Bab 1

Romance Series 555

Perkenalan

Di suasana pasar , pagi itu sangat hiruk pikuk. Langkah kaki ku mengantarkan aku ke kedai seorang wanita yang sudah paruh baya, sedikit keriput di wajah nya yang sudah tua. Dengan mengenakan kain sarung batik jumputan, dan berbaju kurung yang sudah sedikit lusuh. Dia melirik dagangan nya dan menawarkan ke semua orang yang ada di kalangan . Aku terhenti di hadapan nya, tangan ku menyentuh dagangan nya yang berupa gelang India warna warni.

“ini harga nya berapa bu? ”
“satu koin perak saja , nak”
Aku tersenyum, dan mengambil beberapa gelang itu lalu membayar nya.
Dari situ, aku berjalan menuju kuda kesayangan ku yang aku ikat di tak jauh dari kedai.

“ayo kita pulang , kuda.. ”

“hey.. kemana saja kau ini tanjung.. Dari tadi kami ni menunggumu disini. Seperti orang gila.. ”

“aku tadi beli gelang dulu di kedai ibu itu.. Cantik ga? ” memainkan tangan dengan beberapa gelang yang sudah terpasang sambil tersenyum.

“kau mau pakai apa saja, tetap cantik njung.. Ayo kita pulang , nanti aku di marahin sama ayah mu.. ”

“iya.. ”
Aku hanya tertawa kecil melihat teman teman ku kesal karna aku. Mereka teman main ku dari kecil.
Dila si cerewet, adun seorang yang pemberani, dan rani si centil.
Biar pun seperti itu, mereka lah sahabat ku.

Jarak dari pasar kerumah kami memang lumayan jauh, karena kampung kami sangat kecil.
ayah ku adalah Bhupati yang sangat di hormati di tempat kami. Karena ayah ku masih salah satu keturunan keluarga kerajaan sriwijaya.
Kenapa ayah ku malah memilih tinggal di luar istana? Kan ayah ku salah satu pangeran?
Iya, ayah ku pangeran.. Tapi anak dari selir, dari pada kami tinggal di istana dan jadi pelayan, jadi ayah ku memilih tinggal di luar istana.
Tapi, tetap saja aku jadi pelayan, pelayan event. Gelar ku saja PUTRI DAYANG.
Apakah kami dibuang dari keluarga kerajaan, jawabannya TIDAK. Keluarga kerajaan malah sering berkumpul di rumah kami. Dan itu momen yang sangat aku sukai..
Saat semua keluarga berkumpul dan merasakan hidup layaknya rakyat biasa. Aku bahagia sekali, aku suka tersenyum sendiri kalau ingat hal itu.

“aku duluan ya.. Terima kasih sudah mengantar ku pulang .. ”kata ku sembari berpamitan dengan teman ku.

“iya .. Kami pulang ya, salam buat ayah mu..” kata adun.

Aku mengangguk.

Aku turun dari kuda ku dan mengikatnya di pohon rambutan samping rumah. Aku berjalan menaiki tangga dan menuju pintu dapur, aku melihat bibik pembantu sedang menyiapkan jamuan. Sepertinya ada tamu..

“ada siapa bik?”

“eh.. Putri, ada tamu nya tuan duk. ” jawab bibik

“ibu di mana ? ”

“ada duk. Di tengah.. ”

Aku langsung bergegas menuju ruang tengah, aku melihat ibu ku mengintip dari tirai kayu di ruang tengah.

“buk.. ”

“astaga kau ini.. Sssttt.. Diam.. Ibuk sedang mendengarkan apa yang di bicara kan orang itu sama ayah mu.. ” kembali mengintip. Dan aku pun pergi ke kamar. Aku mengintip melalui tirai kamar ku.

“begini saja kak, kalau misal nya kakak belum ada pilihan jodoh buat putri, kita jodoh kan saja anak anak kita, gimana.. ? Apa lagi kan anak kita ni memang sudah kita tunang kan dari bayi. ” kata datuk bayan

“hemmm.. Tunangan tu sudah lama sekali datuk.. Terus juga belum tentu mereka berdua ini bisa akur , memang nya .. Anak mu ini bisa apa ? ”

“kakak mau ajak anak ku main silat, bisa ... Kakak mau perintah kan anak ku menebang pohon beringin sekali kapak, juga bisa ... ”

“ya.. Kalau masih belum bisa menarik hati anak ku, masih ga bisa juga ” Kata ayah.

“nah.. Itu kan harus ada pendekatan dulu, kalau kakak setuju, kita coba dulu .. Bagaimana ? ”

Tak sengaja mata pemuda itu menatap ku, entah apa yang sedang di fikir kan nya, tapi dia menatap ku lama dan......... Tersenyum..

“boleh, tapi anak ku jangan di bawa kemana mana .. Disini saja kalau mau ngobrol .. ”

“siap kakak .. Kita ngga berani mau membawa anak kakak jauh jauh..”

Tak lama kemudian, orang orang itu pun pergi. Yang tersisa hanya barang yang mereka hantar untuk keluarga kami.
Para suruhan ayah bergegas membawa barang hantaran itu ke gudang. Aku melihat mereka wara wiri di rumah menuju gudang, ada ubi, ada jagung, ada gula merah,lemang, dsb.

Aku berjalan menyusul ibu yang berjalan duluan di depan ku. Dengan penuh rasa penasaran, kami bertanya pada ayah tentang maksud kedatangan mereka.

“sudah berapa kali pria melamar gadis kita ini, kalau saja yang ini berkesan di hati nya.. ” kata ayah penuh harap.

“itu kan anak yang dulu pernah bertunangan sama Tanjung.. ayah suka sama anak itu? ” tanya ibu

“lumayan , anak nya juga ada wibawa. Sopan, ga jelek juga, masih enak dipandang. ” kata ayah dengan keyakinan nya.

“Tanjung.. Dari sekarang sampai kedepan nya mulai lah pendekatan dulu sama anak tadi. Tapi ingat , kalau dia bertingkah macam macam .. Apa yang harus di lakukan ? ”

“tendang” jawab ku dengan semangat.

“apa yang di tendang ? ”

“huss.. Ga boleh seperti itu .. Lapor kan saja sama ayah mu jika dia kurang ajar ”kata ibu.

Aku dan ayah tersenyum..

"ibu ga terlalu setuju sama perjodohan ini lagi, takut nya nanti nasib Tanjung sama seperti nasib putri dayang arimbi. Karma pasti berlaku kanda.. "

"semoga saja tidak terjadi." kata ayah menenangkan ibu.

------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa tinggal kan jejak ya.. ??

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience