SEBELAS

Romance Completed 65599

Kedekatan Han dengan Nina sepertinya membawa kebahagian tersendiri pada teman-temannya. Kini Pay, Jack dan Arif lebih suka berada dirumah, ngobrol dengan Nina sambil mengerjakan tugas. Sekali mereka jalan-jalan ke mall atau sekedar duduk ditaman kota.

Bila mereka sudah berkumpul sepertinya kebahagiaan itu tidak akan hilang. Canda dan tawa selalu saja menghiasi rumah mungil itu. Taman dihalaman depan terlihat semakin indah. Tidak ada satupun sampah dilantai. Juga tidak ada pakaian kotor yang tergantung di gantungan pakaian kamar mandi.

Bila Nina pulang ke kost-nya, salah satu dari mereka pasti menjemputnya lagi dengan berbagai alasan dan gadis itu hanya bisa mengiyakan saja. Nina seakan telah menjadi bagian dari keluarga itu, lebih sering dirumah itu dari pada ditempat kost-nya. Pakainnya-pun telah tersusun rapi dalam almari Han. Beberapa alat kecantikannya juga tertata rapi dimeja kecil depan cermin. Dikamar itu pula kini dia sering tidur.

Sepertinya ada yang aneh dengan Han. Pemuda itu sering terdiam diteras depan sambil memandang gadis itu menyirami bunga atau lebih asyik dengan buku-buku bacaan. Matanya selalu menerawang jauh, jauh sekali. Bila malam tiba, dia hanya duduk didepan komputer sesekali dia membayangkan wanita cantik dalam Koran. Gadis cantik pengidap HIV itu tidak pernah bisa hilang dari pikirannya.

”Kenapa kehadiran Nina yang cantik ini tidak juga merubah perasaan hatiku, tidak sedikitpun?’’ dia bertanya pada dirinya sendiri pada suatu sore.

“Han…kamu kenapa?”

Pertanyaan itu membuyarkan lamunannya.

“Ah…tidak apa-apa Jack.”

“Kangen ya sama Nina, sabar lagi dijemput Pay.’’

“Jack, aku sedang bingung dengan ini semua.”

“Kenapa?”

“Ah…sudahlah.”

Han lebih memilih untuk tidak melanjutkan ucapanya, mengambil sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan.

“Kalian bertengkar?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Ya…hanya bingung saja.”

“Dia hamil?”

“Gila kamu, menyentuhnya saja tidak!”

“Ha…jadi selama ini apa yang kalian lakukan?”

“Tidak ada.”

“Sama sekali?”

“Ya…paling-paling ngobrol lalu tidur.”

Jack terdiam, memandangnya dengan penuh tanya.

“Kamu memang lelaki yang hebat.”

“Hebat apanya?”

“Ya…lelaki yang hebatlah….”

Saat mereka sedang terlibat dalam perbincangan serius itu, Arif muncul dan langsung duduk dilantai. “Serius amat, ngomongin apa?”

“Nih…sobatmu lagi bingung.”

“Kenapa Han?”

“Tidak ada apa-apa Rif.”

“Kalo ada masalah ngong dong, siapa tau kita bisa membantu.” Han tidak juga bicara, begitu juga dengan jack.

“Eh…ngomong-ngomong, berapa kali kalian bercinta dalam satu malam?” Han dan Jack memandang kearah Arif, pertanyaan itu sepertinya membuat Han kecewa.

“Jadi kamu menganggap aku dan dia bercinta setiap malam?”

Arif terdiam, dia tau kalau pertanyaanya itu menyinggung perasaan sahabatnya.

“Sudahlah Han, wajar kalua Arif menanyakan hal itu.”

“Sory Han, tapi apakah salah bila aku bertanya padamu tentang hal itu, kalian sudah lebih dari dua minggu selalu tidur dalam satu kamar yang sama.”

“Iya…tapi aku belum pernah sekalipun bercinta dengannya.”

“Ha…belum pernah,” Arif seakan tidak percaya kata-kata itu.

“Iya!”

“Kenapa?”

“Aku tidak tau, bahkan saat aku melihatnya telanjang aku hanya bisa diam.”

“Ha…hanya diam, jangan-jangan kamu kelainan?”

“Tidak Rif, hasrat kelakia-lakianku tetap ada, tapi entah kenapa aku mampu menahannya”

“Apa yang kamu pikirkan saat itu?”

“Wanita dalam koran.”

Jawaban singkat itu membuat Jack dan Arif terdiam. Memandang dalam kearah Han yang tertunduk lesu.

“Jadi kamu belum bisa melupakan wanita itu?”

“Iya Rif.’

“Ah….’’

Desah lirih dari mulut Arif seakan penuh rasa kecewa.

“Jack…antar aku ke-internet!”

“Kapan?”

“Sekarang.”

“Rif…kalo Nina datang, bilang padanya aku keluar sebentar.”

“Iya.”

Han dan Jack pergi meninggalkan Arif yang masih duduk diteras itu. Mereka menuju sebuah warnet yang tak jauh dari tempat itu.

“Han…aku berharap kamu tidak menemukan gadis pujaanmu itu,’’ ucap Jack tibatiba.

“Kenapa?” tukas Han sambil mengerutkan keningnya.

“Aku tidak tau.”

“Tidak tau apanya?” tanya Han lagi.

“Ya...pokoknya aku mendukungmu! Karena hatiku berkata begitu!” “Sok main perasaan?” Han mencibir.

“Bukan! Aku mulai sadar bahwasanya cinta itu sebenarnya tidak hanya satu!” tegas Jack.

“Nyindir nich ceritanya?” Han tersenyum kecil.

“Bukan nyindir! Tapi emang begitu kenyataannya! Cinta pertama, kapan kamu rasakan? Lalu cinta kedua, ka[an kamu rasakan? Sekarang? Cinta keberapa? Apakah rasanya beda? Sama Han! Sama! Semua cinta yang kamu rasakan itu ya begitu-begitu saja!” tegas Jack panjang lebar.

“Begitu saja gimana?” Han tersenyum kecil.

“Ya begitu! Gelisah! Bingung! Kangen! Deg-degan! Seputar itu dech!”

“Ha…ha…”

Han tertawa begitu juga Jack, walau sedikit dipaksakan. Duduk bersebelahan disebuah ruang bersekat dinding tipis dengan ruang disebelahnya. Hanya sesekali saja mereka berbicara. Setelah merasa cukup mereka kembali. Dalam perjalan dari warnet itu tak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Laju motor itu pelan tapi pasti, menelusuri gang-gang kecil dan tidak lama kemudian telah tiba dirumah itu kembali.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience