Adel menggerakan tangannya ke kanan dan ke kiri mencari benda yang bergetar. Tanpa melihat siapa yang menelpon, diangkatnya telpon itu.
"Halo" suara serak khas orang bangun tidur.
"Kamu udah tidur ya?" sontak Adel langsung menjauhkan hpnya dan melihat nama yang tertera disana. Fahri, dengan gerak cepat dia duduk di tepi kasurnya.
"Hmm kenapa Ri?" matanya terarah pada jam yang ada di nakas dan menunjukkan waktu pukul 10 malam, berarti dia sudah tidur hampir 2 jam setelah makan malam.
"Emang harus pakai alasan kalau aku mau telpon pacar sendiri?"
Adel menggeleng dengan cepat dia menjawab saat Fahri tidak bisa melihatnya menggeleng "Gak si Ri, cuma penasaran aja hehe."
"Dasar. Yaudah lanjut tidur aja, aku cuma mau bilang kalau aku kangen sama kamu."
"Apaan si Ri, lebay deh. Tapi aku juga kangen sama kamu." jujur Adel. Dia bernafas lega karena cowok itu tidak bisa melihat betapa merahnya pipinya. Karena kalau dia melihat bisa dipastikan kalau cowok itu akan terus menggodanya habis-habisan.
Adel menatap hpnya melihat apakah masih tersambung oleh cowonya itu "Fahri?" dan dia bernafas lega saat suara itu kembali terdengar.
"Iya sayang. Aku senang banget bisa dengar kata itu dari bibir kamu, dan aku mau besok dengar lagi dari kamu. Biar aku yakin yang ngomong itu pacar aku" Adel membuka mulutnya hendak menolak kemauan cowok itu, tapi saat mendengar kelanjutan kalimat Fahri, ditutup kembali mulutnya "Aku gak bisa dibantah. Sleep well my angel"
Telpon pun mati setelah Fahri mengucapkan kata-kata itu. Fahri memang bisa melambungkan perasaannya hingga setinggi-tingginya. Ditaruhnya hp itu di nakas dekat ranjangnya dan mulai tertidur kembali, jatuh kedalam mimpi indah karena ucapan sang pacar.
***
Senyum terus mengembang di kedua sudut bibirnya, gimana engga. Saat dia turun dan siap untuk sarapan disana sudah ada salah satu ciptaan Allah yang sangat indah, dengan senyum yang diperlihatkan untuknya.
Bahkan saat mereka udah berada disekolah, cowok itu selalu menggenggam tangannya dan membuat seseorang disana cemberut karena dicuekin.
Saking kesalnya Arya memutuskan pautan jemari Fahri dan Adel, dan menautkan tangan cewek itu pada jemarinya sendiri membuat Fahri menatapnya tajam "Apaan lo? Dia adek gue jadi bebas dong kalau gue pengangan tangan" ujar Arya santai.
"Tapi dia pacar gue" Fahri merebut tangan Adel tapi gagal karena Arya langsung menarik Adel kedalam pelukannya membuat semua gadis yang melihat kejadian itu membelalakan matanya tak percaya.
Adel sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat kedua orang itu yang tengah adu mulut "Kalian berdua kayak anak kecil tahu gak" seru Adel sambil melepaskan pelukan abangnya itu, "Bang, lo gak lihat apa gue udah kayak mau dibunuh masal sama fans-fans lo. Lepasin ih" bisiknya saat dia gagal melepaskan pelukan Arya.
Arya hanya menghendikkan bahunya dan sengaja dia mengecup kepala Adel dengan mesra selama berjalan menuju kelas adiknya itu, dan meninggalkan Fahri yang sekarang menatapnya dengan pandangan membunuh.
"Elah, lu ngapain diam ditengah jalan kayak gini." Reno menepuk pundak Fahri hingga cowo itu menoleh kearahnya sekilas, dan berjalan begitu aja tanpa membalas ucapannya.
"Astaga, gini nih punya sohib kalau lagi cemburu" gerutunya sambil berjalan dan sekali-kali dia memberikan senyum tipis pada cewek yang ditemuinya yang sedang menoleh kearahnya.
Fahri melanjutkan langkahnya menuju ke kelas, dan siap-siap untuk menghadapi perlombaan yang diadakan dengan sekolahnya.
Suasana perlombaan hari ini sangat riuh, karena memperingati ulang tahun sekolahnya jadinya diadakan perlombaan basket setiap kelas. Dengan tim basket yang akan bertanding berisikan most wanted dari sekolahnya, ditambah dengan kehadiran Fahri tentu saja membuat cewek cewek disana nyemangatin dengan gaya mereka masing-masing. Fans siapa lagi kalau bukan Andre, Fahri, Arya, Dhani, yang tentu saja menarik kalangan perempuan untuk menonton pertadingannya.
Jika cewek-cewek disana sangat menggebu-gebu dalam memberikan dukungan, beda halnya dengan Adel. Gadis itu malah menatap dua tim yang akan bertanding itu dengan bimbang. Kalau dia memilih untuk mendukung Fahri, dia tidak enak dengan Arya. Dan begitu juga sebaliknya, jika dia mendukung Arya dia tidak enak dengan Fahri.
Adira menoyor kepala Adel kebelakang, membuat sang punya kepala mendelik kesal. "Lu ya, cuma milih buat dukung aja kayak disuruh milih hidup atau mati."
Maya cekikikan mendengarnya "Alah lu kayak gak tahu Adel aja Dir. Ice cream aja kalau semua rasa favoritenya ada pasti galaunya selangit."
Adel yang mendengar itu menggembungkan pipinya "Terus aja ngolok gue, terus." ujarnya yang membuat dua orang itu gemas.
"Alah ngambekan banget sih sahabat gue satu ini" Adira mencubit pipi Adel sebelah kiri dan Maya mencubit pipi sebelah kanan.
"Kalian nyebelin banget sih"
"Udah netral aja sih, gak usah dukung siapa-siapa daripada lo pusing harus milih siapa." ujar Salsa yang baru datang bersama Sabrina dengan membawa banyak makanan yang langsung disetujui oleh Adira, Maya, dan Sabrina.
Kelima sahabat itu kembali fokus pada pertandingan yang sudah dimulai. Terlihat kedua tim saling merebut bola dengan sengit. Sesekali Adel menatap kesal kearah gerombolan cewek yang meneriaki nama pacarnya dengan panggilan sayang. Maya sama kesalnya juga dengan gerombolan cewek yang ada disebelah kanannya menyebut pacarnya dengan panggilan calon pacar. Sedangkan Salsa, Adira dan Sabrina sudah tenggelam pada pertandingan basket itu dengan makanannya masing-masing, dan mereka bertiga tidak merasakan kedua sahabatnya itu tengah dimakan api cemburu.
Setelah pertandingan selesai, Adel beserta sahabatnya turun dari tribun menuju segerombolan cowok yang tengah asik mengobrol.
"Abang, selamat ya menang." Adel langsung memeluk tubuh sang kakak dengan erat, Arya terkekeh dan memeluk balik tubuh adik kesayangannya itu.
"Makasih ya adikku tersayang" balasnya, sambil memberikan tatapan mengejek kearah Fahri yang langsung dibalas dengan memutar matanya.
"Gue gak dipeluk juga Del" celetuk Dhani yang langsung mendapatkan hadiah lemparan botol yang isinya masih setengah oleh Fahri "Elah Ri, bercanda kali gue." lanjutnya.
Sikap Fahri itu membuat orang disana geleng-geleng kepala, bahkan ada yang tertawa. "Udah gih samperin pacar lo, kasihan abis kalah." ejek Arya membuat Adel memukul pundak abangnya itu sebelum pergi darisana.
"Abang jahat ih"
Adel langsung dapat rangkulan mesra dari Fahri saat sampai di depan cowok itu, yang mendapatkan sorakan dia teman-temannya Arya dan ke empat sahabatnya Adel itu.
"Berisik woy" ujarnya masih dengan tangan yang bertengger manis di pundak sang pacar, "Kamu gak usah dekat-dekat sama Arya, aku gak suka." lanjutnya.
Butuh beberapa menit untuk mengolah kalimat Fahri dikepalanya, dia merasa ada yang salah dan tidak seharusnya diucapkan oleh Fahri. "Gak mungkin lah aku gak dekat sama bang Arya, dia kan abang aku. Gimana sih kamu" sahut Adel sambil geleng-geleng kepala. Dia senang jika Fahri cemburu, tapi gak usah sama abangnya juga kali.
Fahri hanya menghendikkan bahunya cuek, yang semakin membuat Adel heran. "Pokoknya gak suka. Karena kamu itu milik aku titik."
"Lebay lu nyet"
"Kalau cemburu gak usah sama abangnya kali nyet"
"Anjir Fahri cemburunya kelewatan"
"Fahri posesif"
"Kalau gak dapat restu baru tahu rasa lo"
Dan entah apalagi celetukan orang orang yang ada disana karena melihat dan mendengar ucapan Fahri barusan. Lagi-lagi dia cuek, diturunkan tangannya dari pundak Adel dan sebagai gantinya dia langsung menggenggam tangan gadis itu.
"Kalau gue gak dapat restu, tinggal bawa lari aja." ujar Fahri kelewat santai.
Semua orang melongo mendengarnya termasuk Adel juga, gadis itu bahkan saking kagetnya dengan apa yang diucapkan oleh Fahri tanpa sengaja terus menatap cowok itu tanpa kedip, dan baru sadar setelah mendengar godaan dari teman-temannya Fahri.
"Anjir, kelakuan Fahri ternyata kayak gini."
"Aduh dedek gak kuat dengarnya bang"
"Heh, Ri kalau ngomong disaring dulu napa. Nih lihat muka adek gue kayak gini jadinya" sambung Arya yang entah sejak kapan sudah berada disamping Adel, sambil menunjukan wajah Adel kearah mereka semua.
"Cieee Adel blushing cieee"
"Aduh, muka lo Del minta dicium." Devan memajukan bibirnya dan mendapatkan pukulan manis dari Bella. Sedangkan Fahri sudah memberi tatapan membunuhnya.
"Cium-cium, lo mesum banget sih." ucap Bella kesal.
Devan bukannya marah, malah menatap Bella lembut "Gak usah iri sayang, sini abang cium." dimajukan tubuhnya kearah Bella yang tengah melotot, dan tanpa diduga-duga kepalanya di geplak oleh Alif dari belakang.
"Heh, main nyosor aja lo. Lama-lama gue ceburin ke laut juga lo" ancam Alif. Bukan cemburu, tapi dia geli dengan tingkah laku Devan itu.
"Dek, abang mau makan sama teman-teman mau ikut?" ucapan Arya itu membuat perhatian kembali lagi kearah cowok yang berada disamping Adel.
Adel mengangguk lalu menoleh kearah Fahri "Kamu mau ikut?"
Tanpa berfikir panjang cowok itu mengangguk, dan langsung membuat senyum mengembang di bibir Adel "Kalian berempat mau ikut juga kan?" tanya Adel ke sahabatnya.
"Ck, masih inget sama kita toh kirain lupa." sindir Salsa yang membuat Adel menatapnya bersalah "Becanda Del, elah. Kita berempat ikut kok, soalnya ada yang ngebet pengen pergi sama bang Ar Aw sakit bego." Salsa menatap tajam ke arah Sabrina yang mencubit pinggangnya dengan kencang.
"Kenapa?" Arya memandang dua orang itu bergantian, tadi dia merasa namanya disebut.
Sabrina langsung geleng cepat "Gak ada apa-apa kok bang Arya" ujarnya.
Salsa, Maya, Adira dan Adel membekap mulut mereka menahan tawa. Sabrina yang melihat itu langsung melotot kearah mereka, Adel yang di peloloti langsung saja mendekatkan tubuhnya kearah Fahri sambil menjulurkan lidahnya.
"Sial, mentang-mentang punya pacar gitu tuh kelakuannya." ucap Sabrina Sengit.
"Bodo, makanya cari pacar sana." balasnya tak kalah sengit, Fahri menatap pacarnya itu gemas. Dieratkan pelukannya pada Adel, yang membuat Sabrina tambah kesal.
"Berangkat sekarang aja deh daripada drama semakin panjang, gue udah lapar nih." celetuk Dhani yang alasan sebenarnya dia ingin pergi darisana adalah dia tidak kuat melihat kemesraan Fahri dan Adel. Semua orang disana mengangguk setuju, dan mulai berjalan meninggalkan lapangan itu.
Mereka semua berada disebuah restoran di dekat sekolah mereka, dan Fahri selalu mengenggam tangan Adel dengan erat.
Sesampai di tempat duduk, Adel duduk disamping Fahri dan disamping kanan nya ada kak Dhani.
"Kok gue deg deg kan sih duduk diantara Kak Dhani sama Fahri"
"Dek, nih udah di pesanin sama Dhani. Katanya kasihan lihat muka kamu kayaknya pucat banget" ucap Arya sambil menyodorkan nasi goreng dan jus jeruk ke hadapan Adel.
Tanpa mereka sadari kalau Fahri sudah di landa cemburu melihat Dhani menatap Adel yang sulit diartikan.
Adel mengangguk dan tersenyum kearah Dhani "Makasih ya kak"
"Selow Del, kayak sama siapa aja." ucap Dhani sambil memasukan makanannya.
Adel tanpa buang waktu langsung menyantap nasi goreng itu tanpa melihat Fahri yang sekarang sudah mengepalkan tangannya, tapi dia langsung tersedak saat mendengar ucapan Adira.
"Kak Dhani perhatian banget sih sama Adel, suka ya?" tanya Adira sambil menaik turunkan alisnya menandakan dia sedang menggodanya.
"Haha, gue kan emang harus perhatian sama Adel. Soalnya dia kan udah gue anggap kayak adik sendiri, ya gak Del?" tanyanya yang langsung dianggukin oleh Adel.
"Iya kak. Lo ya pertanyaannya aneh-aneh" ujarnya setelah meminum jus jeruknya.
Adira cengengesan, lalu melanjutkan makanannya. Tapi beda dengan Andre dan Fahri, dia memperhatikan sikap Dhani saat ditanya seperti itu. Karena mereka yakin ada yang disembunyikan oleh Dhani.
"Berani lo sentuh Adel, lo akan rasain itu apa yang namanya neraka." -Fahri
"Gue gak akan biarin Adel sama Dhani, dia udah gue gak anggap seperti adek gue sendiri, tapi gue sadar kalau gue gak ditakdirkan untuk bersama dia. Tapi gue ditakdirkan untuk menjaganya" Andre
Share this novel