Amanina menangis teresak esak di hadapan pusara . Dia seakan tidak percaya apa yang telah berlaku sebentar tadi . Dalam sekelip mata , dia tinggal sebatang kara .
Otaknya terimbas kembali peristiwa tadi .
Amanina berjalan laju sambil menolak katil ayahnya .
" Bertahan ayah , jangan tinggalkan Niena yah . " ayat itulah yang diulangi Niena sejak dalam kereta lagi .
" Cik , sila tunggu sini . " ujar seorang jururawat setibanya mereka dia dewan pembedahan .
" Doktor , tolong selamatkan ayah saya . " pinta Amanina .
Doktor itu mengangguk sebelum masuk ke dalam dewan pembedahan .
Amanina duduk di atas kerusi . Dia sungguh takut kehilangan ayahnya . Dia tidak bersedia lagi untuk kehilangan insan yang paling dia sayangi . Belum puas lagi dia bermanja dengan ayahnya .
" Niena , sabar ye nak . Insha Allah , ayah kamu akan selamat . Doa banyak banyak . " pujuk Pakcik Mohmad .
" Niena takut pakcik . Niena taknak hilang ayah . " rintih Amanina .
Pakcik Mohmad terasa sayu . Tak sanggup dia melihat Amanina sedih sedemikian .
Semoga Allah menyelamatkan Samad , doa hati kecil Pakcik Mohmad .
Setelah hampir sejam menunggu , doktor keluar dari dewan pembedahan .
Amanina bingkas bangkit lalu menerpa doktor itu .
" Doktor , ayah saya macam mana ? Dia selamat kan ? " soal Amanina .
" Maaf , cik . Kami sudah cuba sedaya upaya . Encik Samad hanya mempunyai 30% peluang untuk hidup . Kansernya sudah merebak hampir ke seluruh organ penting . " ujar doktor itu .
Amanina terkedu .
" Kanser ? Ayah saya tak ada kanser , doktor . "
" Menurut laporan perubatan Encik Samad , dia menghidapi kanser hati . Dia sudah menghidap penyakit ini selama 3 tahun . "
Amanina terdiam . Terasa lemah kakinya .
" Doktor , saya boleh jumpa ayah saya kan ? "
Tanpa menunggu jawapan doktor , Amanina terus meluru masuk . Dia memeluk erat ayahnya .
" Ayah , kenapa buat macam ni ? Kenapa tak bagitahu Niena yang ayah ada kanser ? Kenapa tipu Niena ? "
" Ma .. maaf kan .. ay .. ayah . A .. a yah .. tak nak .. Niena se .. se dih . " tersekat sekat suara Pak Samad .
" Ya Allah , ayah jangan tinggalkan Niena , ayah . Niena dah tak ada sesiapa . Tolonglah ayah , jangan tinggalkan Niena . " rayu Amanina .
Pak Samad meraih tangan Amanina .
" Niena .. to tolong ka .. ka .. kahwin den .. gan A .. Ayub .. de demi ayah . "
Deras air mata Amanina turun tatkala mendengar perkataan ' demi ayah ' . Tanpa berfikir panjang , Niena menganggukkan kepalanya . Mana mungkin dia menolak permintaan ayahnya . Permintaan yang terakhir .
" Ya ayah , Niena setuju . Tapi , ayah tolong jangan tinggalkan Niena . Niena merayu . "
Kelihatan dada Pak Samad berombak . Niena sempat mengajar ayahnya untuk mengucap . Dengan perlahan , Pak Samad menghembuskan nafas yang terakhir .
" Ayah ! Bangun yah ! Jangan tinggalkan Niena yah ! Ya Allah , kembalikan ayah ! " raung Amanina .
Suasana hiba menyebabkan airmata Pakcik Mohmad turut mengalir . Dia cuba untuk menenangkan Amanina .
" Niena , sabar nak . Ayah dah tak ada . Redhakan ayah pergi , Niena . " pujuk Pakcik Mohmad .
Amanina jatuh menyembah bumi . Lemah rasanya . Terasa hilang separuh jiwanya .
Dia menangis semahu mahunya .
Terasa berpinar dunianya . Cahaya kian kabur dan akhirnya gelap .
" Nah , air . Awak perlukan . " teguran Ayub , membuatkan Niena tersentak .
" Terima kasih . "
Amanina mencapai botol air itu . Diteguknya hingga habis .
" Saya Ayub . " ujar Ayub menghulurkan salam perkenalan .
" Niena , mari balik . Dah hampir senja ni . Insha Allah , nanti pakcik bawa Niena datang sini lagi . "
Niena menganggukkan kepala . Dia menyiram air bunga mawar di pusara ayahnya .
Amanina memandang Ayub sekilas . Dia tahu dihadapannya ini ialah lelaki yang bakal menjadi suaminya .
" Saya tak berminat nak berkenalan . " ujar Amanina lantas bangkit membuntuti Pakcik Mohmad .
Ayub menarik nafas dalam dalam .
Amanina Aulia , kau akan jadi juga milik aku nanti , bisik hatinya .
Share this novel