SPLASH !
Bunyi kain diperah . Amanina menyidai satu persatu . Selesai menyidai kain , dia masuk ke dalam rumahnya dan terus ke dapur .
Hari ini hari Sabtu , hari yang diperuntukkan sepenuhnya untuk menguruskan rumah .
Amanina memeriksa barang dapur . Banyak yang habis .
" Nak kena pergi kedai lah ni . "
Dia lantas mencapai tudung sebelum menuju ke ayahnya .
" Ayah , barang dapur dah banyak habis . Niena nak ke kedai kejap . " pinta Niena .
Pak Samad mengangguk . Kelihatan mulutnya bergerak gerak mengatakan sesuatu .
" Ha .. ti ha..ti " tutur Pak Samad saat Niena mengucup lembut tangannya .
Pak Samad diam . Kasihan melihat anak gadisnya yang terpaksa bertungkus lumus bekerja demi mencari sesuap nasi . Dengan usia yang masih muda , Amanina mampu untuk menguruskan semua perkara . Terasa hangat tubir matanya .
Kasihan anak ayah .
Amanina berjalan melepasi sekumpulan pemuda . Kedengaran siulan dan usikan . Namun , Amanina buat pekak sahaja . Malas mahu melayan .
Sesampainya di kedai , dia ditegur oleh seorang wanita tua .
" Niena , apa khabar ? Ayah kamu sihat ? " tanya Makcik Latifah .
" Khabar baik . Ayah sihat alhamdulillah . "
" Ini , malam ni kan ada bacaan al Quran . Jadi adalah makan makan sikit . Pihak masjid suruh makcik tempah dengan kamu . Kan masakan kamu tu sedap . Nanti pihak masjid akan bayar . "
" Eh , mana ada . Biasa je . Saya boleh masak . Tapi nak makanan apa ye ? Dan untuk berapa orang . "
" Cadangnya , nasi putih , ayam masak merah dengan sayur campur . Untuk lebih kurang seratus orang makan . Boleh ke ? "
" Boleh . Tak ada masalah . Bila nak ambil ? "
" Dalam pukul 7 malam nanti . Terima kasih sangat . Makcik doakan supaya rezeki kamu berpanjangan ye nak . "
" Amin , terima kasih ye makcik . "
Amanina menyalami makcik Latifah sebelum wanita tua itu pamit .
" Seratus orang ? Banyak kena beli ayam ni . " ujar nya pendek .
Selesai membayar harga barang yang dibeli , berjalan pulang . Sebelum pulang , Amanina singgah dahulu di warung Pak Mat untuk mengambil bekasnya .
" Assalammualaikum , Pak Mat sihat ? " soal Niena .
" Waalaikummussalam , sihat . "
" Saya datang ni nak ambil bekas nasi lemak . Habis ke nasi lemak tadi ? "
" Habis , siap ada yang tanya ada lagi ke tidak . Lepasni Pak Mat kena tambah orderlah kat kamu ye ? " usik Pak Mat .
" Boleh , apa salahnya . Okeylah , saya minta diri dulu ye . Risau pula tinggalkan ayah lama lama dekat rumah . "
" Haa , yelah . Hati hati balik tu . "
Amanina mengangguk sebelum berlalu pergi .
Pak Mat hanya tersenyum . Kedengaran namanya dipanggil .
" Mat , Mat . Sinilah . Aku nak tanya ni . " panggil Pak Salleh .
" Ha , kenapa ? Nak tambah order ke ? " soal Pak Mat .
" Bukan . Yang tadi tu , anak si Samad kan ? Berapa umurnya sekarang ? "
Aik , lain macam je aku tengok si Salleh ni .
" 17 tahun . Amanina Aulia namanya . "
" Uish , sedapnya nama . Lawa pula orangnya .
Untung si Samad ni , bini dulu pun lawa . Anak pun lawa . " ujar Pak Salleh sambil menggelengkan kepala .
" Kau tak payahlah nak menggatal dengan dia Salleh . Engkau tu dah empat bini dekat rumah . Takkan nak tambah jadi lima pula ? " perli Pak Mat .
" Aku tahulah . Aku tanya je . Dahlah , hilang mood aku nak main dam . Aku balik dululah . " balas Pak Salleh dengan muka ketat . Kedengaran enjinnya motornya dihidupkan . Pak Mat memerhati hinggalah motornya hilang dari pandangan .
" Aik , marah pula orang tua ni . Dunia , dunia . " bisik Pak Mat sambil membersihkan meja .
Jam menunjukkan pukul 7 . Mujur Niena sempat menyiapkan semua juadah yang dipesan oleh Makcik Latifah .
" Assalammualaikum . " kedengaran suara orang memberi salam .
" Waalaikummussalam . Kejap . " sahutnya . Niena mengangkat kotak kotak yang berisi makanan ke depan pintu . Banyak jugalah dia berulang alik .
Pintu dibuka . Terlihat susuk tubuh tiga orang lelaki . Niena menghulurkan kotak itu kepada mereka .
" Terima kasih ye Niena . Nasib baik Niena ada . Ni orang kampung mesti berselera makan ni , sebab Niena yang masak . " puji Fakrul .
" Betul cakap abang Fakrul tu . Mesti nanti ada yang minta tambah . Untunglah siapa yang jadi suami Niena . " ujar Haziq lalu mengenyitkan mata kepada Niena .
Amanina hanya tersenyum pahit. Lidahnya kelu . Gatal pula orang tua dua ni . Mahu sahaja dia menghalau mereka . Sungguh dia rasa tidak selesa . Tiba tiba , azan Maghrib berkumandang .
" Haa , dah azan pun . Pergilah masjid cepat . Nanti tak dapat solat jemaah dengan imam . " Niena menukar topik .
" Kalau macam abang abang minta diri dulu ye . Niena hati hati duduk rumah . Sekarang ni banyak penyangak . "
" Tulah , dekat depan Niena ni pun penyangak juga . " ujarnya separa berbisik .
" Ha , apa tadi ? Abang tak berapa dengar ? " soal Fakrul .
" Eh , bukan . Betullah apa yang korang cakap tu . Hari pun dah gelap . Niena nak masuk solat . Kan tak elok lambatkan solat . " perlinya .
" Okeylah abang Haziq nak balik ni . Ini upah Niena . " Haziq menghulurkan tiga keping wang RM 100 .
" Terima kasih . Hati hati bawa nasi tu . Niena masuk dulu , assalammualaikum . " Niena cepat cepat menutup pintu rumah .
" Fuh , lawa betul si Niena tu . Kalau jadi bini aku ni , sumpah tak cari lain . " ujar Fakrul .
" Heh , tulah pasal . Apa orang Kelantan kata , comel lote boh . Jomlah pergi masjid , nanti tak pasal pasal kena ceramah free . " ajak Haziq .
Niena duduk di belakang pintu rumahnya sehinggalah hilang bunyi enjin kenderaan .
" Puih , jadi bini konon . Ingat aku nak ke ? Menggatal je tahu . Geli tekak aku nak ber abang abang . Eh , lebih baik aku pergi solat . Lagi bagus . " rungutnya sendirian .
Share this novel