30 Menit berkendara Gisela memasuki gerbang tinggi dan mewah sebuuah sekolah internasional dengan mengendarai motor sport hitamnya begitu pun dengan penampilannya yang serba hitam dari baju sampai celana, tas, sepatu, bahkan helm fullface pun berwarna hitam. kedatangannya membuat dia menjadi pusat perhatian karena jam masih pagi yang membuat murid baru berdatangan yang terkesan misterius.
"Dia siapa sih kok kek misterius gitu orangnya, kepo gue" Bisik salah satu murid disana.
"Iya, murid baru kali ya" Jawabnya.
"Kayanya deh, tapi dari penampilannya gue yakin dia pasti gantenng" Jawab temannya itu.
Gisela turun dari motor tanpa peduli dengan tatapan dan bisikan dari murid sekolah barunya, karena dia memang terkesan cuek dengan orang yang tidak ada urusan dengannya dia memaklumi, karena selain mereka belum kenal siapa Gisela juga tidak akan sama dengan murid di sekolah lamanya dari kasta saja sudah beda sama sekolah lamanya saja hanya sekolah negri biasa, sedangkan sekolah yang ditempati saudaranya sekaligus sekolah barunya ini merupakan sekolah swasta favorit bertaraf internasional. sebenarnya seandainya dulu dia ingin sekolah di tempat seperti ini pun dia bisa hanya saja Gisela memang tidak pernah tertarik disaat semua anak ingin dan berusaha agar bisa sekolah di sekolah seperti ini, dia justru tidak memiliki keinginan itu dia justru lebih memilih sekolah biasa seperti sekolah sebelumnya.
Tersadar dari lamunnya mengingat sekolah lamanya, karena bel masuk telah berbunyi Gisela berjalan masuk ke dalam sekolah itu melewati koridor yang sepi, karena sejak bel berbunyi semua murid langsung masuk ke dalam kelas. Sedangkan Gisela menuju ke arah ruang kepala sekolah dia tidak perlu bertanya dimana ruang kepala sekolah, karena di sekolah elit ini sudah ada petunjuk peta di depan, dan dia sudah berada di depan ruang kepala sekolah.
"Tok"
"Tok"
"Tok"
Masuk Jawaban dari dalam ruangan kepala sekolah, setelah mendengar jawaban dari dalam Gisela langsung masuk. Disana dia melihat seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di kursi sebrang meja kerjanya.
"Permisi" Ucap Gisela pertama kali tetap denga muka datar dan tatapan tajam dan aura dingin tak tersentuh, dan itu semua hilang hanya di depan sang ayag saja.
"Silahkan duduk" Suruh sang bapak kepala sekolah dan Gisela langsung duduk di kursi dan berhadapan dengan bapak kepala sekolah.
"Kamu Gisela?" Tanya Bapak kepala sekolah.
"Iya" Jawab singkat Gisela.
"Baik kamu berada di kelas 12 A" Beritahu bapak sekolah itu, lalu dia menyerahkan sebuah seragam sekolah khusus sekolah itu.
"Hmm" Jawab singkat Gisela, setelah tau kelasnya dia langsung mengambil seragam itu dan Gisela langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu.
tanpa basa-basi atau sekedar mengucapkan terima kasih, sedangkan bapak kepala sekolah hanya diam melihat kelakukan murid barunya itu. dia pun tidak ingin menegur karena sejujujrnya aura dan tatapan murid barunya itu membuat dia merasa terintimidasi.
"Kenapa dia jadi menyeramkan seperti itu" bertanya-tanya sang bapak kepala sekolah.
***
Gisela berjalan meyusuri koridor yangg dia lewati tadi dan kembali ke tempat dimana dia menemukan petunjuk peta letak ruang kepala sekolah tadi, sekarang dia ingin mencari dimana kelasnya.
sampai disana dia melihat kelasnya berada di lantai 4, lalu dia berjalan kembali menyusuri koridor yang berbeda denga melewati sesuai petunjuk peta di ujung koridor sebelah kanan terdapat lift dan di sampingn lift terdapat tangga menunju ke atas, dan tidak heran Gisela bebrbeda dari yang lain dia sekarang lebih memilih menaiki tangga darpada lift.
Hampir 30 menit Gisela sampai di lantai 4, dia tidak merasa lelah atau nafas ngos-ngosan Gisela ini memiliki fisik yang kuat berajalan melewati tangga yang banyak dan sampai di 4 tidak berefek apa-apa untuknya. setelah sampai dia mencari toilet untuk mengganti seragam sekolahnya, dia menemukan toilet dan dia langsung mengganti seragam lalu keluar.
Setelah selesai dia langsung mencari dimana kelasnya berada, beberapa meter dari tempatnya dia berdiri dia menemukan ruangan kelas yang dia cari. setelah sampai di depan keMulas dia langsung
membuka pintu tanpa mengucapkan salam atau permisi pada guru yang sedang mengajar, melihat tatapan bingung guru dan semua murid disana Gisela berjalan masuk dan memberitahu sebelum sang guru bertanya.
"Murid baru" Ucap singkat Gisela tapi sang guru langsung mengerti, karena sebelum masuk tadi sang kepala sekolah sudah memberitahu bahwa akan ada murid baru di kelasnya.
Gisela datang bersamaan dengan murid tapi dia baru masuk kelas setelah pelajaran lewat satu jam.
"Oh iya jadi kamu murid barunya?" Tanya bu guru itu.
"Hmm" hanya jawab deheman tapi guru itu tidak menengur dia menemukan aura berbeda dari murid baru itu dan dia tidak berani menegur.
"Kalau begitu perkenalkan nama kamu" Tutur bu guru itu.
"Gisela" Jawabnya dengan singkat.
"Hmm baik silahkan duduk di kursi yang kosong" Ucap sang guru, Gisela langsung berjalan ke arah kursi yang kosong yang ada di belakang sepanjang jalan menuju kursi dia menjadi pusat
perhatian semua murid di kelas itu. menatapnya dengan berbagai jenis ekspresi ada yang menatap dia sok misterius dan dingin, ada juga yang cukup ngeri dengan tatapan tajam dan aura Gisela.
Tapi sekumpulan laki-laki tampan yang ada di belakang memperhatikan Gisela dengan tatapan penasaran, mereka cukup terkesan dengan surah yang gadis itu keluarkan.
mereka adalah INTI BINTANG dan ketua Algaskar, saat para anggotanya penasaran karena merasa aura gadis itu sama dengan sanng ketua justru dia merasa familiar dengan gadis itu.
Setelah Gisela sampai di kursi yang kosong dia langsung dan duduk, dan dia mendengar bisikan para cowok-cowok tampan itu tapi Gisela tetap bersikap cuek dan dingin.
"Gila tuh cewek auranya" bisik Bagas kepada Gilang salah satu Inti Bintang.
"Iya kayak Paketu" Bisik Gilang juga.
"Hmm" Deheman Aldebaran (Bara) membuat mereka diam dan kmembali ke posisi masing-masing dan memperhatikan guru yang sedang mengajar, bara juga salah satu Inti Bintang lebih tepatnya dia
adalah Wakil Ketua Bintang yang wataknya sama dengan Algaskar sang ketua.
kalau Algaskar di takuti karena kekejamannya, maka bara karena aura dinginnya. yang paling normal di antara kelimanya hanya Gilang, sedangkan untuk Raka dan Bagas mereka itu pecicilan, kocak, playboy, dan sangat heboh siswi-siswi yang paling banyak mengejar Gilang. karena menurut mereka hanya Gilang yang normal dan bisa di dekati, dan Gilang sangat tampan kalo Bagas
dia kocak memang tapi sangat jahil, dan membuat mereka suak kesal kalau dikerjain walaupun muka Bagas tidak kalah tampannya. Sedangkan Raka dia memang tidak se-rese Gilang tapi dia sangat
playboy hampir semua siswi satu sekolah dia pacarin dan semua siswi banyak yang jadi korban Raka karena dia cowok buaya. tapi Raka memang baik, tampan, tidak perlu di kejar untuk dijadikan
pasangan. tapi ya begitu bikin sakit hati karena harus siap di putusin kalau dia sudah bosan, dan harus siap kalau pacarnya bukan kamu saja.
Share this novel