Bab 4

Romance Series 555

Penolakan

"Tanjung... Apa-apaan ini.. Kau menolak lamaran secara sepihak!" bentak ayah. Tiba-tiba saja ayah datang ke kamar ku dan sedikit menahan emosi nya, karena diruang tamu masih ada datuk bayan dan duranjaya yang sedang menunggu.

Aku tahu betul ayah emosi, wajah nya merah seperti ingin meledak sejadi-jadi nya dan sangat penasaran. Sudah lama sekali aku tidak pernah melihat ayah marah sebesar ini padaku.

"iya ayah, dia punya tanggung jawab besar. Tidak mungkin aku mau memaksakan dia harus dijodohkan dengan ku, sedangkan ada yang lebih berhak dia kawini."

"apa maksud mu ?"

"dia sudah melakukan kesalahan ayah.. sita anak mang danu... Hamil.."

Aku melemah kan perkataan ku, sebab aku tau di ruang tamu masih ada duranjaya dan ayah nya.

"astaga..."

Ayah terdiam dan pergi menuju ruang tamu. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, tetapi setelah itu, mereka pulang. Dan ayah pergi menuju dapur, disusul oleh ibu.
Aku berjalan pelan ke dapur dan berdiri di depan pintu melihat ayah sedang duduk di atas tikar tempat kami biasa makan bersama, ibu sibuk kesana kemari mengambil air minum dalam kendi besar dan melapiskan cangkir di atas piring kecil.

"di minum dulu ayah air nya ."

Ayah meminum beberapa teguk. Dan melanjutkan pembicaraan nya kepada ibu.

"aku tidak tahu lagi harus bicara apa , aku cuma meminta maaf pada datuk tadi. Ku bilang saja kalau si Tanjung yang tidak mau dijodohkan . Tapi aku takut nanti jadi keributan buk.."

" ibu sudah tau ini bakal terjadi yah.. Ibu sudah pernah bilang , ibu tidak mau anak ibu punya nasib sama seperti cek arimbi. "
Kata ibu.

" Kasihan sekali gadis itu, dia akan jadi bahan olok an nantinya . "

Aku pergi meninggalkan ibu dan ayah yang masih berbincang soal duranjaya. Ketika aku sampai di anak tangga depan rumah, aku terkejut melihat sita sudah duduk di tangga.

" kamu...?" kata ku terjejut.

Sita menoleh pada ku, langsung berdiri dan tersenyum. Aku tau dia habis menangis, dari kantung mata nya yang masih terlihat dan air mata nya yang membekas di pipi nya.

"putri.." Sita membungkuk kan badan nya.

"tumben sita kerumah, ada apa ?"

"aku... Ingin berteman dengan putri... Boleh kan putri? " ucap sita ragu.

"oh.. Boleh.. Ga masalah.."

Sita tersenyum dan memeluk ku. Aku mengajak nya pergi jalan ke pinggiran sungai, menjauh dari rumah. Takut nanti ayah melihat sita, bisa bahaya.

"emm.. Sita, kalu aku boleh tau.. Kenapa kalian bisa melakukan hal itu ?"

Sita terdiam.

"kami silap tuan putri, padahal hari itu rencananya hanya mau jalan jalan ke sawah saja seperti biasa , mau lihat burung sawah. Tapi.. Kak duranjaya malah mengambil kesempatan di saat ilalang sedang tinggi.
Sejak hari itu, kak duranjaya jadi ketagihan... ketika orang-orang sudah pada selesai panen padi, pasti kami pergi kesana. Apa lagi kalau musim kemarau, malah sering sekali kami kesana.. "

" ketagihan? Dia tahu ga kalau bakal jadi seperti ini? "

" aku sudah sering bilang ke kak Jaya, tapi dia nya suka marah dan semakin menjadi-jadi. Waktu ayah nya mau menjodohin kak Jaya sama putri, dari situlah kak Jaya ga pernah lagi menemui aku. Padahal biasanya hampir setiap hari dia menemui ku, Rupanya dia lagi jalan sama putri. "

"tapi kau beneran hamil kan? Nggak bohong kan?"

Sita mengangguk.

"kau tahu kan, ikatan kedatuan itu seperti apa ? Aku ga tau bagaimana nasib duranjaya nanti kalau orang - orang kerajaan tahu."

"ampuni hamba tuan putri.."
Sita bersujud.
Aku hanya bisa mengangguk dan mengangkat bahu nya.

"sudah, mau bagaimana lagi,, tapi kau tahu hukum di sini seperti apa... Aku takut nya nanti kau di hukum disini."

Sita menggelengkan kepala nya.

"kalau memang aku bakal di hukum, aku bakal jalani. Tapi aku salah apa tuan putri, aku pertahankan cinta ku, dan anak ku."

"aku tau sita, tapi jalan cinta kalian berdua itu salah. Kalu memang kalian saling mencintai , pergi sana ke vihara. Kawin.. Jangan berbuat nista seperti ini di tengah sawah ."

"ampuni aku tuan putri." menangis.

"sudah.. kau pulang lah, hari sudah sore nanti kau di cari ibumu."

Sita mengangguk dan pergi meninggalkan aku sendiri.

Setelah hari itu, Sita setiap hari datang kerumah ku. Aku pun mengajak nya bergabung dengan sahabat-sahabat ku. Walaupun mereka agak sedikit canggung.


***

" pergilah sana ke sawah , tanam ubi itu.. Jangan bisa nya kau makan saja di rumah ni.."

"iya , bu.."

Sita Tergopoh2 keluar dari dapur membawa bakul kecil, tak sengaja kaki nya tersandung pada kayu yang ada di depan pintu. Sehingga semua batang2 ubi yang di bawa nya jatuh berserakan di tanah.
Melihat semua itu, ibu nya langsung pergi menuju anak nya yang sedang memungut kembali batang ubi yang berserakan. Tak ayal lagi, langsung di tarik nya sanggul Sita seperti kuku elang yang mencengkeram mangsa nya, sampai Sita berdiri kesakitan.

"di suruh tanam ubi saja kau sudah seperti ini.. Bagaimana kau mau tinggal di istana..? Tau tidak kau, gundik seperti kau ini bakal di jadikan seperti apa di istana? Hah? Tau tidak ...?"

"aduh bu.. Sakit..." memegang sanggulan nya yang di tarik ibu nya.

"habis kau di siksa oleh putri dayang dan selir selir kerajaan, kau tahu? Mempermalukan kluarga saja kau ni.. Belum lagi kalau bertemu dengan permaisuri, kau nanti pasti di buat mampus .."

Teriakan ibu nya seakan memecah kan gendang telinga, melebihi tabuhan genderang perang yg terdengar langsung di telinga.

" ampun bu.. Ampun.. "

" dasar anak tak tahu diri.. Betapa menyesal nya aku melahirkan kau.. " melepaskan cengkeraman tangan nya dari sanggulan anak nya dan pergi meninggal kan Sita sendiri di belakang rumah.

Duranjaya keluar dr persembunyian nya, dan mendekati Sita. Ternyata dari tadi, duranjaya sudah mengetahui bagaimana Sita di perlakukan buruk oleh ibu nya. Sita memeluk duranjaya dan menangis sejadi jadi nya.

"kak, aku tahu kita salah.. Tapi berat sekali hukuman nya buat ku.."

"sudah.. Ayo kita ke sawah , kakak temani menanam ubi.."

Sita mengangguk, dan pergi bersama duranjaya menuju sawah mereka.

------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa tinggal kan jejak ya.. ??

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience