Adel terus menerus menatap tangannya yang ada digenggaman Fahri dengan senyum mengembang. Dia tidak menyangka bahwa Fahri sangat mencintainya.
"Kok senyum-senyum sendiri? Bagi-bagi dong senyumnya" dia menarik dagu gue agar bisa menatap manik matanya.
"Apaan sih, Ri. Kalau mau senyum, yaudah senyum aja." ucap gue sambil mengulum senyum saat mendengar ucapan Fahri itu.
Fahri mengacak acak rambut Adel "Ya kan beda kalau ngeliat senyum pacar sendiri, jadi tambah semangat senyumnya."
Astaga, kenapa Fahri ngomong kayak gitu sih. Bikin melting tahu gak.
"Apaan sih Ri, gak usah gombal deh." gue membuang muka kearah lain, Fahri yang melihat itu semakin gemas dengan tingkah pacarnya itu.
"Siapa yang gombal sih, aku kan ngomong jujur." jawab dia santai sambil mengeratkan genggamannya "Mau makan apa langsung pulang?" tanyanya saat sudah berada di motor kesayangannya.
"Pulang aja, aku cape."
Dia mengelus rambut gue sayang "Yaudah kita pulang sekarang"
Adel cuma mengangguk, lalu dia merasakan sesuatu yang menyentuh keningnya. Ya, Fahri yang menciumnya.
Fahri melepaskan genggamannya dan menaiki motornya "Ayok naik" diulurkan tangan kirinya kepada Adel untuk membantu pacarnya naik keatas motornya.
Gue dengan senang hati menerima tangan dia. Setelah dia sudah duduk dibelakang Fahri hendak menarik tangannya, gue kaget bukan terlepas sekarang malah tangan itu dilingkarkan ke pinggang dia.
"Tangan satunya" kata dia.
"Hah?"
"Tangan satunya, say." ucap dia sambil menoleh kebelakang. Dan pada saat mengerti apa yang dimaksud dia, gue melingkarkan tangan satunya ke pinggangnya.
Fahri tersenyum, lalu menyalakan motor dan menjalankan motornya itu meninggalkan sekolah. Selama perjalanan, dia tak melepas pegangan tangannya pada tangan yang sedang melingkar di pinggangnya itu. Meski sudah mendapatkan protes dari sang pacar, bahkan dia dapat merasakan gadisnya tengah tersenyum dibelakangnya.
***
Adel langsung turun dari motor Fahri, setelah mereka sampai tempat di depan rumahnya. Dan diikuti oleh Fahri setelah melepaskan helm full facenya dan mengunci motornya.
"Loh kok ikut?" tanya gue penasaran, karena biasanya dia langsung pulang setelah mengantar gue pulang.
"Aku mau anterin kamu sampai kedepan calon mertua. Emang gak boleh ya?" balas dia santai, seakan kalimat itu sudah wajar diucapkan.
Gue mendadak merasakan pipi memanas, calon mertua aduh Mama tolongin jantung aku dong gak kuat. Dengan cepat gue menggeleng saat dia masih menatap gue.
"Bagus, ayok." Fahri menarik tangan Adel lembut untuk masuk kedalam rumahnya, dengan sopan dia mengetuk pintu rumah gadisnya.
Ceklek
Pintu rumah terbuka dan menampilkan abangnya dengan tangan yang dilipatkan di depan dada.
"Udah selesai masalahnya?" ucapnya dingin sambil menatap tajam kearah Fahri yang kini semakin mengeratkan genggamannya.
"Udah, maaf udah buat adek lo nangis." balas Fahri sambil menoleh sekilas kearah gue yang ada disampingnya.
Arya mengangguk "Bagus, ingat ucapan gue tadi. Lo bakal terima akibatnya." ancamnya.
Fahri mengganguk sebagai jawabannya, lalu menoleh kearah Adel yang kini sedang menatapnya dan Arya bergantian.
"Aku pulang ya, ketemu sama calon mertuanya nanti aja ya." Fahri mengecup lembut kening Adel lalu berlalu darisana meninggalkan Adel yang masih mengerjapkan matanya beberapa kali.
Sampai lupa kalau bokap nyokap gue udah pulang dari kemarin. Dan tandanya si Andre juga sudah pulang kerumahnya. Padahal gue mau ajak Fahri untuk nemui bokap nyokap gue hanya sebentar, meskipun mereka sudah tahu Fahri. Tapi kan gue mau ngasih kabar kalau dia sudah kembali lagi, pasti mereka senang banget. Karena selama di Bali cuma Fahri yang dipercayai sama bokap nyokap untuk selalu jagain gue. Mungkin dilain waktu gue akan ajak dia lagi, pokoknya gue senang banget lah hari ini.
Arya geleng-geleng kepala melihat adeknya yang masih kaget dengan apa yang terjadinya. Dengan cepat dia menarik tangan adeknya itu dan menggiring untuk masuk kedalam, membuat Adel langsung tersandar dari keterkejutannya. Langsung dengan percakapan yang membuatnya kesal.
"Tuhkan gue bilang, mereka pasti bakal baik-baik aja. Inget janji lo buat traktir gue sepuas puasnya" ucap seseorang yang dia sangat kenal dengan suara itu, siapa lagi kalau bukan si Adira.
"Iya iya" ucap seseorang yang dia kenal juga, dan itu Salsa.
Gue mengernyit dahi, gue penasaran banget kenapa dua orang itu ada dirumah gue. Tapi yang lebih membuat gue penasaran adalah percakapan mereka berdua yang membuat merasa tak enak.
"Heh, nyet maksud kalian berdua apaan?" gue menjatuhkan diri disamping Adira yang kini sudah cengengesan gak jelas.
"Oh itu, gue sama Salsa taruhan. Tentang lo bakal putus apa enggak sama Fahri." ucap Adira dengan santai, benarkan perasaannya tidak enak. Gue melempar bantal sofa tepat ke muka mereka berdua.
"Emang sahabat kurang ajar kalian berdua, gue lagi sakit hati gara-gara si nenek lampir kalian malah taruhan." ucap gue sambil geleng-geleng kepala.
"Maaf Del, kita khilaf sumpah." ucap Adira.
"Maaf ya Adel sayang, eneng dipaksa sama si Adira." sambung Salsa dengan nada yang dramatis.
Gue memutar bola mata malas, kesal sih tapi gue juga lagi tahan tawa saat melihat dua orang itu menampilkan wajah memelas.
"Eh si Sabrina sama Maya gak ikut sama kalian?" tanya gue.
"Biasalah kalau si Maya paling pacaran sama Andre, kalau Sabrina palingan asik sama novelnya." jawab Salsa yang gue balas anggukan kepala.
"Pulang sana" ucap gue masih dengan mencoba menahan tawa.
"Yah, yah kok diusir sih. Sini deh gue kasih kabar yang bagus pas lo pergi dari kantin, si Andre tadi hampir ngamuk disana." ucapan Salsa itu sontak membuat gue semakin penasaran, pasalnya si Andre kan jarang marah. Tapi sekalinya marah, beh serem banget.
"Kok bisa?" tanya gue.
"Bisa sih ya, lo kira seorang sahabat gak marah apa kalau dari sahabatnya sendiri digituin sama Manda. Apalagi lo itu kan kesayangannya si Andre, tapi syukur si Andre masih pake otak. Kalau kagak pasti si nenek lampir udah bonyok sama si Andre. Terus tahu gak, disana juga ada abang lo yang udah siap mau nerkam si Manda juga. Muka abang lo itu nyeremin banget gila, gue aja yang ngeliatnya sampai takut." jelas Salsa panjang lebar.
Gue menatap dua orang itu dengan tatapan haru, kekesalan gue itu hilang menguap kemana.
"Makasih Salsa lo udah mau cerita tentang tadi, jadinya gue tenang. Sayang deh sama kalian berdua" ucap gue sambil berdiri dan memeluk tubuh Salsa erat. Salsa yang menerima pelukan itu terkekeh dan membalas pelukan sahabatnya itu "Terus lo gimana?" tanya gue ke Adira sambil melepaskan pelukan gue sama Salsa.
"Gue udah siram duluan tuh mukanya pake jusnya si Alif, kesal gue." balas Adira.
"Ah jadi tambah cayank sama kalian berdua, dan sama semuanya juga."
"Jadi gak diusir kan kita?" Salsa menatap gue dengan pandangan memelasnya.
"Gak. Tapi kalian berdua harus, kudu, wajib traktir gue."
Kalimat itu sontak mendapatkan protes dari dua sahabatnya. Terutama Salsa cewekbitu bahkan sekarang sudah merutuki nasib mempunyai sahabat yang sukanya morotin dompetnya.
"Yaudah kalau gak mau, pulang gih." usir gue sambil berdiri hendak meninggalkan mereka berdua, tapi tangannya sudah dicekal oleh Salsa.
"Iya deh iya, gue traktir kalian berdua sepuas puasnya." gue tersenyum senang mendengar ucapan Salsa.
"Makasih neng Salsa, ngomong-ngomong kalian berdua kesini mau ngapain?" tanya gue bingung dengan kedatangan dia kesini.
"Ah itu, gue numpang makan. Soalnya orang tua gue lagi pergi kondangan" Salsa melepaskan cekalan tangannya dan menyandarkan punggungnya ke sofa.
Gue hanya manggut-manggut, lalu menoleh kearah Adira "Terus lo?"
Adira cengar cengir "Sama"
Tepat ketika mengatakan itu, suara bang Arya terdengar dari dalam. "Dek, makan dulu tadi Mama Papa sebelum pergi udah buatin makanan buat kita."
Kalimat itu seperti lonceng indah di kepala Salsa dan Adira, tanpa menunggu babibu lagi mereka berdua sudah meluncur ninggalin gue yang terperangah melihat tingkah dua sahabatnya itu.
Baru saja dia mau menyusul dua sahabatnya itu, hpnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dan senyumnya seketika melebar ketika mengetahui bahwa yang mengirim pesan adalah pacarnya. Fahri.
From : My Boyfriend??
Jangan lupa makan say, aku gak mau kamu sakit.
Kalimat yang sederhana tapi bisa membuat hatinya terasa sangat hangat karena berasal dari orang yang ia cintai.
Dengan cepat dia membalas pesan itu
To : My Boyfriend??
Iyaa, kamu juga jangan lupa makan dan istirahat."
Send.
Saat dia sudah menerima pemberitahuan pesan terkirim, dia pun langsung berjalan kearah suara yang kini sudah ramai memanggilnya.
Share this novel