Brakk
Adira memukul meja dengan keras, membuat Adel yang disampingnya terlonjak kaget dan buku yang sedang dia baca jatuh bebas ke lantai.
"Lo apa-apaan sih Dir?! Lo mau buat gue jantungan apa!" sentak gue sambil mengusap-ngusap dada meredakan debaran jantung yang gak karuan. Sedangkan dia disentak bukannya minta maaf, tapi dia malah cengar-cengir yang buat gue ingin melempar kursi ke muka dia biar ancur sekalian.
"Lo sih, dipanggil kagak dengar. Ke kantin yuk, lapar nih kita-kita." sambung Sabrina.
Adel menarik nafasnya dan membuang kasar, dia membungkuk untuk mengambil novel yang tadi dia baca karena ulah si Adira.
"Ayok" ajak gue setelah menaruh novel kedalam tas dan mulai beranjak darisana yang diikuti Adira, Maya, Sabrina, Salsa.
Mereka jalan beriringan menuju kantin. Adel yang sedang fokus dengan jalannya tidak menyadari bahwa disampingnya sudah berdiri seseorang, hingga orang itu menggenggam tangannya membuat dia tersentak kaget.
"Astaga, kamu bikin kaget aja." seru gue saat melihat Fahri yang ada disamping entah sejak kapan. Tangan gue lagi-lagi diarahkan ke dada menenangkan jantung yang sudah tidak karuan.
Fahri yang melihat reaksi pacarnya itu terkekeh kecil, lalu diusapnya pipi gadisnya itu hingga bersemu merah "Maaf ya say" Adel yang mendapatkan perlakuan seperti itu mengangguk sambil menundukkan kepalanya, malu.
"Sejak kapan sih gue jadi maluan"
Adira, Maya, Sabrina, Salsa dan sahabatnya Fahri yang lain serentak berdehem karena merasa mereka menjadi obat nyamuk disana.
"Ehem, siang-siang gue udah sakit mata, cabut ah." Adira pergi diikutin dengan ketiga sahabatnya.
"Untung gue gak jomblo" sahut Andre dan pergi berlalu meninggalkan mereka.
"Gini nih nasib jomblo, selalu terbelakang." celetuk Farrel sambil berlalu darisana, Alif dan Reno yang mendengarnya terkekeh geli dan mengikuti Farrel. Sedangkan Devan menatap Fahri dan Adel bergantian, tanpa berkata apa-apa. Tapi, sebelum berlalu dia memukul Fahri pelan.
Fahri tertawa kencang sambil menarik tubuh pacarnya itu untuk dekat kearahnya, hingga banyak siswi disana menatapnya kagum. Adel yang melihat pacarnya ketawa seperti itu sampai gak kedip, menikmati ciptaan Allah yang sangat mengagumkan dimatanya.
Fahri yang ngerasa diperhatiin menghentikan tawanya, dan langsung menampilkan senyumnya kearah Adel dengan smirk nya.
"Aku tahu aku ganteng" ucap dia dengan pede.
"Iyadeh, mau kayak apa kamu tetap ganteng kok." puji gue dengan menampilkan senyuman juga, lalu dia menarik gue untuk mengikutinya kearah kantin.
***
Sesampai dikantin, Fahri menggandeng Adel menuju teman-temannya yang sudah duduk dengan makanan masing-masing.
"Ri, kita belum mesen makanan." ucap gue mencoba mengingatkannya yang ada disamping. Bukannya menjawab dia malah mendorong gue untuk duduk disamping Sabrina, dan dia malah pergi entah kemana dan itu membuat gue heran.
"Makanan lo mana?" tanya Sabrina saat memperhatikan meja di depan gue kosong melompong.
"Belum pesen" jawab gue santai, membuat Sabrina mengernyit dahi.
"Lah, terus lo ngapain disini?" kali ini Maya yang bertanya dengan alis yang sudah terangkat.
Gue hanya menghendikan bahu "Gak tahu, gue disuruh duduk sini sama Fahri."
Reno yang sepertinya paham apa yang terjadi tersenyum kecil "Ternyata Fahri so sweet banget ya" ucapnya yang langsung mendapatkan perhatian di meja itu.
Adel yang hendak ingin bertanya kepada Reno mengurungkan niatnya ketika dirasakannya ada yang menepuk pelan kepalanya, dan saat dia melihat ternyata Fahri sudah kembali entah kapan dan duduk disampingnya.
"Mas, mbak ini pesanannya." ucap mbak-mbak kantin lalu menyerahkan dua piring nasi goreng dan dua orange jus, Fahri tersenyum tipis pada mbak-mbak itu sebagai ucapan terima kasih. Dan sebelum mbak-mbak itu pergi dia berucap yang membuat gue melting.
"Aduh neng, beruntung banget punya pacar kayak mas ini. Rela antri panjang buat beli makanan favorite pacarnya, ditawarin buat beli yang lain tapi masnya nolak. Katanya pacar saya suka makan ini gitu neng, langgeng ya kalian berdua." ucapnya terus berlalu darisana.
"Makan dulu ya" katanya lembut sambil menaruh piring nasi goreng tepat di depan gue yang masih tertegun karena ucapan mbak-mbak itu.
Gue mengangguk dan malu-malu mengambil piring yang diulurkan Fahri "Ehm, Ri. Mau tanya boleh?" Fahri mengangguk "Kamu masih ingat makanan favorite aku?" lanjut gue sambil memainkan sendok dengan sedikit gugup.
Fahri tersenyum, tingkah laku Adel sangat menggemaskan di matanya "Kamu kan pacar aku, kita juga kenal kan bukan baru kali ini doang."
"Mau disuapin gak?" gue langsung menggeleng dan menjauhkan sedikit kepala.
"Gue yakin banget pasti nih pipi udah merah kayak kepiting rebus" batin gue.
"Gak Ri, aku bisa makan sendiri." jawab gue pelan, lalu menyuapkan nasi ke mulut gue sendiri dengan jantung yang berdebar mendengar ucapan Fahri tadi.
Fahri tersenyum lalu mengelus rambut gadis itu sayang dan sebelum dia memakan makanannya, dia mengatakan sebuah kalimat yang membuat semua yang di meja itu menunjukan berbagai ekspresi.
"Lain kali kalau mau tanya langsung aja say, gak perlu tanya dulu. Bahkan kalau mau nanya kapan aku ngajak kamu ke KUA juga boleh"
Kalimat yang begitu santai diucapkan oleh Fahri, tapi berdampak besar bagi orang yang ada di meja itu. Terutama Adel, yang kini sudah menunduk semakin dalam. Kalau tadi jantungnya itu bahkan terasa mau copot dari tempatnya.
Kalau reaksi Adel seperti itu, sahabat Adel dan sahabat Fahri memberikan reaksi dari yang mulai tersedak, menyemburkan makanan/minuman mereka dan ada yang melongo menatap Fahri tak percaya apa yang keluar dari bibir dia.
"Kapan-kapan kita jalan yuk, kan kita udah akrab gini." seru Andre semangat setelah sadar dari kagetnya.
Mendengar kata-kata jalan Adira langsung mengangguk tak kalah semangat "Boleh-boleh, kita seru-seruan." Andre mengangguk lalu bergulirlah rencana mereka apa saja yang akan mereka lakukan saat mereka pergi jalan-jalan.
"Iya kan Del?"
Adel yang sejak tadi tidak mendengarkan ucapan mereka, hanya menatap mereka dengan pandangan bingung. Karena sejak tadi yang dia lakukan adalah menetralkan detak jantungnya yang sudah tak normal.
"Elah nih anak, gue tahu kalau lo senang digombalin kayak gitu sama Fahri. Tapi, gak sampai cuekin omongan kita kali." goda Salsa yang langsung membuat yang lain tertawa mendengarnya.
"Siapa sih yang cuekin, sotoy banget." balas gue sambil melotot kearah Salsa, padahal yang dia ucapkan benar apa adanya. Tapi gue malu untuk mengakuinya karena takut diledek habis habisan.
"Ah yakin?"
"Iya yakin."
"Serius?"
"Iya"
"Tapi kok merah gitu muka lo?" Salsa terkekeh geli karena dia tahu gue bohong.
Gue gelagapan sumpah, karena sudah tertangkap basah. Apalagi sekarang bukan hanya Salsa yang cekikikan tapi yang lainnya juga.
Fahri yang melihat pacarnya digodain dengan sengaja melingkarkan tangannya di pinggang Adel dan menarik sedikit pacarnya hingga menempel tubuhnya.
"Udah say, iyain aja. Namanya orang jomblo mah kagak pernah digodain, jadinya mereka iri." ucapnya santai dan langsung dapat makian dari yang lainnya.
Adel tersenyum lalu mengangguk, sedangkan yang lainnya sudah mengeluarkan caci maki pada Fahri. Fahri yang mendengarnya tertawa dan semakin mengeratkan pelukannya pada Adel, dan itu semakin membuat meja itu ribut penuh dengan caci maki.
Share this novel