" Shah , siap dah ke ? Kita dah lambat ni . " soal Pakcik Mohmad .
" Sabarlah , bang . Sikit lagi ni . "
Pakcik Mohmad menggelengkan kepalanya .
" Awak ni . Kalau bersiap , macam awak yang nak kahwin . " ujarnya lagi .
Makcik Aishah memberikan jelingan maut kepadanya .
" Biarlah , saya bercantik untuk abang juga . Apa salahnya ? " soal Makcik Aishah , tidak puas hati .
" Yang salahnya sebab awak cantik sangat . Nanti ada orang mengorat awak . Jealouslah abang nanti . " usik Pakcik Mohmad sambil tersenyum manja .
Makcik Aishah tersipu malu .
" Ish , abang ni . Mengada ngada . Kejaplah , saya nak bagitahu Niena . Nanti dia cari pula kita . " ujar Makcik Aishah sebelum berlalu ke bilik Amanina .
Diketuknya pintu itu . Kedengaran sahutan dari dalam bilik .
" Niena , demam dah okey sikit ? " soal Makcik Aishah . Jelas riak wajahnya menunjukkan yang dia sedang risau .
Amanina senyum pahit . Badannya rasa lemah sejak serangan semalam . Serangan ayat ' i love you ' Ayub .
" Okey sikit ni . Cuma pening sikit . "
" Kalau Niena rasa lemah sangat , kita pergi hospital je . " cadang Makcik Aishah .
" Eh , tak apa . Sikit je ni . Petang sikit , eloklah nanti . Makcik pergi jela keluar dengan pakcik tu . Niena okey . Makcik janganlah risau . " Amanina mengusap lembut tangan wanita tua itu .
" Okeylah kalau Niena cakap macam itu . Tapi , kalau ada apa apa , Niena call je makcik . Sepantas kilat makcik datang . " pesan Makcik Aishah .
" Macam The Flash lah ni ? " usik Niena . Cuba untuk menceriakan suasana . .
" Tengok tu . Orang serius , dia main main . "
" Iya , Niena janji . Kalau ada apa apa , Niena terus call makcik , okey ? Ni makcik , Ayub mana ? " soal Amanina sambil matanya memandang sekeliling .
Makcik Aishah tersenyum .
" Ayub kerja . Esok baru balik . Takkanlah makcik nak tinggalkan Niena berdua dengan dia . "
Amanina tersengih .
Macam manalah aku boleh lupa yang orang tua tu kerja 3 hari . Adeh , buat malu je tanya .
" Takpelah , makcik pergi dulu ye . Nanti membebel pula Pakcik Mohmad kamu tu . " pamit Makcik Aishah .
Amanina menyalami wanita itu sebelum Makcik Aishah keluar dari biliknya .
" Haih , sunyi juga ye orang tua ni tak ada . Kalau tak 24/7 asyik gaduh je . " ujar Niena sendirian .
Dia teringat saat Ayub mengucapkan perkataan ' i love you ' itu . Laju jantungnya berdegup . Menggigil seluruh badannya . Dia terasa takut ketika itu namun terselit suatu perasaan yang sukar ditafsirkan .
Tiba-tiba wajahnya berkerut .
" Eh , takkan aku rindu dia kot . Lantak dia lah . Aman sikit dunia aku . Tidur lagi bagus . " ujarnya dan terus menutup mata .
Bunyi bising di dapur mengejutkan lena Amanina . Jarum jam menunjukkan pukul 2 petang .
" Eh , makcik dengan pakcik dah balik ke ? " ujarnya sendirian .
Amanina bingkas bangun . Dia menjenguk ke luar tingkap .
Aik , kereta tak ada .
Amanina menelan air liur .
Kalau makcik dengan pakcik tak balik lagi , siapa dekat dapur ?
Amanina mengambil telefonnya . Dicapai juga payung yang ada di dalam biliknya .
Hatinya rasa takut . Namun , dia perlu memeriksa siapa di dapur kerana itu tanggungjawabnya .
Dia melangkah dengan perlahan supaya derap tapak kakinya tidak berbunyi .
Di dapur , Amanina terlihat sosok tubuh seseorang sedang menyelongkar peti sejuk .
Dia tersentak .
Ya Allah , pencuri ! Macam mana ni ? Aku takboleh takut . Apa nak jadi , jadilah . Aku kena juga protect rumah ni .
Dengan perlahan , Niena mendekati pencuri itu . Ketika itulah , otaknya teringat tentang kata kata Vivian tempoh hari mengenai penjual organ .
Ya Allah , lindungilah aku .
Dengan lafaz bismillah , Amanina terus memukul pencuri itu . Dia memukulnya berulang ulang kali di badan dan kepala . Terbongkok bongkok pencuri itu menahan kesakitan .
" Rasakan ! Berani kau ceroboh masuk rumah ni ! Jangan haraplah kau dapat jual organ aku . Ambil ni . " jeritnya sementara tangannya masih lagi tidak henti memukul .
Pencuri itu mulai bengang dan menepis payung Amanina .
Amanina terus berlari ke belakang meja untuk menyorok kerana dia ketakutan . Tangannya laju mendail nombor Makcik Aishah .
" Makcik , tolong ! Balik sekarang . Ada pencuri . " ujar Niena separa berbisik .
" Ya Allah , Niena . Niena menyorok sekarang tunggu makcik dan pakcik sampai . Kami dah nak sampai ni . " ujar Makcik Aishah cemas . Menyesal rasa hatinya kerana meninggalkan Amanina seorang diri di rumah .
Pencuri itu terus jatuh menyembah bumi . Niena masih lagi menyorok sebagai langkah keselamatan . Manalah tahu pencuri itu berpura pura pengsan .
Setelah hampir beberapa minit , Amanina memberanikan diri untuk memeriksa lelaki itu .
Dikuisnya lelaki itu menggunakan payungnya tadi .
Eh , macam familiar je dia ni .
Amanina menolak lelaki itu untuk melihat wajahnya . Dan hasilnya sangat mengejutkannya .
" Ya Allah , Ayub ! "
Amanina menerkup mulutnya . Dia terus menghampiri lelaki itu . Dia pula yang cemas .
" Ayub , bangun ! Ayub ! Ayub ! " kejut Niena namun tiada respon .
Matanya mula berair . Terbit rasa bersalah dalam dirinya .
" Ya Allah , apa aku dah buat ni ! "
Ayub bergerak gerak . Namun , kepalanya masih lagi sakit akibat dipukul .
Amanina yang menyedari Ayub telah sedar terus berlari ke biliknya . Selama ini , memang lelaki itu tidak pernah memarahinya . Tetapi , kali ini dia amat takut , siapalah yang tahu apa akan berlaku .
" Ha , dah sedar pun kamu . " ujar Pakcik Mohmad .
" Apa yang berlaku yah ? " soal Ayub seakan lupa ingatan .
" Kamu kena pukul tadi dengan Niena . Dia ingatkan kamu tu pencuri , itu yang dia pukul tu . " jawab Makcik Aishah yang baru muncul dari dapur .
Ayub tercengang .
Laa , apa bendalah minah ni . Aku dipukulnya .
" Habis tu , Nienanya mana ? "
" Lari masuk bilik . Takut kamu marah katanya ." Mendengarkan kata kata ibunya , Ayub bingkas bangun lalu menuju ke bilik Amanina .
" Nak kemana tu ? " soal Pakcik Mohmad .
" Cari Nienalah . Nak tebus rasa sakit kepala ni . " ujar Ayub .
" Kamu janganlah marah Niena tu Dia tak sengaja . Kamu tu pun pegi selongkar peti ais macam pencuri buat apa ? Memanglah dia ingat kamu pencuri . "
" Aik , saya yang kena pukul . Saya juga salah , bu ? Ini tidak adil . Hutang bengkak harus dibalas dengan bengkak . "
Pintu bilik Amanina diketuk .
Niena tersentak .
Ya Allah , takutnya aku . Nak buka pintu ke tidak ni .
Mendengar ketukan semakin kuat , Amanina membuka pintu akhirnya .
" Kenapa awak pukul saya ? " soal Ayub dengan wajah yang serius .
" Sa .. saya tak sengaja . " jawab Amanina tersekat sekat .
Cuaknya dia ketika itu Allah je yang tahu .
" Awak ingat kepala saya ni apa ? Gendang ? Boleh buat main pukul pukul . " marah Ayub . Kononnya .
Amanina menelan air liurnya yang terasa berpasir . Matanya mula berkaca . Semntara Ayub seronok dapat mengenakan Niena .
" Saya minta maaf Saya betul betul taksengaja . Tolong jangan marah saya . " pinta Niena . Tanpa disedarinya , air matanya jatuh menitis .
" Jangan marah ? Habis tu kalau kepala saya ada apa apa kecederaan yang serius ? Nak saya diam je ? Macam itu ? " sambung Ayub lagi .
" Saya tak kira . Saya nak awak pukul kepala awak , macam mana awak pukul kepala saya tadi . " tegas Ayub . Dia cuba berpura pura yang dia marah .
" Tolonglah , saya merayu . "
" Ah , saya tak akan maafkan awak sampai bila-bila !
Amanina mula menangis teresak esak . Ayub yang tadinya seronok membuli Amanina mula berubah wajahnya .
Entah mengapa hatinya terasa sakit sekali melihat Amanina menangis sedemikian .
" Shh , dah jangan nangis . Saya tak marah awak pun . Saya gurau je . Sekalipun kecederaan kepala saya serius , takkan tergamak saya nak marah orang yang saya cintai . Tolong jangan nangis lagi . Saya taknak jadi penyebab awak menangis . " pujuk Ayub .
" Betul awak dah tak marah saya ? " spal Amanina . Dia mengelap air matanya yang membasahi pipi .
" Saya tak pernah pun marah awak , sayang . Tak mungkin dan tak akan . " lembut suara Ayub menyentuh hati Niena .
" Terima kasih . "
" Untuk apa ? " soal Ayub .
" Sebab tak pernah , tak mungkin dan tak akan marah saya . " jujur Niena .
" Aik , terima kasih je ? "
Dahi Niena berkerut .
" Dahtu , awak nak apa ? "
" Nak kiss kat pipi boleh ? " ujar Ayub nakal .
" Pukul nak ? " ugut Amanina .
" Taknak . Sakit tau awak pukul . " adu Ayub sambil mengurut tempat yang dipukul oleh Niena .
" Haa , padan muka . " balas Niena .
" Amboi , bukan main lagi dia . Pecah masuk bilik karang baru tau . "
" Cubalah . Kalau nak rasa kena hempuk dengan Pakcik Mohmad pula . " jawab Amanina . Keningnya terangkat sebelah .
" Dahlah , nak masuk bilik . Bahaya sembang lama lama dengan awak ni . Bye ! " ujar Niena dan terus menutup pintu biliknya .
Ayub tersenyum bahagia .
Amanina Aulia , gadis yang mampu menggoncang dunianya .
Amanina bersandar di belakang pintu . Tangannya diletakkan di atas dada . Terasa degupan jantungnya laju .
Ya Allah , kenapa dengan aku ni ? Hati kenapa ni ?
Share this novel