BAB 9

Romance Completed 7094

“Udah dulu ya telponnya, aku udah ngantuk nih. Besok harus bangun pagi,
Assalamualaikum”. Ucap Shila mengakhiri pembicaraan malam ini.+

“Wa’alaikumsalam cantik, mimpi yang indah ya!”, terdengar sebuah jawaban
bernada genit dari Agha.+

Shila tersenyum geli mendengar jawabannya. Mata Shila terasa berat.
Shila melirik jam di kamarnya yang sudah berada di angka 11. Tiba-tiba
dia teringat akan peristiwa malam itu. Dia merasa ada rasa yang berbeda
saat berpelukan dengan Agha. Mungkin karena rasa rindu yang sudah
terlalu lama tertahan atau memang dia jatuh cinta pada Agha.+

“Nggak mungkin aku cinta sama Agha, aku kan udah punya Revan.”Shila
berusaha menepis pikirannya. Dia tak ingin mengecewakan Revan yang sudah
setia menjadi kekasihnya.

Shila menarik selimutnya dan mulai memejamkan mata.

Setelah kepulangannya ke Jakarta, Agha kembali dekat dengan Shila. Agha
sadar bahwa dirinya terlalu egois menginginkan kekasih orang lain. Tapi
dia juga enggan merelakan Shila bersama Revan begitu saja.+

Kabar kepulangan Agha juga diketahui oleh Nada. Karena sudah terlalu
lama memendam perasaannya pada Agha, dia ingin Agha segera tau
perasaannya. Nada sudah menyiapkan dirinya untuk menyatakan cintanya
kepada Agha.+

Suatu hari, Nada mengajak Agha bertemu di sebuah cafe. Nada datang lebih
dulu dan memilih tempat duduk di sebelah kaca agar bisa menikmati
pemandangan di sekitarnya. Setelah menunggu sekitar 15 menit, terlihat
seorang lelaki bertubuh tinggi memakai kemeja kotak-kotak lengan panjang
dan celana panjang berwarna coklat menghampiri Nada.+

“Halo, Nada!” Sapa Agha seraya menebarkan senyum manisnya.+

Nada tersentak dari lamunannya. Dia terpesona melihat perubahan pada
diri Agha.

“Kamu Agha,kan?”, Tanya Nada seolah tak percaya.

Agha tersenyum kembali sambil berkata,”Iya, aku Agha. Kenapa, aku
ganteng yah?”

Agha mulai menggoda Nada.

“Ah, nggak kok biasa aja,” Nada membohongi perasaannya.

Mereka mulai berbincang-bincang. Banyak hal yang mereka ceritakan mulai
dari mengingat masa sekolah hingga perkuliahan mereka.

“Gha, sepertinya kamu harus tau sesuatu.” Ucap Nada+

Agha penasaran, “Tau tentang apa Nada?”

“Aku.. aku sayang padamu Gha.” Jawab Nada terbata. Nada langsung
tertunduk, dia tak berani menatap mata Agha.

Agha tersentak. Dia tak menyangka Nada jatuh hati padanya. Agha bingung
bagaimana cara menjelaskan pada Nada bahwa dia sama sekali tak memiliki
rasa cinta pada Nada. Dia hanya menganggap Nada tak lebih dari sekedar
sahabat.

Revan menggemgam tangan Nada sambil berkata,”Nada, lihatlah mataku. Aku
juga sayang padamu, tapi itu hanya sebatas sayang untuk sahabat nggak
lebih.”

“Kamu pasti bohong kan, Gha?” Nada berusaha meyakinkan dirinya.+

Dengan tegas Agha menjawab, “Aku nggak bohong, Nada. Aku mencintai
Shila, bukan kamu.” Tegas Agha lagi.

“Shila? maksud kamu apa, Gha?” Nada terkejut dan melepaskan tangannya
dari genggaman Agha.

“Selama ini aku bersahabat dengan kalian hanya untuk mendekati Shila.”
Agha menjawab jujur. Nada menangis. Dia merasa telah dibohongi oleh
kedua sahabatnya.

“Kalian jahat!”, Nada mengambil tasnya dan langsung berlari keluar
meninggalkan Agha.

Agha tak berusaha mengejarnya. Sekujur tubuhnya terasa kaku. Dia tidak
menyangka akan terjadi seperti ini. Tak ada yang bisa disalahkan. Hancur
sudah persahabatan mereka. Ternyata kedekatannya dengan Nada selama ini
disalah artikan.

Siang itu, Nada langsung menemui Shila di rumahnya. Dia langsung
memasuki kamar Shila.

Amarahnya langsung memuncak,”Kamu jahat Shila! kamu tega membohongi aku!”

Shila yang saat itu sedang membaca novel di kamarnya langsung terkejut.
Dia terlihat bingung dengan sikap Nada,”Kamu kenapa Nada? Apa yang
salah denganku?”+

“Kamu jangan berpura-pura nggak tau deh. Aku tau kamu sengaja bohongin
aku padahal kamu tau kalo Agha gak pernah cinta sama aku!” Nada menuduh
Shila. Shila langsung berdiri dan mencoba menjelaskan pada Nada.+

“Bukan gitu maksud aku Nada…. Aku Cuma..” Belum sempat Shila
menlanjutkan kata-katanya, Nada langsung memotong pembicaraannya.+

“Cuma apa? Udahlah, persahabatan kita cukup sampai disini! Udah puas kan
kamu membuatku malu di depan Agha?” Nada langsung keluar dari kamar Shila.

Shila terduduk di lantai. Dia menangis sejadi-jadinya, menyesali
hubungan persahabatannya yang kini telah hancur.

Ini semua gara-gara kamu Agha. Shila menggerutu dalam hati.

Dia menganggap semua ini terjadi karena Agha hadir dalam hidupnya. Jika
saja dia tak pernah mengenal Agha, mungkin persahabatannya dengan Nada
tak akan seperti ini.

Sejak hari itu, Shila mulai menjauhi Agha. SMS, chat, atau telepon dari
Agha tak satupun diresponnya. Saat Agha datang ke rumahnya pun, dia tak
mau menemuinya. Meskipun sikapnya ini bertolak belakang dengan hati
nuraninya tapi dia merasa harus melakukan ini. Nada sangat berharga
untuknya. Nada adalah sahabat yang terbaik yang pernah dia kenal. Baru
kali ini dia melihat Nada benar-benar marah.+

Di sisi lain, Agha bingung melihat perubahan sikap Shila padanya. Dia
merasa mungkin ini ada kaitannya dengan kejadian kemarin.+

Tapi, kenapa Shila yang marah? Salahkah aku mencintainya?

Shila mencoba menjelaskan permasalahan yang terjadi pada Nada. dia
mencoba menghubungi Nada, namun teleponnya selalu dimatikan. Akhirnya,
Shila mengirimkan sebuah pesan singkat untuk Nada.

From : Shila+

Nada, maafkan aku. Aku tau aku salah karena nggak ngasih tau kamu kalo
dulu Agha pernah menyatakan cintanya padaku, Tapi saat itu aku
menolaknya, karena aku tau kamu mencintainya. Aku nggak mau membuat kamu
kecewa, sedih. Tapi, aku sedikitpun nggak bermaksud membohongimu. Aku
hanya berusaha menjaga perasaanmu. Aku ingin persahabatn kita kembali
seperti dulu.+

Setelah membaca pesan tersebut, Nada tak mau membalasnya. Dia masih
merasa sakit hati dengan peristiwa kemarin. Selama seminggu Nada
menyendiri di kamarnya. Dia merenungi kata-kata Shila. Akhirnya, Nada
sadar bahwa Shila sudah melakukan yang terbaik untuknya. Dia juga tak
bisa menyalahkan Shila jika Agha tak mencintainya. Keesokan harinya dia
memutuskan untuk menemui Nada lagi di rumahnya. Siang itu rumah Nada
tampak sepi.

“Assalammu’alaikum”, Nada mengucap salam saat memasuki rumah Shila+

Tak terdengar sautan dari dalam rumah. Berulang kali Nada mencoba
mengucapkan salam sambil memanggil nama Shila.

Dia mencoba menghubungi nomor Shila, ternyata Agha yang mengangkatnya.+

“Halo, Shila.” ucap Nada

“Halo, ya Nad. Ada apa?” Revan yang menjawab telpon dari Nada.+

“Shila lagi sama kamu ya? Aku lagi di rumahnya.” Tanya Nada.+

“Iya, dia dirawat di rumah sakit Nad sejak kemarin malam.” Jawab Revan
lagi.+

“Dirawat? Dia sakit apa?” Nada mulai cemas.

“Dia sakit typus. Kata dokter dia kelelahan dan terlalu banyak pikiran.”
Jawab Revan sedih.

Nada merasa bersalah, dia berpikir penyebab Shila sakit karena
memikirkan peristiwa kemarin.

“Ya udah ya, Nad. Aku mau beli makanan dulu.”, Revan menyudahi
pembicaraannya.

Nada langsung menuju rumah sakit tempat Shila dirawat. Setibanya disana,
dia langsung memeluk Shila,” Shila maafin aku ya, aku yang salah. Kamu
udah melakukan yang terbaik, tapi aku yang nggak bisa ngendaliin emosi
aku.”

“Nggak apa-apa kok Shila, aku yang salah. Kamu tau dari mana aku disini?
Maaf aku jadi ngerepotin kamu lagi.” ucap shila dengan suara lirih.

Nada membelai rambut Shila, “Udahlah Shila, aku udah ngelupain itu
semua. Tadi aku ke rumahmu, tapi nggak ada orang, aku telpon kamu terus
Revan yang bilang kamu lagi disini.”

“Makasi yah, Nada. Kamu udah mau maafin aku”, ucap Shila lagi.

Nada tersenyum,”Yang penting sekarang kamu mikirin gimana kamu bisa
sembuh.”

Jauh di lubuk hatinya, Nada juga tak ingin kehilangan sosok sahabat
yang baik dan pengertian seperti Shila.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience