akan hasil hewan laut sehingga bahan tersebut mendominasi masakan Spanyol.

Selain paella, olahan seafood lainnya adalah tigres, di mana seafood yang digunakan adalah cumi, udang, gurita yang ditumbuk halus. Kemudian, ditambah dengan beberapa bumbu khas sehingga menghadirkan rasa yang aromatik. Adonan berbumbu tersebut dibentuk seperti nuget, lalu dipanggang hingga matang.

Penyeimbang makanan padat kalori tersebut cocok berupa makanan berkuah. Gazpacho menjadi pilihan Coraima.

Musim panas, musim panen besar tomat sehingga tomat sangat banyak tersedia serta matang merah ranum. Coraima membuat gazpacho berbahan dasar tomat. Gazpacho merupakan hidangan khas musim panas karena sup ini disajikan dalam keadaan dingin agar memberikan suasana sejuk di saat matahari menyengat.

Bahan untuk membuat gazpacho adalah air, roti, tomat, bawang putih, mentimun, cabe merah, garam, minyak zaitun, vinegar atau cuka anggur. Menu Gazpacho biasanya dihidangkan sesuai dengan selera. Ada yang mengkreasikannya dengan menggunakan alpukat atau bahan lain sehingga, menghadirkan rasa dan aroma baru.

Kemudian makanan pembuka berupa croquetas. Dari namanya saja bisa ditebak di Indonesia makanan ini berwujud sama persis dengan kroket, jajanan pasar di Indonesia yang di goreng dengan menggunakan tepung panir. Isinya ada ayam, daging, ikan cod, serta beberapa sayuran seperti wortel, kentang, buncis, tergantung selera. Memakannya pun bisa bersama lombok atau sambal khas Spanyol. Croquetas menjadi sajian makanan pembuka yang hadir di berbagai restoran di Spanyol.

Udara Spanyol yang panas membuat siapa pun ingin menikmati sebuah minuman nan menyegarkan. Horchata menjadi pilihan Coraima untuk menghilangkan haus dari terik matahari yang menyengat.

Minuman horchata berwarna putih su.su tetapi, bisa dipastikan minuman ini tidak mengandung su.su sama sekali. Horchata di buat dengan menggunakan kacang almond panggang kemudian dihaluskan seperti su.su bubuk. Penyajiannya, ditambahkan kayu manis dan sedikit perasan jeruk nipis, serta beberapa potong es batu agar menciptakan sensasi dingin. Rasanya menyegarkan, berenergi, juga menyehatkan tubuh.

Menjamu banyak orang tidak lengkap tanpa hidangan penutup yang manis dan disukai segala usia. Leche frita tersaji untuk dinikmati kapan saja. Kue leche frita khas Spanyol ini dibuat dari susu cair, tepung maizena, telur, gula pasir, kayu manis, kulit jeruk nipis. Bahan tersebut dicampur menjadi vla, dibentuk di loyang, dipotong-potong lalu digoreng.

Semua makanan itu disajikan di ruang makan besar di mana semua anak buah makan bersama kerabat mereka. Salvador juga hadir di sana dan menjadi pemimpin sarapan bersama.

Coraima memperhatikan ketika Salvador berjalan menuju aula makan tersebut sementara ia disuruh tinggal di kediaman utama saja. Pria itu mengenakan setelan jas resmi dan wajahnya pun memasang ekspresi sangat serius hingga tampak menyeramkan. Seperti kesan pertama ia melihat Salvador. Di kamar hotelnya dan menembak Godfreido.

Coraima termenung dan nyaris terbawa suasana berkabung karena ia tidak pernah punya kesempatan berdoa untuk Godfreido apalagi mengunjungi pusaranya. Kehadiran Valentina mengalihkan perhatiannya.

Latanza mendekatinya membawakan anak itu yang sudah didandani manis sekali pakai bandana bunga matahari. "Saya ikut ke gereja, Nyonya, untuk mengantarkan keponakan saya ke peristirahatan terakhirnya," ujar Latanza sehingga menitipkan Valentina pada Coraima

Coraima menyingkirkan celemeknya lalu menggendong Valentina. "Baiklah. Aku juga tidak ada yang dikerjakan setelah ini. Aku senang sekali jika Valentina menemaniku."

"Terima kasih, Nyonya," ucap Latanza kemudian ia ikut bersama rombongan ke acara pemakaman.

Rumah besar itu menjadi semakin sepi. Coraima melihat-lihat tidak tampak pelayan satu pun. Perawat Esmeralda juga tidak ada, mereka juga pergi setelah selesai merawat Esmeralda di jam paginya. Coraima ingin melakukan sesuatu, tetapi banyak sekali CCTV di rumah itu sehingga ia tidak berani berbuat macam-macam. Ia pun menyerah. Akhirnya memilih jadi penghuni rumah yang baik.

Coraima dan Valentina berada di ruang tengah dan mereka bermain bersama. Valentina merangkak sambil menghambur balok- balok di karpet bulu. Coraima duduk di dekatnya.

Berjam-jam berduaan dengan Valentina, Coraima merasa jenuh. Ia pun menyalakan televisi. Layar tonton itu sangat besar sehingga gambar apa saja akan terlihat sangat jelas. Tepat ketika tayangan berita meliput prosesi pemakaman anggota klan Torres, ternyata berbarengan pemakaman anggota klan Os Bezos walaupun berbeda tempat. Coraima silih berganti menonton kanal televisi demi melihat kedua prosesi tersebut.

Ia berhenti di satu kanal ketika layar menampilkan ketua klan Torres naik ke podium untuk menyampaikan pidato. Salvador berdiri di hadapan khalayak. Mereka semua diam bersiap mendengarkan.

Tiba-tiba terdengar letusan. Lalu teriakan histeris orang-orang menggema di ruang gereja. Coraima berdiri mematung dengan mata terbuka lebar. Remote tv di tangannya terjatuh. Valentina yang merengek menarik kakinya tidak membuatnya bereaksi.

Di layar televisi jelas terlihat para pria berjas hitam, termasuk salah satunya Benicio berlari ke podium. Beberapa menerjang ke arah podium itu di mana tidak terlihat lagi Salvador berdiri, melainkan kakinya saja yang terlihat terkapar di lantai.

Reporter berteriak panik. "Salvador Torres tertembak! Salvador Torres tertembak!" Kemudian suara reporter itu berubah lirih. "Salvador Torres ... sang penyelamat ... tertembak."

Kamera menangkap gambar dan suara di balik podium. Benicio berlutut memberikan resusitasi pada Salvador seraya berseru memberi semangat. "Ayo, Sal! Bernapaslah, Sal! Bernapaslah!"

Coraima yang melihat hal itu dari televisi, tidak bisa bernapas seolah ada tekanan besar di dadanya. Telinganya pengang oleh suara letusan. Sekali saja terdengar di televisi tetapi dalam kepalanya berulang-ulang seperti pesta kembang api.

Duarr duarr!

Coraima menoleh dan tampaklah jalanan malam ramai orang-orang dan bercahaya bias kembang api dari langit. Merah rubi, biru, hijau, dan neon. Ia berlari menerobos orang-orang sambil memanggil cemas nama seseorang. "Sal .... Salvador ...."

***
Kelanjutan cerita ini ada di K A R Y A K A R S A dengan judul "My Mister Savior" by Chamomile Tea
Juga ada di I N N O V E L atau D R E A M E dengan judul "Mr. Substitute" by Sisiliaarista.
SUDAH TAMAT. Bagi yang mau baca kelanjutan cerita ini bisa kunjungi aplikasi tersebut di atas. Thank you

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience