Erphone menggantung indah di kedua telinga seorang gadis yang tengah duduk di balkon kamarnya. Bibirnya terlihat bergerak-gerak mengikuti alunan musik yang didengarnya, bahkan matanya terpejam menghayati lagu yang sedang didengarnya itu.
-The Chainsmokers;Halsey-
Hey, I was doing just fine before I met you
I drink too much and that's an issue but I'm OK
Hey, you tell your friends it was nice to meet them
But I hope I never see them again
I know it breaks your heart
Moved to the city in a broke down car
And four years, no calls
Now you're looking pretty in a hotel bar
And I can't stop
No, I can't stop
So baby pull me closer in the backseat of your Rover
That I know you can't afford
Bite that tattoo on your shoulder
Pull the sheets right off the corner
Of the mattress that you stole
From your roommate back in Boulder
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
You look as good as the day I met you
I forget just why I left you, I was insane
Stay and play that Blink-182 song
That we beat to death in Tucson, OK
I know it breaks your heart
Moved to the city in a broke down car
And four years, no call
Now I'm looking pretty in a hotel bar
And I can't stop
No, I can't stop
So baby pull me closer in the backseat of your Rover
That I know you can't afford
Bite that tattoo on your shoulder
Pull the sheets right off the corner
Of the mattress that you stole
From your roommate back in Boulder
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
So baby pull me closer in the backseat of your Rover
That I know you can't afford
Bite that tattoo on your shoulder
Pull the sheets right off the corner
Of the mattress that you stole
From your roommate back in Boulder
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
We ain't ever getting older
No we ain't ever getting older
Kedua matanya terbuka ketika lagu itu berakhir, bibirnya tertarik keatas ketika tiba-tiba bayangan pacarnya muncul di benaknya. Ah, betapa dia merindukan kekasihnya itu, pikirnya.
"Woy turun. Pacar lo datang nih" teriak seorang cowok dari luar kamarnya.
"Iya, bang." balasnya tak kalah keras. Setelah dia mengucapkan kalimat itu, terdengar suara kaki yang menjauh dan menuruni tangga yang ada di dekat kamarnya. Ya, gadis yang sejak tadi ada di balkon adalah Adelia Azzahra. Dan cowok yang memanggilnya siapa lagi kalau bukan Arya Pradana Putra, abang tercintainya.
Jujur dia sangat bingung kenapa Fahri tiba-tiba ke rumahnya tanpa mengabari dia sama sekali. Tapi, tidak memusingkan hal itu, karena perasaan bahagia lebih besar dibandingkan perasaan bingungnya. Tanpa menunggu lagi, dia cepat mengganti baju dan menuruni tangga untuk menemui pacarnya itu.
Adel mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang sudah menemani hari-harinya itu. Dan senyum mengembang ketika pandangannya jatuh pada cowok yang tengah memainkan hpnya dengan serius.
"Fahri, tumben kesini gak ngabarin dulu." ujar Adel langsung ketika dia sudah menjatuhkan dirinya disamping cowok itu, membuat cowok itu tersenyum lembut yang langsung membuat jantungnya berdetak kencang.
"Gapapa, kan kerumah calon istri sendiri ngapain perlu ngabarin." balas Fahri yang membuat Adel tersipu malu.
"Apaan sih Ri, masih kecil juga." Adel menduduk malu-malu mendengar hal itu, sebenarnya ini bukan pertama kalinya cowok itu mengucapkan calon istri, tapi entah kenapa dia selalu menjadi malu seperti ini.
Adel yang melihat pacarnya tersipu malu menjadi gemas, diraih tubuh gadisnya kedalam pelukannya lalu mengecup puncak kepala gadisnya berulang kali.
"Kamu harus biasain dengarnya say" diuraikan pelukannya itu sedikit, agar dia bisa menatap wajah gadis yang dicintainya itu "Kalau kamu aja masih di panggil calon istri malu, gimana besok pas aku manggil kamu bunda." lanjutnya.
"Bunda?" Adel menatap tajam kearah cowok yang kini terkekeh melihat reaksinya itu. Enak aja dibilang bunda, dikira Adel mau melahirkan apa.
Fahri mengangguk, yang membuat Adel melotot kearahnya "Iya bunda, bunda dari anak-anak kita." ucapnya santai dengan senyum mengembang.
Blusshh muka Adel memerah seketika seperti kepiting rebus, Fahri yang melihat itu tertawa tanpa suara. Kesal yang sempat dia rasakan tadi menguap entah kemana, digantikan dengan ratusan bunga yang memekar dalam tubuhnya saat mendengar ucapan Fahri itu. Emang ya pacarnya ini bisa aja membuat dia ngefly kayak gini, "Tahu ah" ucapnya. Adel benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau cowok itu sudah seperti ini.
"Ciee yang malu ciee" goda Fahri sambil mencolek dagu Adel, membuat gadis itu semakin memerah karena malu. Menggoda gadisnya itu sudah menjadi kebiasaan Fahri akhir-akhir ini, apalagi melihat warna merah yang muncul dari pipi gadisnya itu membuat dia ingin membawanya ke KUA detik itu juga.
Adel memalingkan wajahnya kearah lain, bukan marah karena digoda oleh Fahri tapi dia malu benar-benar malu. Siapa sih yang gak malu kalau digoda sama orang yang disuka. Baru beberapa detik dia memalingkan wajah, wajahnya kembali ditarik kearah Fahri membuat tatapannya bertemu dengan tatapan cowok itu.
"Kamu tahu, aku suka kalau kamu malu kayak gini." diusapnya wajah Adel lembut, membuat sang pipi seperti ada rasa listrik yang mengalir didalam tubuhnya. "Tapi aku gak suka kalau kamu malu karena orang lain, jadi jangan pernah tunjukin ekspresi kayak gini ke orang lain ya." lembut sangat lembut ketika Fahri mengucapkannya, tapi Adel tahu bahwa ucapan cowok itu adalah perintah yang harus Adel turuti.
"Say, pergi yuk. Kita kencan, udah lama kita gak keluar berdua." ucap Fahri yang kini menaruh pipinya kepuncak kepala Adel yang kembali berada dipelukannya.
Adel mencibir mendengarnya "Salah siapa sibuk" ucapanya ketus. Membuat dia mendapatkan kecupan dikeningnya oleh Fahri.
"Maafin say, emang tugas aku lagi banyak-banyaknya. Apalagi dikantor Papa" Fahri merasa bersalah karena dia jarang bisa menghabiskan waktu berdua dengan Adel, tapi tugasnya memang sangat menumpuk sekarang. Apalagi Papanya yang sengaja memberikan tugas yang sangat banyak, jadilah kehidupannya lebih banyak dikantor.
"Serah deh serah, aku mah atuh cuma butiran kerikil." ujar Adel. Bukan dia tak mau mengerti, tapi dia juga kan ingin menghabiskan waktu bersama cowok disampingnya seperti dia masih disekolah dulu.
"Sayang, maaf ya. Makanya aku kesini mau ngajak kamu keluar, mau ya?"
"Kalau aku gak mau, kamu tetap paksa aku gitu?" Fahri tergelak mendengarnya. Adel bangkit membuat pelukan cowok itu terlepas "Emang mau kemana?"
"Ada deh, kamu ikut aja." Fahri bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya kearah Adel, yang tentunya langsung diterima oleh Adel.
"Ck, mainnya rahasia-rahasian nih ceritanya."
Fahri mengacak rambut Adel hingga gadis itu cemberut kesal "Sekali-sekali sayang. Sekarang aja berangkatnya daripada entar kemaleman, kan kamu gak bis kena angin malam." godanya yang membuat Adel mencubit pinggangnya keras.
"Maaf say, maaf." ujarnya sambil mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu, "Orang tua kamu kemana say, sama si kecebong anyut mana kok daritadi gak kelihatan."
"Yang kamu bilang kecebong anyut itu bang Arya maksudnya" ujarnya judes, Fahri nyengir mendengarnya.
"Hehehe, abang kamu kemana sayang?"
Adel memutar bola matanya malas "Lagi dikamarnya. Bentar, abang Adel mau pergi dulu!" teriaknya.
Selang beberapa menit terdengar suara derap kaki yang mendekat dan munculah orang yang dicari Fahri "Elah dek, gak usah teriak-teriak gitu. Abang dengar kok, kamu emang mau kemana sama si curut?" tunjuk Arya dengan dagunya.
Adel menghendikkan bahunya "Gak tahu bang, dia gak mau ngasih tahu."
Arya menyipitkan matanya kearah Fahri "Jangan bawa ke tempat yang aneh-aneh, kalau lo gak mau mati ditangan gue detik itu juga." ujarnya dengan nada mengancam disana yang terdengar sangat jelas.
Adel hanya melengos saat abangnya sudah masuk dalam mode protectifnya ya 11 12 sama Papanya, dan untuk pertama kali dia bersyukur karena orang tuanya sedang berbulan madu entah kemana, gak deng ke Maladewa yang sukses membuat Adel iri.
"Tenang, gue gak akan bawa adek lo ke tempat yang aneh-aneh kok." Fahri tersenyum kearah Arya lalu menoleh sekilas kearah Adel "Paling ke KUA"
"Fahri astaga" Adel gak abis fikir sama cowok yang ada disampingnya, dia gak tahu apa abangnya kalau udah mode seperti ini bisa ngamuk.
"Maaf say, kebiasaan. Lo tenang aja gue janji bakalan anterin dia selamat sampai rumah."
"Oke gue percaya sama lo. Dan kamu dek, kalau dia sampai buat yang macam-macam langsung kabarin abang" ucap Arya penuh ketegasan.
"Iye iye, bawel banget dah."
Fahri menahan tawanya agak tidak keluar "Sayang, kita pergi sekarang ya. Ar, gue pergi dulu ya." ujarnya lalu menarik Adel untuk mengikutinya keluar rumah gadis itu.
"Hati-hati" ucap Arya yang dibalas ancungan jempol oleh Fahri.
"Mobil baru lagi?" tanya Adel saat sudah ada di depan mobil Fahri. Dia heran, memang sih itu uang-uangnya Fahri sendiri, tapi emang gak sayang apa kalau cuma dihamburin doang, mana mobilnya lamborghini lagi.
Fahri hanya nyengir sambil membuka pintu mobilnya saat mendengar pertanyaan dari gadis itu "Iya say, sekali-kali gapapa." balasnya lalu menutup pintu saat dia merasa gadinya sudah duduk dengan nyaman sama mobilnya.
"Kamu gak mau kasih clue gitu kita mau kemana?" tanya Adel saat Fahri sudah duduk disampingnya.
Fahri tersenyum misterius lalu mencubit hidung Adel gemas "Entar kamu juga tahu kok" jawabnya lalu mulai mengendarai mobilnya ketempat yang dia ucapkan sangat rahasia itu. Sedangkan Adel hanya berpasrah diri karena hal itu, toh dia percuma meminta agar dikasih tahu kemana dia akan pergi, tapi dia hanya membalasnya seperti tadi.
***
Kurang lebih selama 3 jam mereka didalam mobil, dan saat Fahri menepikan mobilnya Adel menegakkan tubuhnya karena dia tahu bahwa mereka sudah sampai pada tempat yang tidak mau diucapkan oleh Fahri.
"Ayok turun" ucap Fahri saat sudah membukakan pintu buat gadisnya yang tengah melamun itu.
"Yakin ini tempatnya?" Adel memperhatikan sekelilingnya dengan seksama dan merasa aneh ketika tidak ada orang sama sekali disana, dan yang membuat dia aneh adalah lingkungan disana sangat gelap, padahal dia yakin bahwa tempat ini adalah pantai.
"Iya lah say, yakin banget malah." Fahri lalu mengambil jemari Adel dan menautkannya dengan jemarinya sendiri. Adel mengerucut kesal mendengarnya.
Adel mengikuti Fahri dalam diam, pandangannya masih menyapu kearah sekelilingnya. Tapi, saat mereka mulai melangkah di jalan yang di pinggirnya dihiasi oleh lampu-lampu kecil, dan itu sukses membuat dia takjub melihatnya.
"Kau suka?" bisik Fahri tepat ditelinga kanannya. Adel mengangguk, lalu menoleh kearah Fahri "Bangett, makasih ya."
Fahri tertawa renyah "Ini belum seberapa loh"
Baru saja Adel hendak menanyakan apa lagi yang akan dia perlihatkan oleh Fahri, dia sudah mematung melihat apa yang ada di depannya. Gelap gulita, ya dua kata yang menggambarkan apa yang sedang dilihatnya
"Kamu lagi gak becanda kan?" tanya Adel sambil menatap kearah Fahri dengan pandangan syok. Gimana gak syok kalau awalnya dia sudah sangat senang melihat cahaya kecil disamping jalan yang mereka lewati, tapi sekarang astaga seharusnya dia tidak usah ikut.
Fahri menoleh, dengan senyum yang mengembang diwajahnya "Gak lah, suka kan?"
Adel menggeleng cepat " Gak lah, emang kira aku aku suka ap--"
Ucapannya terpotong saat melihat sebuah cahaya yang mulai muncul ditengah-tengah laut. Huruf pertama yang dia lihat adalah I, selanjutnya L, O, V, E, Y, O, U, A, D, E, L, I, A. Ternyata kalimat itu adalah I LOVE YOU ADELIA.
Oh good
"Kalau ini suka?" tanya Fahri dengan nada yang sedikit menggoda disana.
"Suka banget" dengan cepat dia memeluk tubuh Fahri meluapkan perasaan bahagianya.
Fahri tertawa dan membalas pelukan gadisnya itu, dan mencium puncak kepala Adel berulang kali. "Ini belum selesai lo"
"Emang ada apa lagi?"
Fahri tersenyum penuh arti, lalu membalikkan tubuh gadisnya menghadap sebuah layar besar di sebelah kiri mereka, dengan tangannya yang masih memeluk pinggang gadisnya itu. Dan tepat ketik itu, layar itu menyala memperlihatkan foto-foto saat mereka berada di Bali.
Adel menatap layar di depannya dengan pandangan terpesona, dia tidak pernah menyangka bahwa Fahri akan melakukan hal itu. Apalagi mengumpulkan foto-fotonya mereka sejak di Bali, dan matanya melebar saat sebuah kalimat muncul menutup deretan foto itu.
HAPPY ANNYVERSARY
Dua kata yang bikin Adel sangat senang.
Dibaliknya tubuh gadisnya itu hingga dia berhadapan dengan Fahri, dan langsung mendengar suara cowoknya itu.
"Happy Annyversary sayang, makasih banget kamu udah ngasih kesempatan untuk aku buat jadi yang nomor satu dihati kamu, makasih banget kamu mencintai aku sampai saat ini. Maafin aku kalau waktu itu aku pernah ninggalin kamu, aku benar-benar minta maaf sama kamu. Kamu harus tahu kalau kamu adalah bagian di hidup ku, kamu segalanya bagi aku, kamu adalah bidadari ku, aku sayang, cinta sama kamu sampai saat ini." diraihnya tangan Adel ke depan dadanya yang sudah berdetak kencang "Terlebih lagi jantung aku selalu berdetak kencang tiap harinya, dan ini hanya di dekat kamu.
Adel hanya mengangguk, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan cowok itu. Dia benar-benar bahagia mempunyai pendamping seperti Fahri. Ah Mama, Adel sayang banget sama cowok yang ada di hadapan aku.
"Happy Annyversary juga sayang--" belum sempat dia selesai bicara, dia sudah kembali ditarik kedalam pelukan Fahri.
"Kamu gak perlu ngomong apa-apa say" ujar Fahri pelan, tapi masih di dengar oleh Adel. "Maaf dulu aku pernah ninggalin kamu, aku pergi karena aku ingin kembali sehat dan bisa bersama mu lagi. Tapi aku janji, kamu selalu ada di hati aku, sekarang dan selamanya."
Fahri menjauhkan sedikit tubuhnya sedikit dari tubuh Adel, menatap sepasang mata yang sudah mengeluarkan air mata, dengan lembut dia menghapus air matanya dan mendekatkan wajahnya ke Adel "May I?" ucapnya yang dibalas anggukan oleh gadis itu. Fahri tersenyum lalu mendaratkan bibirnya yang lembut ke bibir milik Adel.
Dia berjanji bahwa dia akan menjaganya, dan tidak akan pernah meninggalkannya lagi. Dia sangat menyesal pernah meninggalkan gadisnya itu, dan dia tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya.
Karena gadis ini adalah miliknya, hanya untuknya.
"Kamu lah wanita pilihan ku, hanya kamu lah satu-satunya wanita yang sangat ku cintai. Tidak ada wanita lain selain dirimu, hanya kamu lah wanita yang ada dihati ku dari awal kita bertemu dan sampai saat ini. Aku sayang dan mencintai mu Adelia, selama aku pergi waktu itu aku selalu berdoa, kalau aku ingin sekali menjadi cinta pertama mu dan terakhir mu. Dan ternyata doa ku terkabulkan, ini lah yang ku tunggu-tunggu. Adelia kamu adalah wanita yang sangat istimewa dan kamu hanya ditakdirkan untuk-ku. I love you." -Fahri
"Makasih kamu sudah menjadi dibagian hidup ku Fahri. Aku sayang banget sama kamu, meskipun kamu pernah ninggalin aku, tapi aku gak pernah marah sama kamu. Apalagi untuk menjauhi kamu, aku tidak bisa. Karena kamu ada cinta pertama dan terakhir ku, aku hanya ingin kamu. You are my favorite boyfriend" -Adelia
Share this novel