BAB 1

Romance Completed 9101

Tahun 2011

Aku meyakinkan diriku untuk ngga akan menyesali keputusan yang akan kuambil saat ini. Sekeras apapun aku berusaha untuk egois dan mencari jalan lain, tetap wajah kesakitan Putri terbayang dikepalaku. Membuatku sekali lagi harus mengubur dalam-dalam keinginan untuk mempertahankan satu-satunya harta terakhirku saat ini.

"Ka Nessa mau kemana?" tangan lemah Putri menahanku saat aku mengambil tas yang kuletakkan disamping tempat tidurnya.

"Malam ini Putri jangan nunggu ka Nessa ya. Kakak ada kerjaan sayang," kuusap dengan lembut rambutnya yang dalam waktu dekat ini akan mulai merontok.

"Putri mau Ka Nessa temani Putri malam ini, Putri ngga mau kakak pergi" ucapnya pelan. Aku sangat menyayanginya. Tapi dia ngga akan bisa menahanku malam ini. Aku benar-benar harus pergi. Kondisinya yang semakin melemah membuatku harus kuat dengan tekadku saat ini.

"Maafin kakak, Kakak harus pergi Putri. Kamu ditemani sama Kak Devi ya," aku melepaskan jemari Putri dariku dengan hati-hati. Kupanggil Devi yang masih berada di luar kamar yang sedang mengerjakan PRnya, memintanya untuk mengerjakan tugasnya di kamar saja sambil menemani Putri.

"Kakak ngga perlu memaksakan diri buat Putri," ucap Putri lagi saat kakiku sudah berada diambang pintu, aku berbalik dan tersenyum padanya sambil berucap,

"Kak Nessa janji akan jaga diri kakak baik-baik,"

***

Hujan mengiringi langkahku saat memasuki pintu salah satu club malam terbesar di kota ini. Silver Moon. Kucari sosok yang sangat kukenal diantara kerumunan orang yang sedang bergoyang di tengah sana dan menemukannya dengan gaun hitam ketat membungkus tubuh sintalnya. Begitu melihatku, dia langsung keluar dari kerumunan dan berjalan mendekat.

"Nessa!!!! Kok baru dateng sih?" tanyanya dengan suara yang hampir ditelan oleh suara musik keras yang menghentak.

"Iya. Maaf," aku ngga perlu menjelaskan padanya kalo sebelum kemari aku harus menunggu angkutan umum yang dijam segini sudah mulai jarang.

"Ayo, ikut gue!" dia menarik tanganku dan membawaku keluar. Kami menumpangi taksi menuju ke kawasan apartemen tak jauh dari Silver Moon.

"Aku mau ke toilet sebentar ya," pamitku pada Sinta saat dia sedang menanyakan unit mana yang harus kami datangi pada resepsionis sambil berbicara dengan seseorang di ponselnya.

Aku mematut diriku di depan kaca. Kulepaskan kacamata yang ku kenakan dan memasukkannya dengan hati-hati ke dalam tas ku. Blus putih yang kukenakan sedikit basah oleh hujan tadi. Kusapukan sedikit bedak ke wajahku yang terlihat polos dan pucat. Kuikat rambutku dengan rapi, berusaha memperbaiki sedikit penampilanku. Setelah memastikan sudah sedikit lebih baik dari sebelumnya, aku bergegas keluar dari toilet kembali menyusul Sinta.

Kami berhenti di depan unit 1506 dan Sinta berbalik untuk menatapku sebelum dia memencet bel yang ada di depan kami.

"Gue tanya sekali lagi, lo serius mau ngelakuin ini?" tanyanya. Ada kesedihan di dalam manik matanya, ini sudah kesekian kalinya dia menanyakannya padaku dan aku selalu menjawabnya dengan yakin.

"Iya. Hanya ini cara tercepat yang kutahu Sinta," dia memelukku dengan erat.

"Gue ngga mau lo ngelakuin hal ini. Gue ngerasa sangat jahat Nes. Seandainya gue tahu cara lain buat lo ngga ngelakuin ini."

"Ini adalah pilihanku. Aku yang datang ke kamu, jangan merasa bersalah begini." Kusapu air mata yang mengalir turun dari mata cantiknya dengan telunjukku.

"Lo terlalu berharga untuk pengorbanan sebesar ini." Kugelengkan kepalaku. Aku ngga pernah menganggap diriku berharga. Seandainya aku berharga, mereka ngga mungkin tega meninggalkanku sendirian di depan panti asuhan malam itu dan membiarkanku tumbuh sendirian tanpa kasih sayang dari mereka. Bukannya aku ngga sayang sama satu-satunya harta berharga milikku, tapi aku harus melakukannya. Nyawa Putri jauh lebih berharga bagiku.

"Aku hanya mencoba menyelamatkan apa yang masih bisa kuselamatkan Sinta. Terima kasih untuk bantuanmu, kamu lebih baik pulang. Aku akan masuk sendiri," ucapku dengan penuh keyakinan saat memencet bel dan meminta Sinta pergi sekali lagi dengan isyarat lambaian tanganku. Dia memelukku sekali lagi sebelum berbalik pergi dan menghilang dibalik pintu lift.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience