Part 8

Mystery & Detective Completed 290

Ya orang yang balapan melawan Gisela, yang mencelakai gisela, dan juga yang di hajar habis-habisan oleh algaskar itu adalah steven kakaknya gisela. gisela yang tidak langsung menolong dia membiarkan saja sang kakak di hajar habis-habisan oleh orang lain. sebagai pelajaran atau biarkan dia membalas keburukan sang kakak selama ini, dari orang lain karena jika dia yang membalasnya sendiri itu tidak mungkin. bukan karena tidak bisa tapi sama alasannya dengan sang ayah, bukan karna dia tidak mampu tapi atas dasar keluarga. dia memang tidak bisa membalas tapi bukan berarti orang lain tidak, jadi waktu sang kakak dihajar habis-habisan dia tidak melerai. dia biarkan sampai sang kakak tidak berdaya tapi tidak sampai mati, karena dia harus masih hidup sampai sekarang, dia memang tadi menolong sang kakak tapi tidak sampai menghakimi algaskar. karena dia diam-diam berterima kasih kepada algaskar dalam hati, untuk pelajaran sang kakak yang tidak ada rasa kasihan. Gisela memang sudah mati rasa dengan kakak dan juga ayah sejak dia mulai mengerti arti perlakuan mereka duku, harusnya perlu mereka ketahui gisela diam dan tidak melawan selama ini, karena masih tersisa rasa hormat karena mereka keluarga gisela tidak lebih.

"Oh yaudah makasih bi" jawab gisela, setelah mengatakan itu gisela langsung berjalan menuju kamarnya di lantai atas paling pojok jauh dari kamar-kamar yang lain.

Setelah sampai di kamar gisela langsung memberihkan badan dan langsung istirahat jam sudah menunjukkan pukul 02.00 malam dia sudah mulai mengantuk jadi langsung tidur, dia juga tidak ada

niatan untuk menjenguk sang kakak atau sekedar mendengar kabar, dia tidak peduli apalagi yang terjadi lagian dia juga tidak dianggap oleh mereka, jadi kenapa harus peduli. dia hanya akan

mengikuti alurnya saja dulu sampai mana kisah menyedihkan hidupnya berakhir, karena terkadang dengan dirinya sendiri pun tidak dia pedulikan.

***

Keesokan paginya gisela bangun kesiangan dan dia memilih untuk tidak sekolah, apalagi dia baru merasakan rasa sakit gara-gara terjatuh kemarin, walapun sebenarnya rasa sakit itu tidak ada apa-apanya. tapi dia anaknya cukup santai dan malas, dia lebih tertarik untuk menyusup tentang sang ibu tiri, dia memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini. biarkan saja kalau dia notabennya murid baru lagian tidak ada orang dirumah jadi siapa yang mau marah.

"Mending gue mandi aja abis itu nyari tau siapa orang iitu" gumam gisela kemudian masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu turun ke bawah untuk sarapan.

"Non nggak masuk sekolah?" tanya bibi.

"Nggak bi kesiangan" jawab gisela dengan datar.

"Oh iya non, bibi udah siapin sarapan" jawab bibi.

"Iya" jawab gisela singkat.

Dan kemudian gisela diam-diam masuk ke kamar orangtuanya.

Ceklek

"Untung nggak dikunci" gumam gisela kecil, lalu masuk dan mulai mengobarak-abbrik kamar orang tuanya, tapi kemudian dia merapihkan lagi.

"Ck kok nggak ada sih, dimana ya gue bisa dapat petunjuk biar gue tau siapa selingkuhan tuh nenek lampir"

"Gue harus kerja manual biar nggak ketahuan, gue nggak mau ada yang sampai tau" gerutu gisela sambil merapihkan kembali baju-bajunya sang ibu tiri, taoi tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari lipatan baju.

"Ini apaan?" ucapnya sambil mengambil benda itu dubawah lantai.

"Kartu nama?" gisela membolak-balikkan kartru itu sampai dia menemukan sebuah nama.

"Felix Gustava, fotografer?" gumamnya sampai membaca nama kartu itu.

"Jangan-jangan ini pacarnya tante sandra" gue harus selidiki dulu , gue ambil aja deh. gisela langsung memasukkan kartu nama itu di saku celana tidurnya. saat akan berjalan keluar kamar

terdengar suara mobil dari luar, gisela buru-buru keluar dari kamar itu dan naik ke kamarnya sendiri untuk menyimpan kartu nama itu agar aman.

"Gisel!!! gisel!! keluar kamu" teriakan memanggil nama gisela membuat gisela bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar.

"Gisel dimana kamu, keluar" Gisel turun dari lantai dua dan berjalan ke arah sang ayah yang sedari tadi meneriakinya, dia berjalan menunduk seperti anak polos yang lemah.

"Iya" ucapnya dengan singkat.

Plakk

Sebuah tamparan keras lagi. "Kenapa kamu tidak masuk sekolah?, mau jadi apa kamu baru satu hari masuk sudah berani bolos" teriakan menggema dalam rumah itu.

"Gisela telat" ucapnya dengan datar.

"Memangnya apa yang kamu lakukan di malam hari, jual diri?" sentak sang ayah, dan gisela hanya diam.

"Pergi kamu dan jangan pulang sebelum kamu sadar apa kesalahan kamu" usir sang ayah tanpa melihat gisela.

Sedangkan sang ibu tiri sonia tersenyum dan mengejek ke arahnya.

"Rasakan kamu, nggak sia-sia aku nyuruh bibi tidak membangunkan dia saat tau dia pulang larut malam, silahkan pergi dari rumah ini, kalau bisa tidak usah kembali" gumam sandra dalam hati.

"Iya" jawab gisela dan berbicara dalam hati, kamu bisa menang sekarang tapi tunggu sampai saya buat kamu tidak akan bisa menginjakkan kaki lagi dirumah ini.

Gisela berjalan ke arah kamarnya dan mengganti baju lalu keluar dan pergi dari rumah itu, sudah sering seperti ini bahkan hampir setiap hari itlah kenapa gisela membeli apartemen. karena

sang ayah akan sering menyuruhnya pergi ketika marah atau setelah menyakitinya, maka dia akan pergi dan kembali apabila lukanya sudah sembuh, dan kembali untuk disakiti lagi.

Kali ini gisela tidak langsung pulang ke apartemennya, dia mengingat kartu nama yang ditemukan di kamar orang tuanya, dia akan mendatangi alamat yang tertera di kartu itu.

"Lumayan jauh kalau dari sini bisa sampai satu jam" gumam gisela tapi tidak mengurungkan niatnya untuk tetap kesana.

Satu jam berlalu gisela sampai disebuah studio yang tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil, sederhana tapi mewah Lumayanlah ukuran studio fotografer. lalu gisela turun dari

motornya dan berjalan masuk kedalam dan didalam terdapat sebuah kursi seperti kursi tunggu dia duduk, tapi tidak lama ada seseorang yang menghampirinya.

"Maaf mbak ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan, sepertinya dia pegawai di studio ini.

"Hmm, iya saya boleh bertanya?" tanya gisela.

"Boleh mbak, mau tanya apa?" tanya pegawai itu.

"Fotografer disini kalau boleh tau siapa yah?" tanya gisela lagi.

"Fotografer disini ada 3 orang mbak" jawab pegawai itu.

"Kalau boleh tau namanya siapa aja?" tanya gisela lagi, dan gisela berusaha bertanya tanpa melihat kalau dia sedang mencari seseorang, dengan bertanya seperti ini tidak akan ada yang curiga

kalau ternyata dia bertanya tentang seseorang.

"Ada Arda, ardi, dan felix" ucap pegawai itu.

"Oh iya mbak, Felix Gustava bukan yang tadi?" tanya gisela seolah dia familiar dengan nama itu, padahal dia memang tidak tau tapi berusaha memancing.

"Iya mbak bener, oh iya itu mbak orangnya yang baru keluar" yang pake baju hitam itu felix" jelas pegawai itu sambil menujuk felix.

"Kalau dua yang mbak sebutin tadi yang orangnya yanng mana?" tanya gisela basa-basi agar tidak terlihat kalau dia mencari felix.

"Oh itu mbak, yang baju biru Arda, yang baju putih itu Ardi" jelasnya lagi.

"Oh yaudah mbak makasih"ucap gisela.

"Iya mbak" ucap pegawai itu lalu pergi dari sana.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience