Part 2

Mystery & Detective Completed 290

Hari ini Gisela bangun kesiangan mungkin karena tidur saat menjelang subuh, dia bangun dari tidurnya dan langsung ke kamar mandi hanya 10 menit dia sudah selesai mandi dan langsung memakai seragamnya tidak sarapan, dia memakai masker dan mengambil kunci motornya turun ke basement lalu keluar. Kemudian melajukan motornya ke arah yang tidak terburu-buru, Gisela tidak takut di hukum.
Setelah 15 menit di jalan Gisela sampai di sekolah tapi gerbang sudah di tutup.

"Aduh neng telat lagi?" Ucap satpam sekolah tersebut sambil mengeleng-gelengkan kepalanya. Gisela bukan hanya sekali dua kali telat justru hampir setiap hari dia telat.

"Hmm bukain pak" ucap Gisela dengan datar.

"Nggak bisa neng, nih tidak ada toleransi lagi" Ucap satpamnya lagi.

"Yaudah" Jawab Gisela singkat.

Kemudian Gisela menaiki motornya lalu pergi dari gerbang sekolah, kalau kalian fikir Gisela akan mencari jalan untuk masuk, memanjat tembok seperti kebanyakan murid lainnya kalian salah Gisela tidak se-effort itu. Sedangkan satpam hanya mengeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Gisela.

***
Kini Gisela berada di sebuah hutan yang terdapat rumah kosong atau bisa di bilang gudang terbengkalai seperti sebelumnya Gisela berbeda dari kebanyakan anak muda apa lagi gadis jaman, sekarang mana ada seorang menyendiri di gudan terbengkalai itu di hutan pula.
Gisela tertidur di kursi kayu di dalam gudang, dia tidak takut dengan penjahat ataupun hewan buas sama sekali, sekalinya pun tertidur dia bahkan tertidur dengan nyenyak sampai sore.
dia baru terbangun saat dering ponselnya berbunyi.
Lalu dia bangun dan duduk di kursi kayu sambil melihat siapa yang menelfonnya..
Ayah is calling...
Dia menghela nafasnya, kemudian menjawab "Hmm" Ucapnya dingin.
"PULANG!!!" Teriak sang ayah.
"Iya" Jawab datar Gisela.
"Anak kurang ajar, pulang sekarang juga Gisel" Bentak sang ayah lagi.
"Iya Gisel udah di jalan" Ucapnya dengan santai.
Kemudian dia menutup sambungan telfonnya, bukannya langsung beranjak buru-buru pulang, tapi dia masih sempat keluar bagian teras gudang itu melihat-lihat langit senja.
Setelah senja berganti malam baru dia beranjak keluar untuk pulang, satu jam dari perjalanan itu kerumah, tapi dia masih sempat-sempatnya makan dulu di jalan jadi perjalanan memakan waktu
satu jam lebih.
***
Kini Gisela sudah sampai di rumah pukul 21.00 wib baru menginjak kaki di dalam rumah.
Plakk..
"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?, dasar perempuan liar, anak sialan". Murka Tuan Askara, Sedangkan Gisela hanya diam saja kkini muka yang belum benar-benar sembuh, setelah
tamparan kemarin kembali membekas.
"Apa ini hah?, mau jadi apa kamu tidak berguna, kenapa kamu hidup kalau hanya untuk menjadi sampah". Maki sang ayah, yang melemparkan sebuah surat dari sekolah, tapi sungguh tidak
menyakitkan sama sekali. Bagi Gisela sekali lagi dia sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
"Kamu seperti perempuan yang tidak punya didikan, anak jalanan". Makinya lagi.
"Jelaskan apa maksud surat itu!" Tegasnya.
"Kenapa kamu diam saja anak sialan, jelaskan Gisel" Murka sang ayah.
"Gisel tidak tau" Jwabnya singkat.
Plakk
Sekali lagi sebuah tamparan yang sama "Mulai sekarang kamu pindah ke sekolah lala dan steven" biar kamu punya sedikit didikan bukan di sekolah sampah yang isinya hanya anak berandalan.
"Ayah lala nggak mau satu sekolah sama dia, apa kata teman-teman aku kalau tau aku punya saudara kaya dia" Ucap lala dengan tatapan sinisnya.
"Steven juga nggak mau ayah, aku nggak mau teman aku tau kalo aku punya adik kaya dia" Protes steven.
"Kalian tidak perlu khawatir dia masuk tidak akan membawa nama askara" Ucap Tuan Askara, lalu di ikuti steven, dan istrinya.
"Awas aja lo ngaku-ngaku jadi sodara gue" Ancam lala dan di balas tatapan tajam dan dingin oelh Gisela.
"Kita kan emang nggak sodara, lo cuma anak tiri bawaan mama lo" Ucap datar Gisela dengan santai, lalu berlalu ke kamarnya.
"Sial awas aja lo Gisela" Murka lala.
Ya Gisela hanya akan diam dengan ayah dan juga sang kakak, tapi tidak dengan lala dan ibu tirinya dia akan tetap melawan.
Gisela itu bukan gadis yang lemah, dia jago dalam segala jenis bela diri, memanah, menembak, dan balapan.
Dia tidak segampang itu untuk di tindas, dia juga tidak akan mengusik tapi makanya sekali di usik hidupnya akan kelar.
.
.
Jika terdapat bekas luka di muka atau badan itu semata-mata dari sang ayah, bahkan di sekolah lamanya pun tidak ada yang berani dengannya semua segan dari perempuan sampai laki-laki
bahkan kakak kelasnya dulu pun segan padanya iitulah salah satu perbedaan Gisela.
dia bisa jadi iblis dengan orang lain taoi tidak dengan sang ayah, dia seperti bayi yang tidak bisa apa-apa.
Sampai di kamar Gisela langsung masuk ke kamar mandi, ganti baju, lalu tidur. tidak ada istilah susah tidur, sedih, atau mengingat kenangan dengan sang ayah atau bunda kandungnya sendiri.
karena memang dia tidak memiliki kenangan apapun, karena sang bunda meninggal di hari dimana setelah dia di lahirka, sedangkan ayahnya sebelum dia lahir pun sudah di benci.
bahkan dia tidak pernah tau bagaimana muka sang bunda, makamnya dimana, namanya pun bahkan dia tidak tau. Bukan karna dia durhaka atau tidak ingin tau, tapi dia tidak pernah berbicara
dengan sang ayah. dengan semua jenis pertanyaan hanya kata "iya" yang bisa dia bilang.
***
Pagi menjelang kali ini Gisela bangunpagi karena dia tidur di rumah sang ayah, dia tetap sama sekali tidak ingin membantah sang ayah. dia langsung siap-siap untuk sekolah, memakai seragam
lalu ke meja makan dan duduk di kursi samping ayah.
"Ngapain lo duduk disini, gue nggak sudih satu meja sama lo" hina lala.
"Iya kamu ngapain duduk disini mending sekarang kamu pindah ke dapur" Usir mama lala, tapi Gisela tidak bergeming sedikit pun dia hanya melanjutkan sarapannya.
"Lo budeg ya, nggak denger mama guue ngomong apa?, pindah gue nggak sudih semeja makan sama lo" Sentak lala yang menimbulkan keributan di meja makan pagi ini.
"Lala kenapa kamu harus teriak-teriak di meja makan pagi-pagi?" Ucap Tuan Askara.
"Yah, aku nggakk mau makan satu meja dengan cewek sialan ini" Adu lala pada Tuan Askara.
"Iya mas aku jugga nggak mau sarapan kalau ada dia disini, mending suruh dia ke dapur aja makan sama para pembantu" Ucap mama lala dengan menatap sinis ke arah Gisela.
"Yah mending dia suruuh ke belakang aja makannya, steven mau makan nih ntar telat ke sekolah udah siang nih pake ribuut-ribut segala" Saran steven mulai kesal karena acara sarapannya
terganggu.
"Gisel kamu pindah ke belakang sarapannya" Ucap sang ayah.
Tanpa membantah Gisela langsung berdiri sambil membawa piringnya ke belakang sarapan bersama para maid. Para maid disana merasa kasihan dengann nona mudanya yang selalu di siksa oleh
ayahnya sendiri, tapi muka nona muda tidak terlihat seperti orang tersakiti tetap dengan aura dingin , muka datar, dan tatapan tajam yang ditunjukkan kepada orang yang dianggap orang lain.
semuanya orang laim yang dia anggap keluarga atau orang dekat hanya ayah dan kakaknya.
Selesai sarapan Gisela berjalan keluar berniat berangkat sekolah tapi saat melewati ruangan keluarga dia langsung di panggil oleh ayahnya.
"Gisela saya mau ngomong" Ucapan datar dari ayah yang langsung di turuti Gisela, dia berjalan menuju ayahnya dan berdiri disamping.
"Saya sudah daftarkan kamu ke sekolah lala dan steven hari ini juga kamu langsung masuk, tapi ingat jangan pernah membawa Nama Askara dan mengaku kenal dengan steven dan lala disana"
tegas ayah. Lalu Gisela hanya mengangguk dan kemudian dia langsung berjalan keluar dan menaiki motornya menuju sekolah barunya, yang tadinya tidak ingin ke sekolahnya tidak jadi, dia berbelok ke sekolah barunya .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience