-Part 22-

Romance Completed 5704

Sesampai disekolah gue ngeliat Fahri bersama anggota osis. Disitu ada Andre dan sahabatnya juga, gue lihat-lihat kayaknya dia ikutan jadi anggota osis. Tapi kenapa gue baru tahu?

"Mending gue samperin aja deh" gumam gue.

"Hai semua" sapa gue dengan senyuman saat sudah sampai dihadapan mereka.

"Hai juga Adel" balas mereka dengan senyumannya mereka juga.

"Hai juga pacar" please pipi jangan merah sekarang.

"Cabut yok, pagi-pagi udah jadi baygon kita." ajak Devan dan langsung dibalas anggukan kepala sama yang lainnya.

Dan sekarang tinggal gue sama Fahri yang masih ada di depan ruangan osis.

"Kamu sejak kapan ikut jadi anggota osis?" tanya gue yang sedikit gugup.

Fahri yang melihat itu langsung menarik Adel kedalam pelukannya.

"Maaf ya aku gak bilang kamu dulu, soalnya aku pengen banget jadi anggota osis." jawab dia sambil mencium puncak kepala gue berkali-kali.

Dilepaskan pelukan itu dan Fahri langsung menangkup wajah Adel yang sangat pas dengan tangannya.

"Kamu gak marah kan sama aku?"

"Aku gak marah kok sama kamu" jawab gue dengan senyuman, tanpa aba aba dia langsung narik gue kedalam pelukannya lagi.

"I love you sayang"

"I love you too sayang" jawab gue yang masih didalam pelukannya.

"Nanti pulang sekolah aku ada rapat osis, kamu mau kan nungguin aku?" tanya dia sambil melepaskan pelukannya.

"Iya nanti aku nungguin kamu kok"

Tiba-tiba Fahri cium bibir gue tanpa hisapan, tapi itu sangat lama. Fist kiss gue? Omg...

"Suka?" goda dia dengan senyuman yang bikin kaum hawa meleleh kalau ngeliat senyumannya, dan gue cuma menunduk sambil menutupi muka gue yang udah merah kayak kepiting rebus.

DEG DEG DEG

Gue menelan saliva saat Fahri mengurung gue disudut koridor yang gak jauh dari ruang osis.

"Ka..kamu mau ngapain Ri?" tanya gue gugup.

Bukannya menjawab, Fahri semakin mendekatkan wajahnya dan gue bisa merasakan deru nafas dia yang semakin dekat. Tiba-tiba dia membisikan kalimat yang bikin gue menegang seketika.

"Tunggu aku halalin kamu ya" ucap dia sambil menyelipkan rambut gue kebelakang telinga.

"Untung nih koridor masih sepi"

***

Fahri memperhatikan Dhani sang ketua osis yang tengah berbicara membahas mengenai kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan untuk memperingati ulang tahun sekolah mereka. Setelah makan dikantin, dia dan sahabatnya langsung menuju ruang osis untuk melaksanakan rapat sesuai dengan rencana sebelumnya.

Sesekali dialihkan pandangannya ke jam tangan yang berada disebelah tangan kanannya, lalu dia menghela nafas. Gara-gara rapat ini, dia harus meninggalkan gadisnya diluar untuk menungguinya.

Mengingat yang tadi pagi dia tersenyum kecil, sudah lama dia tidak pernah godain gadisnya itu semenjak dia pergi. Sejak pergi dia tidak pernah membiarkan cewem manapun untuk mendekat kearahnya, dia hanya mencintai gadisnya. Adel.

"Oke, gue harap kita bisa saling kerjasama buat kesuksesan acara kita."

Ucapan Dhani disambut semangat oleh anggota osis yang lain, termasuk Fahri yang setengah fikirannya berada pada Adel. Tanpa menunggu lagi, dia meraih tas dan menyampirkannya ke bahu kirinya.

"Mau kemana lo? Buru-buru banget" tanya Andre saat tak sengaja pandangannya jatuh pada sosok Fahri yang tengah siap untuk pergi.

"Pulang" ucapnya singkat lalu meninggalkan sahabatnya yang menatap Fahri bingung.

"Paling ketemu pacar" celetuk Reno yang membuat semua orang disana mengangguk mengerti "Kalian mau nginep atau pulang?" tanyanya lagi saat melihat teman-temannya belum beranjak dari tempatnya.

"Pulang lah" jawab Bella dan Devan serempak.

Ngomong-ngomong Devan suka sama Bella dari SMP tapi dia gak pernah ngungkapin perasaanya ke Bella, dan dia sekarang satu sekolah lagi. Jodoh kali ya wkwk-_-

Adel menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok Fahri yang sejak tadi belum keluar dari ruang osis, padahal jam sudah menunjukan jam 2 dan itu berarti dia sudah menunggu selama satu setengah jam lamanya. Kalau boleh jujur, dia sangat bosan menunggu disana. Baterai hp abis karena dipakai main game, Adira dan yang lainnya? Ck mereka malah sudah pergi meninggalkan dia sendiri dengan alasan tidak mau menjadi obat nyamuk.

Karena dia belum juga mendapatkan tanda-tanda Fahri keluar, dia menganyunkan kakinya keatas dan kebawah secara bergantian. Pantatnya sudah sangat pegal duduk selama satu setengah jam, tapi apa mau dikata kalau orang yang menyuruhnya untuk menunggunya belum muncul juga.

Adel yang sibuk dengan fikirannya tersentak kaget saat merasakan ada yang mengelus rambutnya pelan.

"Maaf lama ya say" Fahri menjatuhkan tubuhnya disamping Adel yang kini sedang menatapnya cemberut.

"Telat minta maafnya, aku udah lumutan disini." ucap gue sambil mengembukan pipi "Kalau tahu lama gini, aku pulang sama bang Arya aja."

Fahri menusuk-nusuk pipi gadisnya itu gemas "Jangan gitu dong say, aku kan pengen pulang bareng pacar."

Pipi yang mengembung itu tiba-tiba memperlihatkan seburat merah karena ucapan Fahri, rasa bosan dan kesalnya kini berubah menjadi bahagia. Fahri yang melihat itu mengacak-acak rambutnya pelan dan berdiri darisana dan mengulurkan tangannya.

"Pulang yuk" ajaknya, dan saat tangannya sudah diraih sama gue. Dia pun menarik gue untuk bangun dan berjalan meninggalkan sekolah.

***

"Fahri, ayok masuk." gue menarik lengan dia saat hendak pergi, Fahri menghela nafas lalu menuruti kemauan gadisnya yang sebelumnya menaruh kembali helmnya yang dudah dipakainya dan mengikuti Adel masuk kedalam rumah gadis itu.

"Adel pulang" ucap gue setelah membuka pintu rumah "Ri, duduk dulu ya." lanjut gue sambil menunjukan sofa yang ada diruang tamu, lalu berjalan masuk kedalam kamar.

"Ada Fahri toh" ucap Mama Adel saat melihat Fahri sedang duduk diruang tamu mereka. Fahri tersenyum sambil bangkit dan mencium tangan Mama Adel. Perbuatan Fahri itu mendapatkan point plus di matanya.

"Maaf ganggu, tante." ucap Fahri sopan.

Mama Adel mengibaskan tangannya "Gak ganggu kok, malah tante senang kamu kembali lagi. Fahri ikut makan yuk bareng semuanya, kan kita udah lama gak makan bareng lagi." ajak Mama Adel sambil menggeret tangan Fahri yang membuat cowok itu mengangguk pasrah.

Saat dia sudah berada diruang makan, pandangannya jatuh pada Arya dan Papa Adel yang serempak memandangnya. Dan itu membuat dia gugup, meski dia sering sekali bertemu dengan mereka terlebih lagi dengan Arya.

"Langsung duduk aja Ri, gue gak bakal makan lo kok." canda Arya sambil terkekeh kecil melihat kegugupan yang Fahri rasakan, gak terjelas memang. Karena cowok itu pintar menyembunyikan perasaan seperti dirinya, tapi ayolah siapa yang gugup kalau disuruh makan bersama dengan keluarga sang pacar.

Fahri merasa lega karena candaan yang dilontarkan Arya, dan mengambil tempat di depan cowok itu. Selang beberapa menit, munculah Adel yang sejak tadi ditunggunya.

"Maaf lama Ri" gue menatap Fahri merasa bersalah, jangan salahkan gue karena perut gue mendadak sakit. Dan harus lebih lama di kamar mandi.

Fahri menggeleng "Gapapa" sambil mendorong sedikit kursi yang disampingnya buat Adel. Adel tersipu malu karena sikap Fahri itu, lalu menjatuhkan tubuhnya dan tak memperdulikan tatapan Papa dan abangnya yang menggodanya.

"Fahri jangan malu-malu, anggap aja rumah sendiri." Mama Adel tersenyum ramah, Fahri yang mendengarnya membalas dengan mengangguk. "Adel, jangan malah asik ambil makanan sendiri dong, ambilin juga Fahrinya." lanjut Mama membuat Adel menatap sang Mama setengah kesal dan bercampur malu.

Adel mau tak mau mengambil piring buat Fahri "Fahri mau makan apa?" tanya gue lembut sambil menoleh kearah dia.

"Gak usah say, aku bisa ambil sendiri kok." Fahri mengambil piring yang ada ditangan gue, tapi saat hendak menariknya suara Mama kembali terdengar dan itu membuat dia menghentikan aksinya untuk mengambil piring yang ada ditangan gue. Dan sebagai gantinya dia berdehem untuk menutupi kegugupannya.

Adel menyadari bahwa Mamanya itu sedang menggodanya habis-habisan, dan dapat dipastikan bahwa dia akan menjadi bahan godaan selama seharian ataupun hari-hari berikutnya.

"Fahri mau makan apa?" tanya gue ulang dengan nada yang masih lembut.

"Terserah kamu aja"

Gue mengangguk, lalu mengambil beberapa lauk yang ada di meja makan dan meletakkan di depan Fahri.

"Cie udah cocok tuh jadi istri" celetuk Arya yang sukses mendapatkan lemparan kotak tissue tepat di depan mukanya, siapa lagi kalau bukan Adel pelakunya.

Wajah gadis itu sangat memerah karena malu, ditatapnya tajam Arya yang tengah menatapnya geli.

"Udah kali dek, gapapa. Fahri mau kan jadi suami Adel?" Papa Adel memandang Fahri dengan pandangan bercanda, dia sangat ingin menggoda anak perempuannya itu.

Fahri yang mengerti arti pandangan dari Papa Adel, mengangguk dan melingkarkan tangannya di pundak gadis itu "Mau om" ucapnya lalu menoleh kearah Adel "Tapi, tunggu aku kerja dulu, ya. Biar bisa ngebiayain anak-anak kita."

Arya yang sedang minum langsung menyemburkan air yang diminumnya tepat ke muka Fahri, yang langsung mendelik kearah Arya.

"Anjir, gak nyangka gue kalau lo bakal ngomong kayak gitu." Arya menghapus air yang masih berbekas di bibirnya, tanpa memperdulikan tatapan kesal Fahri.

"Gue juga gak nyangka, most wanted sekolah gue jorok kayak gini." balas Fahri.

Adel yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala "Ini Ri, buat hapus air di muka kamu." diulurkan tissue ke arah Fahri, tapi bukannya mengambil tissue yang dikasih Adel cowok itu malah memegang pergelangan tangannya dan diarahkan untuk menghapus bekas air diwajah Fahri itu.

Sikap Fahri itu membuat dia, Arya dan kedua orang tuanya mengeluarkan ekspresi berbeda.

Adel tersipu malu dan tenaganya seperti menghilang begitu saja hingga dia tidak bisa menarik tangannya dari tangan Fahri. Arya malah semakin menggerutu gak jelas, dan melempar kotak tissue yang sempat dilempar Adel tadi. Sedangkan kedua orang tua Adel, menatap dengan pandangan penuh arti.

***

Adel mengantar Fahri keluar rumah, setelah cowok itu berpamitan dengan kedua orang tuanya serta Arya abangnya. Fahri berbalik menghadap kearah Adel dengan senyum mengembang.

"Makasih ya, udah diajakin masuk. Keluarga kamu sangat menyenangkan, lain kali aku ajak kamu kerumah ya, Mama pengen ketemu kamu." ucapnya halus sambil menatap gadis di depannya.

"Ehm, Mama kamu?" tanya gue sambil menatap kearah dia.

"Iya, kamu gak mau?"

Gue menggeleng cepat "Bukan gitu Ri, tapi aku malu sama gugup apalagi aku udah lama banget gak ketemu sama Mama kamu." ucap gue tertunduk.

Fahri tertawa dan mengangkat kepala gadisnya itu agar matanya bisa melihat bagaimana wajah pacarnya itu. Dan saat dia berhasil mengangkat wajahnya, terpampanglah wajah yang sangat memerah disana.

"Kenapa harus malu say? Kamu cantik, dan kamu pilihan aku." ucapnya yang membuat pipi gue semakin memerah.
"Gak usah gugup say, masa nanti aku lamar kamu, kamu juga gugup."

Adel yang mendengarnya langsung mencubit pinggang Fahri, dia benar-benar gemas. "Gak usah gombal deh, pulang sana." usirnya, jantung Adel benar-benar sudah gak sanggup mendengar ucapan dari mulut Fahri yang sukses membuat dia merasakan sakit jantung tiba-tiba.

"Siapa yang gombal sih" balasnya setelah menghentikan aksi Adel yang mencubit pinggangnya. "Iya aku pulang" lanjutnya setelah melihat Adel yang melototinya.

Kalau boleh jujur Adel ingin Fahri terus disini, tapi kalau cowok itu masih disini hatinya harus siap mendengarkan kata manis disana dan itu belum siap menerima semuanya.

Tapi sebelum Fahri melajukan motornya cowok itu memanggil Adel untuk lebih dekat kearahnya. Adel mengikuti perintah Fahri untuk mendekat kearah cowok itu, dia penasaran apa yang ingin diucapkan oleh Fahri. Dan saat dia sudah dekat dengan Fahri, bukan perkataan yang didengarnya tapi benda basah yang ia rasakan menyentuh keningnya.

Fahri terkekeh melihat Adel yang memperlihatkan reaksi yang sama saat mencium kening gadis itu pertama kalinya, dan itu sangat menggemaskan dimatanya.

"Aku pulang dulu ya, nanti aku telpon." ucap Fahri sambil mengelus rambut gadisnya, dan setelah itu dia melajukan motornya meninggalkan rumah gadisnya. Sedangkan Adel tersenyum tipis, lalu berbalik memasuki rumah. Berharap bahwa hari-hari manisnya akan terus berlanjut.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience