DUA PULUH ENAM

Romance Completed 65599

Setelah pertemuan itu, beberapa kali Dwie mengirimkan pesan singkat pada nomor yang ada di sudut kanan atas lembaran putih dengan huruf-huruf yang tersusun rapi. Dari sekian banyak sms yang dikirimkannya, tak satupun yang di balas. Dari dalam kamar indahnya Dwie membaca cerita itu sekali lagi sebelum dia pergi tidur.

Handphone di meja belajarnya bergetar, sebuah pesan di terimanya.

‘He…judes kangn ya sms trus!?’

Cepat-cepat gadis itu menyamakan no di handphonenya dengan npomor yang tertera di kertas itu. Sama, Han yang mengirim pesan singkat itu. Dwie berusaha mengingat-ingat wajah pemuda aneh yang memanggilnya denga sebutan ‘JUDES’.

‘lg ngp mz?’

Hanya kata itu yang mampu di tulis dengan tangan lembutnya. Semenit kemudian sebuah pesan diterimanya lagi.

‘lg ongkrong i Benteng. i ursi ang ama aat ita etemu ulu’

Kali ini pesan yang sulit untuk di mengerti oleh gadis itu.

“Dasar orang aneh. Hmm…lagi nongkrong di Benteng titik di kursi yang sama saat kita ketemu dulu. Oh…gini tho!”

Dwie tersenyum saat membaca pesan itu sekali lagi. Dia sedang mengulang kembali kejadian itu. Saat orang aneh itu menyela perbincangannya dengan Anggi.

‘Eh…km mau ga pacaran ma aku?’

Pesan yang baru di terimanya itu membuatnya terkejut. Gadis itu membacanya sekali lagi. Lalu membalasnya dengan senyum simpul yang berbunga-bunga ‘Dasar orang aneh. Ha…3X. ga romantis benget sich. Ngak bs ngerayu ce po?’ Pesan singkat itu lalu di kirimkannya.

“He…2005X. ak ga bs ngerayu, maaf ya! Eh…kamu suka tomat ga?”

Dwie tidak membalas sms itu dia meletakkan handphonenya di meja belajar. Gadis itu membaca cerpen itu untuk kesekian kalinya. “Sepatu kaca, cerita yang aneh seaneh orangnya.”

Kata-kata itu terucap begitu saja dari bibirnya yang merekah. Rambutnya yang sebahu di biarkan tergerai begitu saja.

Ditempat lain…

Han sedang duduk di bangku panjang taman kota. Dia sedang berbincang dengan teman-temannya. “Han…ada kabar dari Ira?”

“Tidak Pay. Aku juga tidak ingin mencari kabar darinya!”

“Kenapa?”

“Entah…bisa bersama dengannya sebentar saja itu sudah lebih dari cukup.” “Lalu?”

“Ya…biarkan saja dia dengan impiannya dan aku dengan impianku sendiri.”

“Sepatu kacanya?”

“Sepertinya ada yang lebih cocok!”

“Siapa?”

“Ada deh.”

“Cantik?”

“Entahlah, aku lupa wajahnya.”

“Lho kok bisa lupa?”

“Cuma bertemu sekali!”

“Dimana Han?”

“Di sini.” sambil menujuk kursi panjang yang mereka duduki.

“Disini?”

“Iya, di kursi ini.”

“Kapan?”

“Sekitar satu minggu yang lalu.’’

“Saat Ira pulang?”

“Ya. Setelah dari Bandara aku bertemu gadis itu disini.” Pay terdiam sebentar.

“Aku salut denganmu Han. Kamu memang orang percaya pada takdir.”

“Ha…ha…besok kita mencari gadis itu ya!”

“Hah…mencari lagi?”

“Iya.”

“Ira saja dua bulan lebih baru bisa menemukannya?”

“Ini lain!”

“Lain, tau rumahnya?”

“Tidak.”

“Kuliahnya dimana?”

“Tidak tau.”

“Tuh kan?”

“Tapi aku punya no handphone-nya!”

“Ya sudah telpone sekarang!”

“Hmm…sms aja ya?”

“Ya cepetan, keburu pecah entar sepatunya!” “Ha…ha…,” mereka berdua lalu tertawa.

Han sibuk dengan pesan yang ditulisnya. Menanyakan alamat rumah, nama lengkap, tempat kuliah dan sebagainya.

“Pay…gila!”

“Kenapa?”

“Masih SMU.”

“Ha…kelas berapa?”

“Kelas tiga instrument vocal.”

“Sekolah musik?”

“Sepertinya iya.”

“Wah…daun muda nich!”

“Daun muda palelu. Tidak jadi saja deh!”

“Kalau dia memang pemilik sepatu kaca kenapa tidak?”

Han terdiam sambil berusaha mengingat wajah gadis itu.

“Seingatku dia itu lumayan cantik Pay. Kulitnya bersih, putih, rambutnya sebahu sedikit merah terus memakai anting dua buah di telinga kirinya. Kayaknya pula dia sedikit manja dan judes.”

“Kira-kira apa dia mau jadi pacarmu?”

“Tidak tau, menurutmu?”

“Sama.”

“sama tidak taunya?”

“Ya.’’

“Pay…besok kita mencarinya ya!”

“Ke sekolahannya?”

“Ya.”

“Kamu nggak takut?”

“Takut apa?”

“Dikeroyok anak-anak SMU?”

“Ha…ha…”

Mereka tertawa lagi. Sebuah keinginan untuk menemukan pemilik sepatu kaca yang selalu di impikan oleh Han. Keduanya lalu beranjak meninggalkan tempat itu setelah berpamitan dengan beberapa teman yang lain.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience