" Tompok oh tompok " mata Dania melilau mencari kucing kesayangannya.
Sejak daripada pagi tadi dia tidak melihat kucingnya itu. Selalunya ada sahaja.
" Meoww...tompok " panggilnya lagi.
" Mana tompok ni? " soalnya sendirian.
Dania melangkah ke belakang rumah. Dia terkejut melihat kucingnya terbaring dengan mulut berbuih-buih. Dania terus berlari mendapatkan tompok.
" Tompok! Ya Allah, siapa yang racun ni? " mengalir air mata Dania melihat tompok yang sudah tidak bernyawa lagi.
" Ni mesti kerja perempuan puaka tu! Tak guna " Dania berlari masuk ke dalam rumah.
" Lisa! Lisa kau keluar sekarang. Keluar aku cakap! " pintu bilik Lisa diketuk sekuat-kuatnya.
" Apa benda yang kau memekak ni perempuan? " Lisa membuka pintu biliknya.
" Apa kau dah buat dengan kucing aku? " soal Dania.
Merah wajahnya.
" Buat apa? " soal Lisa semula.
" Kau jangan buat-buat tak tahu lah. Kau yang racun tompok kan? Kau ni memang perempuan tak guna! Apa masalah kau ha? " Dania menolak kasar tubuh Lisa.
Lisa jatuh terduduk.
" Aduhh. Ehh perempuan, selagi kau tak ada bukti kau jangan nak pandai-pandai tuduh aku! Kucing kau tu yang minum racun agaknya lepas tu kau nak tuduh aku " .
" Eh Lisa, aku bukan bodoh lah tak dapat nak agak kau yang bunuh kucing aku! Manusia jenis apa kau ni? Ha? Aku tanya, jawab! " tengking Dania.
Terhinjut bahu Lisa.
" Aku cakap tak buat, tak buat lah. Kau jangan nak fitnah aku " .
" Penipu! Aku tak percaya. Memang kau yang bunuh tompok. Hati kau tu busuk, sebab tu kau sanggup bunuh kucing yang tak berdosa tu! " .
" Kau jangan nak menjerit-jerit macam perempuan gila ea Nia. Memang aku tak buat, buat apa aku nak mengaku " .
" Tergamak kau kan, tergamak kau bunuh kucing yang tak salah apa-apa dengan kau. Kalau kau nak balas dendam dengan aku, kau buat lah. Tapi bukan dengan bunuh kucing aku! Binatang pun ada sifat kasihan ".
Lisa tersenyum sinis.
" Kesian aku tengok kau ni Nia. Meroyan. Yelah kau bukannya ada kawan selain si tompok tu. Mak dah mati, kucing pun dah mati. Kau bila nak mati? " soal Lisa sinis.
" Tak guna! " Dania terus mengerjakan Lisa.
Rambut Lisa ditarik kasar. Pipi Lisa pula ditampar berulang kali.
" Sakit lah! Lepas! " jerit Lisa.
Dia meronta-ronta minta dilepaskan.
Share this novel