"Dasar anak kurang ajar kamu"
Plakk..
Tamparan keras mendarat di muka mulus seorang gadis remaja yang berdiri mematung dari tadi bahkan saat di marahi sampai sebuah tamparan pun membuatnya tidak bergeming hanya kepalanya menoleh sedikit, tidak ada air mata atau raut sakit yang ada hanya ada raut datar dan sudah seperti biasa mendapatkan hal seperti hal itu.
"Anak tidak tau di untung, tidak berguna" Suara teriakan dan makian itu terus terlontar dari mulut seorang laki-laki paruh baya yang melayangkan tamparan tadi itu laki-laki yang sering anak gadis panggil dengan sebutan ayah. Ya laki-laki paruh baya itu menampar dan memakai anak kandungnya sendiri.
"Saya muak lihat muka kamu dasar gadis sial" Murka laki-laki itu lagi lalu mendorong dan membanting tubuh kecil gadis itu ke lantai lalu dibenturkan kepalanya ke tembok sampai berdarah.
Tidak ada ringisan, rintihan ataupun tangisan dia hanya diam dan tidak membuka mulutnya sedikitpun, seolah-olah apa yang dia alami tidak sakit sama sekali dan kejadian itu disaksikan oleh tiga orang lainnya yaitu : Seorang wanita paruh baya dan dua orang remaja berbeda jenis itu sedari tadi hanya diam dan menyaksikan, tidak ada raut kasihan atau menolongnya hanya sesekali raut puas yang mereka tunjukkan.
"Pergi dari hadapan saya!" Tegas laki-laki paruh baya itu. Tanpa menunggu perintah dua kali gadis itu langsung berdiri dan berjalan keluar rumah. Kemudian menaiki motor sport hitam yang baru saja dia parkiran di halaman rumah beberapa menit yang lalu, dilakukannya motor itu kembali keluar halaman rumahnya.
15 menit berkendara sudah lumayan jauh dari rumah tapi belum keluar dari area komplek perumahan, karena rumah itu memang berada di perumahan komplek elit. Dia memberhentikan laju motornya di pinggir jalan, lalu dia turun dan berjalan ke arah tembok. Lalu dia bersandar di tembok lalu luruh ke bawah bukan untuk menangis atau merasa sedih, dia hanya ingin istirahat setelah insiden tadi.
Seutuhnya kepala yang tadi terbentur merasa ada yang basah lalu dia menempelkan tangannya ke kepala dan di llihatnya darah itu darah segar yang mengalir sangat banyak. Lalu diambilnya tissu di kantong jaket, kemudian di lapnya ke kepala untuk membersihkan darah yang terus mengalir. Tapi tidak pedulikan atau pun merasa kesakitan di lapnya terus sampai darah itu berhenti, setelah berhenti tanpa mengobati. Dia langsung pakai masker dan helm, lalu menaiki motornya kembali dan melaju pergi dari sana dengan kecepatan di atas rata-rata.
***
Kini dia sudah sampai di arena balap.
"Katanya nggak ngambil malam ini?" Tanya salah satu temannya yang ada di club balap.
"Tiba-tiba pengen balap" Jawabnya dengan nada datar dan dingin
"Lo yakin, nggak ada masalah kan?" Tanyanya lagi.
"Hmm" Jawabnya singkat.
"Oke lawan lo kali ini ketua geng yang paling di takuti dan nggak pernah kalah dalam balapan, dan kalo lo sering disebut "Queen Racing" dan dia "King Racing".
Kalian belum pernah tandingkan, kayanya seru nih kita bakal lihat kemapuan yang sering di juluki sebagai raja dan ratu jalanan.
" Lo siap kan?" Tanyanya lagi.
"Hmm" Jawabnya singkat.
"Ok kalo gitu gue tanya sama lawan lo dulu" Ucapnya berniat pergi.
"Tunggu" Cegatnya.
"Apa" Tanyanya sambil berbalik.
"Nggak usah ngasih tau siapa gue" Ucapnya.
Dia yang mengerti arah pembicaraan lalu menyabut "Ok", lalu berlalu pergi ke arah yang akan dia lawan.
***
" Hai bro" Sapanya pada segerombolan cowok-cowok tampan seperti artis korea itu.
"Kenapa" Tanya salah satu dari mereka.
"Ada lawan nih, mau nggak?" Tanyanya.
"Siapa" Terdengar suara serak cowok tampan bertanya dengan nada datar.
"Tuh yang pake motor sport hitam" Tunjukknya pada gadis itu.
"Lo mau Al" Tanya temannya.
"Ok" Jawab singkat.
"Ok lo siap-siap, gue kesana dulu mau ngasih tau buat siap-siap juga" Ucap temannya dan berlalu kesana.
***
Kini mereka sudah berada di garis start dan seorang gadis di tengah-tengah sambil memegang bendera untuk menghitung. Balapan akan di mulai saat perempuan cantik itu menghitung mundur
"Tiga
" Dua
"Goo" Teriaknya sambil melempar bendera itu dan di susul dengan dua motor itu melaju di sampingnya, balapan kali ini seimbang dengan sorak-sorai penonton semakin heboh tapi lebih banyak meneriaki Sang cowok.
"Al"
"Al"
"Algaskarrr" Teriakan cowok-cowok itu terus menggema, banyak yang mendukung seorang Algaskar karena dia merupakan ketua geng motor yang terkenal. Karena kemampuan dan kehebatannya sama setara dengan perkumpulan seorang mafia.
Sedangkan sang lawan tidak ada yang menyoraki namanya bukan karena tidak punya teman atau pendukung, tapi karena dia tidak ingin orang tau siapa dia. Dia hanya sering disebut dengan queen racing hanya dengan teman se geng balapnya saja yang tau nama dan mukanya.
Pembalap yang di juluki king dan queen itu masih berusaha merebut posisi yang paling depan dan keduanya sama-sama seimbang. Saat mencapai garis finish pun motor keduanya masih sejajar, sampai finish tidak ada yang menang dan mereka datang secara bersamaan.
"Brumm"
"Brumm"
Kedua motor itu berhenti tepat di garis finish sorak penonton heboh karena dalam sejarah baru kali ini peserta balap seimbang.
"Gila lawan lo hebat juga Al, baru kali ini ada yang nandingin skill lo" Ucap Bagas salah satu teman Algaskar Inti Bintang.
"Iya gue penasaran sama lawan lo itu, semenjak balapan tadi nggak ada yang nyoraki nama dia" Ucap Raka salah satu Inti Bintang juga.
Sedangkan Algaskar sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan lawan itu bisa nandingin skill yang Algaskar punya. Al yang berniat menghampiri lawan nya itu belum sempat turun dari motornya, dia melihat lawannya sudah pergi dan melajukan motornya, dia tidak jadi turun, langsung memakai helm.
"Cabut" Ucapnya memberikan instruksi kepada anggotanya lalu melajukan motornya dan di ikuti yang lain dari belakang.
***
Sedangkan seorang gadis ini baru sampai di kamar Apartemennya, setelah balapan tadi dia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia langsung ke dapur memasak mie instant untuk dimakan, setelah selesai makan dia kembali ke kamar langsung tidur. Dia tidak memperdulikan luka yang ada di muka dan dikepalanya tidak ada niatan untuk mengobati.
Dia sudah terlalu sering mendapatkan luka seperti itu rasanya sudah terbiasa seperti rutinitas rutin, jadi lama-kelamaan dia tidak lagi merasakan rasa sakit itu begitupun juga tidak pernah mengobati lagi.
Dia biarkan seperti itu terus sampai sembuh sendiri, dulu dia selalu membentengi dirinya untuk menjadi kuat jangan lemah , seiring berjalannya waktu dia benar-benar merasa kuat sampai rasa sakit itu tidak dia rasakan lagi.
Mendengar katanya, tidak ada kata terbiasa untuk hal yang menyakitkan. Tapi nyatanya itu tidak berlaku untuk seorang Gisela Askara, lahir hanya untuk merasakan sakit tidak membuat dia membenci takdir.
Hidupnya di saat orang yang merasa sakit malah meminta mati, dia justru ingin tetap hidup.
Dia hanya ingin tahu kebahagiaan apa yang akan di dapatkan nanti sehingga dia ingin di lahirkan di dunia, katanya sebelum kita lahir, kita di perlihatkan perjalanan kita dulu. Dan jika kita memilih untuk di lahirkan itu artinya ada hal yang sangat membahagiakan yang akan kita lalui, dan Gisela ingin melihat apakah itu benar-benar adanya.
Share this novel