Bab 12

Romance Series 555

Rindu

Hari demi hari.. Bulan demi bulan, tahun demi tahun aku hadapi sendiri. Merindukan mu disini, di batu ini aku menunggu kedatangan kapal mu. Hari ini tepat 3 tahun setelah kau mengikat janji padaku.

Lontar sudah tak ada lagi ku terima, bagaimana kabar mu disana? Apa kau baik-baik saja? Apa perjalanan mu menyenangkan? Apa kau selamat? Apa kau masih hidup? Pertanyaan pertanyaan itu selalu saja mengganggu fikiran ku.

Terduduk aku di sebuah batu yang sudah kering, lama tak terendam air. Pandangan ku kosong menatap sungai yang begitu panjang kearah laut. Berharap ada sebuah harapan yang datang dari sana, namun yang ku tunggu tak kunjung tiba.

Tak ada yang bisa kudengar selain desiran ombak air sungai yang menghempas kan diri di kaki ku. Menemani ku menghirup kerinduan yang amat sangat perih. Bahkan raden tokak (siluman buaya) yang sedang menatap ku pun tak sedikit pun berani menegur ku.

Aku selalu berusaha berfikir positif, dan mengirim kan mu lontar. Tapi tak ada satu pun balasan. Terdengar suara renyahan dedaunan kering yang di injak seseorang.

"Tanjung.. Ayo kita pulang.. Sudah senja.." kata ibu, dan membawa ku pulang.

"bu.. Apakah dia selamat?" tanya ku.

"nanti kita bicarakan lagi di rumah."

Aku dan ibu pulang ke rumah.
Di rumah, aku hanya berdiam diri di kamar. Ibu sangat cemas, dan meminta ayah untuk meminta bantuan ke kedatuan.

Orang orang kedatuan yang ada di pulau Jawa juga sudah mencari eka kemana mana, namun tidak juga ketemu. Kami dan keluarga eka hanya bisa pasrah pada tuhan.

Suatu ketika, keluarga eka datang kerumah untuk meluruskan masalah aku dan eka. Mereka hanya berpasrah saja jika memang aku sudah akan di jodoh kan kembali. Aku mendengar kan pembicaraan mereka di balik tirai kamar ku.

"kami tidak mau mengganggu kehidupan putri, takut nya cuma hanya gara gara eka, putri jadi tidak menikah. Eka juga sudah memberikan jawaban kalau dia tidak kembali selama yg di janji kan, putri di persilah kan mencari calon suami baru." kata ibunda eka.

Ayah menarik nafas panjang dan minum seteguk air yang ada di hadapan nya sebelum bicara.

"mau bagaimana lagi, aku juga turut kehilangan jikalau eka benar-benar tidak kembali ke kedatuan. Aku sangat sayang kan eka, dan teringin sekali menjadi kan eka sebagai menantu." jawab ayah, Mencoba menenangkan diri.

Mendengar kata-kata prjodohan kembali itu, aku sudah tak kuasa untuk menerima siapapun lagi di kehidupan ku. Fikiran ku sekarang kosong, entah aku memikirkan eka atau kematian ku. Dada ku rasa nya sesak dengan kerinduan seperti ini. Dimanapun kau, ku harap kau baik-baik saja.

Setelah kedatangan keluarga eka pada hari itu, kami telah resmi berpisah. Aku hanya bisa menangis sepanjang hari. Mencoba menulis lontar kembali untuk nya walaupun tak kunjung di balas, setidaknya hanya itu usaha yang aku bisa lakukan untuk menghibur diri.

Sahabat sahabat ku saja tidak mampu untuk menghapus air mataku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience