BAB 1

Romance Completed 23792

Amanina mengelap badan ayahnya dengan lembut .
Tubuh tua inilah dulu yang memerah keringat mencari rezeki untuknya .
Tubuh tua inilah yang memangkunya untuk tidur .
Tubuh tua inilah sentiasa melindunginya .
Kini , tubuh tua ini terlantar lemah .
Tidak mampu untuk membuat apa apa . Suara yang dulunya sering kedengaran , kini menjadi lemah .
Dalam tidak sedar , airmata Amanina mengalir deras . Sungguh dia rindu dengan ayahnya yang dulu . Periang , peneman , dan pelindung . Baginya ayahnyalah segalanya . Sejak ibunya meninggal , segala urusan diuruskan oleh ayahnya .
Namun , segalanya berubah sejak ayahnya diserang angin ahmar tahun lepas . Semua tanggungjawab diserahkan kepada Amanina . Dari tugas mencari rezeki hinggalah urusan rumah semuanya dilakukannya sendirian .

" Ayah , Niena nak pergi sekolah ni . Sambil tu nak hantar nasi lemak dekat warung Pak Mat . Ayah duduk rumah elok elok ye . Nasi dengan minuman ayah Niena letak dekat atas meja . Kalau ayah nak makan ambil je . "
Itulah dialog wajib Niena setiap pagi .

" Em .. " pendek sahaja jawapan Pak Samad . Niena tersenyum lalu menyalami ayahnya .

Amanina membetulkan tudungnya sebelum keluar rumah . Bekas yang berisi nasi lemak dibawanya berhati hati . Dia melangkah dengan penuh cermat . Bukan apa dia tidak mahu berlaku apa apa kejadian yang tidak diingini .

Jarak rumah Amanina dengan warung Pak Mat tidak jauh . Hanya sekitar 500 meter . Hanya 10 minit perjalanan . Apalah sangat jika hendak dibandingkan dengan jarak rumahnya dan sekolah yang lebih kurang 3 kilometer . Semua perkara ini sudah lali buat dirinya .

" Ha , Niena sampai pun kamu . Hari ni berapa bungkus nasi ? " soal Pak Mat .

" Hari ni tak banyak pun sebab daun pisang habis . Jadi saya dapat buat 50 bungkus je . " jawab Niena lembut .

" 50 je ? Alamatnya , ada yang bergaduh berebut nasi lemaklah kat kedai aku ni . Kamu bukannya tak tahu , orang kampung ni suka sangat dengan nasi lemak yang kamu masak ni . " kata kata Pak Mat membuatkan Niena menjadi malu .

" Mana ada sedap sangat . Biasa je Pak Mat . Pak Mat , saya nak minta diri ni . Nak ke sekolah . Nanti lambat pula . Balik nanti saya singgah ambil bekas ni . "

Pak Mat menganggukkan kepala . Tangannya lantas menghulur sekeping not 50 ringgit sebagai upah kepada Amanina . Amanina tersenyum seraya mengucapkan terima kasih . Kakinya dihayun menuju ke sekolah .

Loceng berbunyi menandakan bermula perhimpunan . Mujur Niena sempat masuk ke kawasan sekolah . Kalau tidak dia mungkin didenda berjalan itik di sekitar sekolah . Perkara itu lebih memalukan buatnya . Amanina berjalan ke perhimpunan sambil tercari cari rakan baiknya , Suhaila .

" Ehem .. " bunyi satu suara .
Amanina cuba untuk tidak mengendahkannya .

" Wau , budak miskin ni sombong gila . Dia ingat dia lawa sangat ke ? " kata seorang gadis .
Amanina hanya diam . Menahan sabar .

" Kan ? Muka dia ni , nak compare dengan bibik aku pun tak layak . Dahlah buruk , sombong pula tu . Orang miskin memang macam ni ke ? Tak sedar diri uolss . " sambung gadis lain pula . Dihujung ayatnya kedengaran ketawa .
Amanina masih lagi diam . Pura pura tidak dengar . Memekakkan telinga .

Niena menoleh . Dia hanya senyum lantas berlalu pergi . Hatinya sikit pun tidak terusik mendengar cacian dan hinaan mereka . Kalau dulu mereka mungkin sudah makan penyepak sulung darinya , tapi kini tidak . Amanina sentiasa berpegang teguh dengan kata kata ayahnya .
' Allah sentiasa melindungi hambanya yang teraniaya ' .
Dengan kata kata itulah yang menjadikan dia seorang gadis yang penyabar .

" Warda ! Kau tengok tu ! Dia boleh senyum lepastu blah macam tu je . Panas hati aku ! " rungut Iesya .

" Itulah , aku pun geram juga . Takpe , kau sabar je . Tak lama dia tu . Aku tahulah nak buat apa . " ujar Warda . Dia memang sudah lama benci akan Amanina . Entah apa salah Amanina , sampai dibenci sedemikian .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience