BAB 15

Romance Completed 9101

Aku memang masih bisa menghindar dan menolak tiap Arga mencari kesempatan bicara denganku, tapi dia selalu punya cara untuk itu. Aku ngga mau menimbulkan masalah apapun akibat kedekatan kami. Aku memang ngga mau lagi berurusan dengannya karena aku sadar dia ngga lagi sendiri dan aku juga sudah menghilangkan dia dari hatiku sejak lama. Kehadiran dia sekarang hanya akan jadi masalah baru bagiku. Apa aku harus mencari tempat kerja baru supaya lebih mudah menghindarinya?

Aku sengaja terus menempel pada Rima yang satu jam kerja denganku supaya Arga ngga bisa mendekatiku. Beberapa kali kulihat dia sengaja mondar mandir didepan kami berusaha mencari kesempatan sekedar untuk mengajakku bicara.

"Kak, tumben ngga istirahat dibelakang?" tanya Rima tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer tempat dia mengentry data penjualan kami hari ini.

"Ngga. Kamu mau dibantu?" kulihat tumpukan nota pembelian masih menumpuk disamping Rima.

"Ngga usah lah Kak. Sebentar juga selesai. Rima kan kerjanya cepat," puji dirinya sendiri. Rima memang paling cepat kerja disini, tapi dia juga kadang melakukan kesalahan karena kecepatannya itu, dan aku yang bakalan membereskan kesalahannya.

"Oh iya, waktu Kak Nessa cuti kemaren ada yang nyariin Kakak. Awalnya sih dia mau nyari gaun buat ceweknya. Tapi Rima rasa dia lebih mau nyari Kak Nessa."

"Siapa?" tanyaku penasaran. Selama aku bekerja disini belum pernah ada kenalanku yang kemari.

"Dia ngga nyebut nama sih. Katanya sih Kakak sering ngelayanin ceweknya gitu. Nama ceweknya Rawnie. Kakak kenal?" nama itu sangat asing kudengar. Seingatku belum pernah ada pelanggan bernama Rawnie yang pernah kulayani disini.

"Waktu itu dia ngepoin Kakak sih. Kayaknya pengen banget ketemu Kak Nessa. Soalnya dia ampe nanyain kenapa Kakak cuti." aku makin penasaran, siapa pria yang Rima maksud.

"Tapi Rima ngga kasih info soal Kakak. Kan kita emang dilarang ngasih-ngasih info pegawai disini." seharusnya kamu tanya nama dia Rima.

"Orangnya gimana? Ciri-cirinya," aku jadi penasaran juga.

"Hmm...Tinggi trus kayak bule." Tinggi. Bule. Aku memang punya beberapa kenalan dengan ciri-ciri begitu, tapi mana mungkin mereka mencariku sampai harus kemari. Ingatanku langsung mengarah ke pria itu. Mana mungkin dia?

"Rambutnya dipotong pendek? Hidungnya mancung trus agak bengkok dipangkalnya?" tanpa dikomando, mulutku langsung mengutarakannya.

"Pendek sih. Potongannya rapi. Kalo idung sih, Rima ngga berani ngeliat wajahnya lama-lama. Soalnya matanya bikin Rima mengkeret." mana mungkin dia? sekali lagi aku harus menanyakan pertanyaan ini pada diriku sendiri. Ciri-ciri yang Rima sebutkan memang mendekati dia. Mungkin saja dia mencari karena aku menghilang beberapa hari kemarin. Tapi bisa juga bukan dia. Pria yang disebutkan Rima punya pacar bernama Rawnie. Selama aku berada diapartemen itu, belum pernah sekalipun aku menemukan tanda-tanda kehadiran wanita selain diriku sendiri. Bisa juga pria itu memang benar pacar pelanggan disini dan Rima salah mengira dia mencariku. Memang ada banyak kemungkinan yang bisa menyangkal pria itu benar-benar mencariku. Dia pasti terlalu sibuk untuk mencari wanita bayaran sepertiku.

"Dia emang aneh Kak, dia malah ngasih gaun yang udah Rima pilihin." benar-benar aneh memang. Aku berusaha ngga memasukkan cerita ini kekepalaku. Rasa penasaran cuma bakal bikin pusing saja. Aku sudah cukup pusing dengan kehadiran Arga.

"Syukurlah kalo begitu. Kapan lagi kan dikasih gaun gratis," kulihat jam dipergelaangan tanganku sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Kami sudah harus membereskan butik sebelum menutupnya. Rima juga sudah mulai menyimpan datanya. Aku harus cepat berberes sebelum kembali bekerja kepekerjaanku yang selanjutnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience