BAB 21

Romance Completed 7094

Kondisi Agha semakin membaik. Kata dokter, dia hanya butuh istirahat
yang cukup.

“Waktu kamu kecelakaan, dia yang bawa kamu ke sini. Dari kemarin dia
setia nungguin kamu lho, Gha. Sampe dia rela cuti kerja.” Mama bertutur
panjang.+

“Ciee, yang perhatian. Jadi serasa punya pacar beneran.” Cetus Agha.

“Enak aja ngaku-ngaku pacar kamu, ntar pacarnya marah baru tau.” Jawab
mama.

Shila tertawa,”Lagi sakit kayak gini, masih aja becanda.” Jawab Shila.+

Agha cekikikan.

“Tapi, kalo kamu jadi beneran jadian sama Agha, tante seneng banget deh,
bisa punya menantu kayak kamu. Sayangnya kamu udah punya pacar yah. Kamu
sih telat, Gha. Keduluan cowok lain, deh.” Curhat mama.

“Tante ada-ada aja.” Shila menjawab sekenanya. Dia bingung harus
menjawab apa.

“Apaan Agha telat, dulu Agha udah bilang Agha sayang sama dia. Dia tuh
ma yang nggak mau sama Agha,” Agha mengadu pada mamanya.

Shila merasa sangat tersudut. Lidahnya terasa kelu. Waktu terasa
terhenti. Dia merasa sangat malu dengan Mama Agha. Perkataan Agha kali
ini benar-benar menusuk hatinya. Meskipun bahasanya terlihat ringan,
tapi itu kata yang keluar dari lubuk hati Agha yang paling dalam.+

“Ya, mana mau cewek secantik dan sebaik Shila jadi pacar kamu. Kamu
seneng usilin dia sih, jadi males dia deket sama kamu.” Mama membela
Shila.+

Agha menggerutu, “Dih, mama bukannya ngebelain anaknya. Anak mama dia
atau Agha sih?”

“Shila kan anak mama juga,” Mama Agha tersenyum sambil merangkul bahu
Shila.

Shila tersenyum kecut, dia merasa semakin tak enak hati dengan mama
Shila yang begitu baik padanya. Berbeda dengan mama Revan, yang tak
begitu dekat dengannya.

“Kalo ikutin kata hati, aku sih mau banget jadi pacar kamu, Gha. Kamu
selalu aja bisa bahagiain aku. Revan juga sama seperti kamu, nggak kalah
baiknya, tapi ntah kenapa ada rasa yang beda kalo berada di dekat kamu,
aku ngerasanya nggak pengen jauh dari kamu./” Shila bergumam dalam hati.+

***

Akhirnya, Agha bisa pulang ke rumah. Luka di kepalanya sudah sembuh.
Hanya saja dia belum bisa berjalan seperti biasa karena kakinya yang
patah masih dalam masa penyembuhan. Terlihat pula luka goresan di
sekujur tubuhnya yang mulai mengering.

Shila pun sudah kembali bekerja. Setelah pulang kerja, dia menyempatkan
diri untuk melihat kondisi Agha di rumahnya.

Hari itu, Shila berkunjung ke rumah Agha.

“Assalammu’alaikum,” Shila mengeraskan suaranya.

“Wa’alaikumsalam”, jawab mama Agha lembut.

“Eh, suster cantik Agha datang. Ayo, masuk sayang. Agha udah nungguin
kamu tuh.” Tambah mama Agha lagi.

“Tante ini bisa aja, ini Shila bawa kue tante. Shila ganggu ya tante?”
Tanya Shila.

“Makasih ya, sayang. Nggak kok, malah tante seneng, rumahnya jadi rame.
Kalo Agha nggak sakit gini kan, kamu jarang main ke rumah.” jawab mama
Agha.+

Shila terkekeh,” Iya tante, kadang udah capek kerja jadi males mau
keluar, mama juga kasian sendirian di rumah.”

Agha yang sedang nonton tv, merasa senang melihat kedatangan Shila.
Matanya langsung tertuju pada bungkusan yang dibawa mama. “Pasti itu
kunya itu untuk Agha kan, ma?” celetuk Agha.

“Idih, geer banget sih kamu. Itu aku bawain buat mama. Orang sakit tu
makanannya obat sama bubur. ” Balas Shila.

Agha langsung cemberut,”Jahat banget sih kamu, awas ya nanti minta
temenin aku lagi!”

“Tante, liat ni Agha ngancem Shila.” Shila meminta pembelaan dari mama
Agha. Mama menjewer telinga Agha. Agha tak sempat mengelak.

“Bandel banget sih kamu, masih baik Shila mau ngerawat kamu. Yaudah,
tante tinggal ke kamar dulu yah. Tante capek banget.” ucap Mama Agha.

“Iya, nggak apa-apa kok tante.” Jawab Shila.

Mama Agha langsung masuk ke kamarnya dan meninggalkan mereka berdua.
Agha mengusap-usap telinganya yang dijewer mama. Shila tertawa ngakak
melihat Agha.+

“Makanya, udah sakit tu nggak usah jahat.” Jawab Shila ketus.

“Kamu udah makan?” Tanya Shila lagi.

“Belum, suapin yah! Kan aku lagi atit,” Bujuk manja Agha pada Shila. Dia
tersenyum nakal memanfaatkan kondisi tubuhnya yang sedang sakit untuk
mendapat perhatian yang lebih dari Shila.

Shila menghela napas panjang,”Yang sakit kan kakinya, makan kan pake
tangan. Apa hubungannya?”

Agha cekikikan. Meskipun Shila kesal melihat tingkah Agha, tapi dia tak
tega untuk menolak permintaan Agha. Dia langsung menuju dapur dan
mengambilkan makanan untuk Agha.

Dia duduk di samping Agha dan menyuapinya. Agha makan dengan lahap.
“Kalo kayak gini ceritanya, aku mau sakit terus ajalah. Enak dirawat
sama kamu.” Ucap Agha.

“Jadi curiga, jangan-jangan ini sakitnya tinggal modus aja. Coba aku
pegang dulu kakinya.” Shila menggoda Agha, berpura-pura akan menyentuh
kaki Agha yang masih diperban. Belum lagi tangan Shila sempat menyentuh
kaki Agha, Agha dengan sigap menangkis tangan Shila, “Arrghh, jangan
Shila, ini beneran sakit! Tega banget sih kamu.” Agha terlihat sangat
cemas. Shila tertawa ngakak.

“Baru gitu doang, cengeng banget sih. Dasar anak mami.” Ejek Shila lagi.+

“Yeee, emang sakit tau! Ya aku kan emang lahir dari rahim mama makanya
anak mami, kalo kamu kan lahirnya dari batang pisang.” Jawab Agha tak
mau kalah.

Shila mencubit lengan Agha,”Sembarangan kamu, emang aku kuntilanak?”
ucap Shila geram.

“ Btw, ini nggak gratis tau. Ntar aku minta transfer biaya ngerawat kamu
selama sakit!” tambah Shila kesal.

“Kalo bantuin orang tu harus ikhlas, biar dapet pahala.” Agha
menceramahi Shila.

“Udah nggak usah bawel, mau disuapin atau makan sendiri?” Ancam Shila
lagi.

“Susternya galak banget sih,” Agha menggerutu sambil melengkungkan
bibirnya.

Shila menahan senyum, dalam hatinya dia berkata,

“Aku sebenarnya nggak tega liat kamu sakit, saat itu aku baru sadar,
aku takut banget kehilangan kamu, Gha. Aku sayang sama kamu.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience