Part 15

Mystery & Detective Completed 290

"APA YANG KAMU LAKUKAN DENGAN ANAK SAYA" teriakan murka tuan askara kepada gisela sang anak karena telah berani menyakiti anak tirinya.

Plak

Plak

Plak

Tamparan bolak-balik yang dilayangkan ke wajah gisela "Kamu lihat sekarang, lala kesakitan LIHAT!!" Marah sang ayah kemudian membanting gisela ke lantai tepat dibawah kaki lala yang baru
pulang dari rumah sakit mukanya memerah semua.

"Bangun kamu!!" teriak kasar kembali gisela dapatkan lalu tubuhnya dibenturkan ke tembok

Brukk

Gisela merosot ke lantai rasanya semua tulangnya remuk, kepala dan tangan kanannyya terasa sakit karena bagian itu yang terbentur. Belum sempat gisela menghela nafasnya dia kembali di tarik
dan di paksa membungkuk lalu sebuah cambukan mendarat di atas punggungnya.

Ctas

Ctas

Ctas

Suara gesper dan punggung yang beradu cukup keras, tapi tidak ada raut meringis di wajah gisela atau air mata dia tetap dia dengan muka datarnya.

Bugh

Bugh

Tendangan pada perutnnya kembali di layangkan oleh sang ayah sedangkan lala dan sandra melihat itu dengan senyum bahagia tidak ada rasa kasihan sama sekali. Bahkan lala dengan santainya
memvideokan dari awal .

"Kamu fikir siapa kamu, berani menyakiti anak kesayangan saya"

Plak

Plak

Tamparan di kedua pipinya kembali di layangkan, tanpa belas kasih sang ayah menarik gisela lalu membenturkan kepala gisela berkali-kali di meja kaca di ruang tamu itu sampai berdarah.

Bruk

Bruk

Bruk

"Rasakan kamu anak sialan, anak pembawa sial" emosi meluap-luap tuan askara itu keluarkan. Lalu sekali lagi membanting tubuh gisela dilantai membuat tangan kanannya kembali terbentur di meja nakas di tembok. Mengabaikan ponsel gisela yang sedari tadi berbunyi dan gisela yakin itu dari mely, tapi gisela tidak ada niatan untuk mengangkatnya.

Krek

Sebagai penutup lala menginjak tangan kanan gisela kemudian pergi dari sana.

"Pergi dari rumah saya, jangan kembali sebelum anak saya sembuh" titah tegas sang ayah lalu pergi dari sana tanpa menoleh ke arah sang anak. Sedangkan gisela hanya menatap nanar punggung kokoh snag ayah. Ini adalah kekerasan terparah yang pernah gisela alami, padahal yang dia lakukan kepada lala tidak separah itu.

Dengan tertatih gisela berusaha bangun mengabaikan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya dan mengabaikan dering ponsel yang entah sudah berapa kali bunyi. Dia berjalan keluar rumah menuju motornya yang terparkir dengan sekuat tenanga dia memakai helm dengan tangan yang gemetar.

"Gue harus kemana" gumam gisela lirih berusaha naik ke atas motornya saat akan menjalankan motornya dengan tangan gemetar seperti tidak berperasaan.

"Ini tangan gue kenapa, kenapa gue nggak bisa ngrasain apa-apa" lirih gisela hampir frustasi melihat tangannya seperti tidak berfungsi lagi. "Nggak gue bukan orang lemah gue pasti bisa" gisela berusaha lagi, sekuat tenaga dia gas motornya keluar dari rumah yang cuma menyimpan luka baginya selama belasan tahun.

Bukannya ke rumah sakit atau ke apotek membeli obat gisela ke alfamart membeli beberapa makanan seperti roti dan mie instant lalu dengan perlahan ke kasir untuk membayar, kenapa gisela , gisela tidak terlihat oleh orang-orang karena dia tidak membuka helmnya. Selesai membayar gisela menjalankan motornya bukan ke apartemennya tapi ke sebuah hutan yang gelap dan cukup rimbun, satu jam perjalanan gisela sampai di sebuah gubuk tidak besar 3 kali 2 meter saja. Saat akan turun gisela kemudian berhenti.

"Gue ngapain kesini, nenek kan udah nggak ada gue bisa mati mengenaskan disini" gumamnnya tapi sesaat kemudian dia tetap turun karena merasakan rasa sakit kembali pada seluruh badannya, dia bahkan lupa sedang ditunggu oleh teman kelompoknya.

***

Sedanngkan di tempat lain beberapa jam sebelumnya.

"Gisela belum datang gue coba hubungi dulu' ucap mely setelah mereka semua sampai di sebuah cafe untuk kerja kelompok.

"Kemana sih tuh anak dibilangin cuma pulang ganti baju" gerutu bagas.

"Sabar ini gue telfon dulu" mely menghubungi gisela tapi tidak diangkat.

"Nggak diangkat" ucap mely

"Tidur kali tuh anak" ucap raka

"Parah sih kalau tidur, enak-enakan lah kita harus kerja tugas" omel bagas.

"Tunggu aja dulu" saran gilang

Algaskar sendiri sedari tadi melihat ke arah pintu cafe menunggu seseorang datang, jujur saja algaskar bukan kesal dan capek menunggu tapi dia merasakan hal yang berbeda dia merasa ada yang
nggak beres tapi tidak tau itu apa, entahlah semenjak bertemu dengan gisela algaskar merasa berbeda dengan dirinya dia selalu memikirkan gisela, dia hanya berusaha cuek selama ini, bahkan dia juga tidak pernah bilang ke teman-temannya tentang pertemuannya dengan gisela yang menolongnya dan sudah diketahui semua kalau queen itu adalah gisela.

Satu jam mereka menunggu gisela belum datang juga dan mely kembali menelfon tapi tetap sama aja tidak ada jawaban. "Maih belum diangkat" ucap mely menatap semua teman-temannya.

"Yaudahlah kita kerjain aja nggak usah nunggu dia, udah sore nih" saran gilang yang disetujui semuanya.

Mereka mengerjakan tugas sambil menunggu gisela, tapi sampai tugas itu hampir selesai gisela belum juga datang, yang paling santai dan datar disana adalah algaskar tapi tidak ada yang tau yang paling gusar menunggu gisela adalah dirinya. Sedari tadi dia tidak fokus tapi untungnya dia bisa menyembunyikan itu sehingga teman-temannya tidak curiga. Akhirnya tugas itu selesai saat hari menjelang malam.

"Akhirnya selesai juga" keluh bagas.

"Iya, tapi gisela belum datang juga sampai sekarang" cemas mely karena gisela tidak bisa dihubungi.

"Udahlah nggak usah di fikirin yang jelas dia nggak ikut ngerjain tugas, jadi dia nggak masuk nilai" ujar bagas.

***

Gisela masuk di dalam gubuk tua itu dengan tertatih mendudukan tubuhnya dengan pelan di atas kursi panjang yang terbuat dari bambu yang sudah usam dan hampir roboh, dia merasakan getaran pada ponselnya didalam saku celananya, dia yakin itu adalah sebuah pesan. Gisela membuka room chat yang banyak dari nomor baru yang di yakini gisela adalah mely karena dari beranda di lihat isi pesannya soal gisela yang tidak datang kerja kelompok, tapi gisela abaikan karena sudah lewat juga dan tidak mungkin dia datang kesana dengan keadaan seperti ini. Badan remuk dan muka hancur dengan lebam dan darah bahkan mukanya sudah membengkak, gisela kembali fokus pada room chat yang terdapat pesan baru itu dari lala sebuah video yang gisela langsung buka. gisela langsung memutarkan sebuah video yang gisela bisa lihat dirinya di siksa bagaikan binatang oleh ayahnya sendiri, bukannya sedih atau menghentikan video itu dia malah menontonnya bagaikan sebuah film yang sanngat seru. Setelah video selesai tidak ada tanggapan apapun dari gisela, dia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kantong plastik mengeluarkan lilin dan pemantik menghidupkan lilin karena hari sudah malam, dan menyimpan lilin di atas meja kecil lalu kembali duduk.

"Andai aja nenek masih ada, pasti udah obatin gue" gumam gisela mengenang masa-masa dulu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience