Pasti ini adalah sebuah kebetulan yang sebetulnya ngga pernah kuharapkan. Aku melihat dia berdiri disana. Dengan wajah menawannya yang kini makin terlihat lebih dewasa. Apa dia sudah pulang ke kota ini atau hanya liburan? Belum ada satu jam aku ingat dia di bakery barusan, sekarang dia benar-benar ada di depanku.
"Vanessa" dia mendekat. Parfum yang dia pakai masih sama dengan 11 tahun yang lalu dan dia masih mengenaliku.
"Arga. Kamu," balasku tertahan dengan kehadiran wanita yang berjalan di belakangnya. Tentu aja dia sudah punya wanita lain selama 11 tahun ini.
"Kamu apa kabar?" dia mengulurkan tangannya padaku yang kusambut dengan ragu waktu wanita yang kini berada disebelahnya memandangku dengan tatapan menyelidik.
"Baik." dengan cepat kutarik tanganku dari genggamannya.
"Siapa dia Ga?" tanya wanita yang menurutku sangat cocok untuk Arga. Mereka dari kalangan yang sama dan mereka sepadan.
"Kenalin, dia Vanessa. Teman satu sekolah dulu," teman. Memang hanya sebatas itu aku bagi dia.
"Aku Carisa, tunangan Arga." wajah menyelidik yang tadi dia perlihatkan padaku kini berganti wajah ramah yang makin menambah kecantikannya, membuat aku merasa makin menciut berdiri bersama mereka. Aku merasa kurang pantas berdiri diantara mereka.
"Sayang, aku mau ke toilet ya." Carisa menitipkan tasnya pada Arga dan meninggalkan kami berdua.
"Aku balik kesini sejak tahun yang lalu Nes," dia ngga perlu mengatakan hal itu padaku, toh aku juga ngga akan mengharap kehadiran dia lagi didepanku seperti saat ini.
"Kamu masih tetap kayak dulu. Aku kangen sama kamu,"
"Sudah 11 tahun Arga. Seharusnya kamu lupa sama yang namanya Vanessa." ucapku berusaha bergurau dengannya.
"Mana mungkin aku bisa lupa sama kamu. Kamu adalah ingatan berharga yang ngga mungkin hilang dariku." tapi kamu pergi gitu aja tanpa sempat ngasih alasan yang lebih masuk akal untukku Arga. Hanya kata pisah untukku.
"Kamu masih ingat tempat ini?" aku berusaha ngga mendengar kata-katanya barusan.
"Iyalah. Kan cuma disini yang jual sup iga paling enak." tempat ini adalah tempat yang paling sering kami kunjungi waktu masih dekat dulu. Aku ingat jelas dan ngga nyangka dia juga masih ingat.
"Aku duluan ya Ga," pelayan mengantar bungkusan sup pesananku.
"Aku masih pingin ngobrol sama kamu. Boleh?" sekali lagi kutarik dengan pelan tanganku yang dia genggam dan hanya tersenyum padanya sebelum berjalan dengan cepat meninggalkannya.
Share this novel