Bab 2

Romance Series 555

Cara yang berbeda

Setiap hari aku dan teman ku mandi di tepian sungai Musi, tepatnya di Muara Sungai. Di antara teman teman ku, aku yang paling suka keramas.

Aku selalu menguraikan rambut ku dan membasahi nya. Serta memeras buah jeruk nipis dan di beri minyak untuk di oles kan di rambut ku.
Sungai yang indah, istana sriwijaya terlihat dari sini. Dengan dermaga dan kapal kapal nya yang selalu sibuk, di sekitarnya hanya di selimuti hutan dan rawa.

Aku sebenarnya agak takut mandi di sungai ini, takut ada buaya nya. Tapi kata ayah, buaya di sungai ini sudah jinak, dan bersumpah tunduk di bawah naungan kerajaan. jadi ga bakalan menyerang manusia.

“Tanjung, dengar kabar kata nya kamu di lamar lagi ya? Sama siapa ? ”

“iya ran, sama anak nya datuk bayan”

“datuk bayan tu bukan nya panglima perang kerajaan? ”

Aku mengangguk.

“tampan nggak? ” tanya dila.

“ga tau, aku cuma melihat nya dari balik tirai, jadi ga terlalu jelas. ”

“cubo saja dulu njung. Siapa tau cocok” ujar adun

“iya .. Anak itu ternyata dulu pernah jadi tunangan ku waktu bayi saat aku masih tinggal di komplek kedatuan, tapi kan sekarang kami sudah pindah keluar dari kerajaan, jadi kami kira pertunangan itu sudah selesai, ternyata masih di lanjutkan. ”

“dil, pulang yuk. Dingin.. ” kata ku

“hayuk.. ”

Kami pun pulang ke rumah masing masing..

Setibanya di kamar, aku melihat ada sehelai lontar. Dari siapa? Mata ku tertuju pada seekor merpati putih yang hinggap di jendela kamar ku. Bukan merpati yang biasa nya mengantar ku lontar. Siapa ya?

“semoga putri selalu bahagia, perkenalkan aku duranjaya anak dari datuk bayan yang kemarin betandang kerumah, untuk mendekatkan diri hamba. Hari ini, hamba teringin betandang kembali untuk mengajak tuan putri bermain di taman, Semoga putri berkenan.
Salam. ”

“duranjaya.. ” aku bergumam. “semoga berhasil kali ini ”

Aku mengikat rambut ku, dan menyelipkan beberapa bunga Tanjung di kepala ku. Ku kenakan kain sewet, Bersolek sedikit di bagian bibir dan selesai... Semoga dia tidak tertarik padaku..
Suara ringkikan kuda terdengar di luar.

“duk.. Ada duranjaya di luar. Cepat lah keluar, nanti di marahin sama ayah loh kalau kelamaan. ”

“iya buk.. ” aku bergegas ke luar.

Dia menoleh ke arah ku. Ternyata orang nya tampan juga ... Dia membantu ku menuruni anak tangga, seperti biasa para cowok memperlakukan cewek memang seperti itu kan..
Dia meminta izin untuk pergi bersama ku mengelilingi kampung.
Dan kami pun pergi dengan menaiki kuda masing masing.

Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk..

Suara sepatu kuda terdengar jelas, kami hanya terdiam.

“emm.. Putri tau tempat bagus di sini? ” dia memulai pembicaraan, walau sedikit kaku.

“tau. ”
Aku menarik laju kuda ku lebih dulu dari nya. Dia hanya tersenyum. Emang nya lucu..?

Aku menjak nya pergi mengintari kebun bunga milik ku, di sana aku melihat lihat bunga mawar ku yang bibit nya baru saja aku tanam beberapa hari yang lalu. Aku turun dari kuda ku, dan mengecek kuncup nya.

“nah... Sudah ada... ” aku kegirangan.

Ternyata dia juga turun dari kuda nya dan ikut melihat taman bunga ku.
“bagus bagus ya, putri merawatnya dengan baik. Tapi bunga yang ini agak layu. ”dia menunjuk pada bunga matahari.

“putri mungkin lupa nyiram nya , sebab putri lebih suka bunga mawar.. ” kata duranjaya.

Aku memperhatikan bunga - bunga yang sedikit layu dan mengambil bekal air minum yang ku punya untuk nenyiram bunga itu. Tiba - tiba saja pria itu menyelipkan bunga di rambut ku. Aku terkejut..

"hey.. Mau ngapain kau ..?"

Dia hanya tersenyum. Aku membuang muka dari nya.

"tuan putri mau jalan kemana lagi?"

"pasar .." jawab ku tegas.

Dia menuntunku ke kuda, dan memegang pinggang ku.

"duranjaya, emm.. Sebelum aku, sudah pernah dijodohin sama perempuan mana ?" penasaran.

"emmm... Sama siapa ya.. Belum pernah aku di jodohin sama putri cantik secantik putri bunga Tanjung."

Apa-apaan sih.. Kalau bukan anak paman ku, sudah ku hantam... Hmmm sabar dulu Tanjung..

Setibanya di pasar , suasana nya ramai sekali, ternyata sedang ada pertunjukan. Permainan kuda, pertunjukan panahan,pertunjukan permainan pedang, di sana juga tersedia pedang dan panahan yang di jual.

Ya dewa.. Tak bisa ku pungkiri kalau aku suka sekali panahan, bisa - bisa pria ini aku tinggal pergi gara-gara panahan.

"kak.. Kak Jaya.."

Seorang perempuan muda berlari mendekati kami, berambut panjang sebatas pinggang, mengenakan kain jumputan berwarna hijau, muka nya bulat dengan hidung kecil dan bibir yang merah, mata nya berkaca - kaca seperti menahan kesedihan dan kerinduan. Badan nya tidak terlalu tinggi, kecil di bawah dagu ku. Dia memeluk duranjaya dengan erat. Mungkin adik nya.

"Sita.. Ini Sita kan?"

Perempuan itu mengangguk.

"kak Jaya kemana saja kak, aku kangen banget sama kakak. Aku sering kirim lontar ke kakak, tapi kenapa ga pernah kakak balas. Kakak kenapa? Apa kita sudah putus? Ga ada hubungan lagi? Tapi kenapa ngga bilang sama sekali kak.. Huhuhu..." menangis sejadi jadi nya.

"maaf dek, maaf banget.. Kakak nggak bermaksud seperti itu.. Kakak cuma menuruti apa kata ayah."

"tunggu dulu.. Maksudnya apa ini? Kalian berdua ini pacaran?"

Sita mengangguk..

"maaf tuan putri, kak Jaya ini sudah lama sekali pacaran sama saya .. Terus juga sekarang saya sedang hamil 2 bulan.."
Menangis dan makin memeluk duranjaya dengan erat.

Aku menghunuskan pedang ke leher duranjaya.

"pergi kau dari hadapan aku, urus perempuan ini. Nikahi dia kalu tidak, leher kau putus.."

"maaf tuan putri, ampun.. Aku janji bakal nikahi Sita.. Aku janji.."
Berlutut

"jangan berjanji padaku.. Pergilah kau dari sini.."

Mereka langsung bergegas pergi dari hadapan ku, teman teman ku berkumpul mendekati ku.

------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa tinggal kan jejak ya.. ??

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience