1. Senyuman Terindah

Romance Series 3852

"Setiap kali kamu tersenyum padaku, hatiku melambung tinggi dan mataku mulai kebingungan.. Aku tidak tahu perbedaan antara SUKA dan CINTA tapi aku yakin ingin mencari tahu dengan kamu."

******

Satu bulan kemudian....

ALAN POV

Aku melihat sebuah foto yang dibingkai cantik terpajang di meja kerja sahabatku. Foto sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama satu bulan. Miris rasanya melihat pasangan di foto ini. Bukan karena mereka tidak cocok, mereka sangat cocok. Bahkan kalau ada acara TV Best Couple Awards, mereka pasti menang karena keserasian mereka.

Aku hanya sedikit iri karena sahabatku telah menemukan pujaan hati di usianya yang baru menginjak ke 26, sedangkan aku yang sudah menginjak usia 28, belum juga menemukan sosok wanita yang ku inginkan dan masih terjebak dengan masa laluku.

Bukan hanya dia, aku pun ingin sekali menemukan sosok wanita seperti yang ada di foto ini. Seorang wanita berparas cantik yang mempunyai senyuman terindah, senyuman yang sudah lama tak ku jumpai setelah wanita teman kecilku dulu.

Mungkin di luar sana masih banyak wanita cantik, tapi entah kenapa yang ku inginkan adalah dia. Aku meraba sang wanita dalam foto tersebut dengan jari-jariku. Salahkah aku yang mengagumi kekasih dari sahabatku sendiri seperti ini?

Bukankah kita tidak bisa mengatur perasaan yang kita rasakan? Dia yang tidak berwujud, dia yang tidak dapat disentuh, tapi dapat dirasakan dengan panca indera kita dan salah satu organ tubuh kita yaitu hati. Satu kata, tapi berjuta makna yang menggambarkan definisi yang kusebutkan, yakni adalah perasaan. Dia hadir dengan tiba-tiba menyelimuti seluruh jiwa dan pikiran ku karena pesonanya.

Ku hela nafasku dengan panjang. Aku ingat Nino pernah berkata kepadaku waktu sekolah bahwa dia telah bertemu seorang bidadari, ya itu adalah gambaran Nino untuk mendeskripsikan wanitanya. Tapi bagiku sekarang, dia lebih dari bidadari, dia adalah jelmaan dari malaikat yang menaklukkan hati para lelaki. Aku tersenyum sendiri dengan ucapanku. Nino bertemu dengannya di perusahaannya sendiri, karena dia melamar di perusahaan Nino sebagai....,

(Bunyi pintu terbuka)

"Sudah lama nunggunya, Al?" tanya Nino yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangannya membuyarkan pikiranku. Dia berjalan menghampiriku bersama    wanita cantik yang membawa dokumen di tangannya.

Saat ini, aku sedang berada di ruangan kerjanya. Aku duduk menunggunya untuk mengajaknya makan siang. Kegiatan yang selalu sama dalam beberapa minggu ini kalau aku sedang tidak sibuk.

Tapi bukan itu saja alasan kenapa aku mengajak Nino makan siang bersama setiap hari, melainkan karena wanita yang berdiri di samping Nino. Dia berhasil membuatku tidak bisa berpaling darinya sedetik saja. Wanita bernama Sofie yang berstatus kekasih sahabatku, sekaligus sekretarisnya Nino.

Aku langsung meletakkan kembali pigura foto ke tempat semula. "Tidak. Aku juga baru sampai, No. Rapatmu sudah selesai?" tanyaku.

"Sudah," jawab Nino. "Kita mau makan di mana kali ini, Al?" tanyanya sambil mengendorkan dasi yang melingkari kerah kemejanya.

"Kalian mau makan apa?" tanya balikku kepada Nino dan Sofie. Dan aku yakin, bukan Nino yang akan menjawabnya.

"Aku mau makan nasi goreng ikan asin," jawab Sofie menyeletuk duluan daripada Nino. Dia menoleh ke diriku sambil tersenyum. Senyuman yang mampu menyihirku menjadi lelaki yang akan mampu melakukan apa saja untuknya.

Dan itulah kenapa aku sangat suka mengajukan balik pertanyaannya Nino, karena yang akan menjawabnya adalah Sofie. Setidaknya aku jadi mengetahui sedikit demi sedikit makanan kesukaan Sofie dari sini. Baru aku mau menjawab permintaannya, Nino sudah lebih dulu menyahutinya.

"Baiklah, Sof, kita akan makan sesuai yang kamu mau," ucap Nino membuat wanita itu sekali lagi mengeluarkan senyuman terindahnya. "Yuk kita jalan sekarang!" ajaknya sambil menggandeng wanita cantik yang bersamanya. Dan aku hanya bisa melihat dengan tatapan miris.

******

Saat ini kami berjalan menuju lift untuk turun ke lantai bawah. Aku yang berada di belakang mereka, menatap wanita itu di depanku.

Hari ini Sofie sangat cantik dengan balutan dress putih selutut. Dress tanpa lengan dan bagian lehernya tertutupi oleh semacam kain slayer yang dibuat seperti bentuk dasi. Dress tersebut sangat pas di tubuh langsingnya.

Dia memang sangat cantik memakai apapun karena kulit putihnya yang mampu mengalahkan putihnya mutiara. Mungkin kalian akan berkata aku sedikit berlebihan memujinya, tapi aku berkata dengan penglihatanku yang selalu tertuju kepada dirinya. Memperhatikan setiap gerak geriknya yang terlihat anggun di mataku, penampilannya yang sederhana, tapi elegan, dan mampu membuat semua orang ingin memujinya jika melihatnya.

"An?" panggil Sofie kepadaku. Dia memutar setengah tubuhnya ke belakang dan menatapku dengan kerutan di keningnya.

Panggilannya membuatku terhentak, membuyarkan segala pikiranku tentangnya. Aku langsung menatap ke Sofie.

"An, kamu melamun lagi ya?!" tegur Sofie kepadaku sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku. Dan dia melakukannya sambil merangkul lengan Nino.

Hanya dia yang memanggilku dengan sebutan An, diambil dari nama belakangku Al-An. Dia memang selalu memanggil semua orang semaunya dia. Namun, panggilannya untukku mengingatkanku dengan seseorang wanita di masa laluku.

Tidak terasa ternyata kami sudah sampai di tempat makan sebelah kantor Nino. Tempat makan yang tidak terlalu besar, hanya saja makanan di sini memang enak rasanya. Kami pun memesan makanan dan salah satunya nasi goreng ikan asin sesuai kemauan Sofie.

"Sedapnya...," ujar Sofie menirukan logat upin ipin sambil mengunyah suapan nasi goreng yang baru saja dimasukkan ke dalam mulutnya.

Aku dan Nino hanya tersenyum melihat tingkahnya yang sangat menggemaskan itu. Saat Nino sudah mengalihkan pandangannya dari Sofie, pandanganku masih tertuju dengan wanita yang duduk di depanku.

"Habis ini kau ke mana, Al?" tanya Nino membuyarkan pandanganku, dengan cepat aku langsung beralih menatap Nino karena takut terpegoki olehnya karena sedang menatap kekasihnya.

"Mungkin aku akan pulang sebentar ke rumah. Tadi Mama menelepon, katanya dia sedang sakit dan menyuruhku pulang," jawabku.

"Sakit? Kalau begitu aku ikut denganmu saja untuk menengok Bunda," sahut Nino.

Alasan Nino memanggil Mamaku dengan sebutan Bunda karena orang tua Nino stay di luar negeri sejak dia masih sekolah dasar. Itu yang membuat Nino hanya dirawat oleh beberapa pegawai yang ditunjuk langsung oleh orang tuanya untuk mengasuh Nino sampai sekarang. Dan karena hal tersebut, Mamaku selalu menyuruhku membawa Nino ke rumah sepulang sekolah hanya untuk makan bersama. Dan sampai sekarang, Nino menganggap Mamaku sebagai Mama kedua setelah Mama kandungnya serta memanggilnya dengan sebutan Bunda.

"Boleh. Asal kau tidak sibuk," jawabku sambil menyendok makananku.

"No, habis ini kita akan meeting dengan Pak Adi Wijaya," celetuk Sofie mengingatkan Nino akan jadwalnya.

Ku lihat Nino terhentak karena baru menyadari akan tugasnya setelah ini.

"Ah ya, aku lupa." Nino menatapku, "Maaf Al, sepertinya aku tidak bisa ikut. Tapi, mungkin pulang kerja aku akan mampir ke rumahmu sebentar bareng Sofie," ujarnya dengan menghela nafas lelah.

Aku tahu dia sangat sibuk begitupun dengan orang tuanya yang mengurusi perusahaannya yang berkembang pesat di Amerika dan sekarang sudah bercabang di Indonesia dengan Nino sebagai pemimpinnya. Karena kesibukannya itu, orang tuanya sampai mengorbankan waktu keluarganya.

"Baiklah. Aku mengerti kok," jawabku, lalu mengambil gelas berisi es jeruk dan menyeruputnya.

Setelah makan, kami berpisah di depan lift. Nino dengan Sofie tentu saja masuk ke dalam lift dan kembali ke ruangannya. Sedangkan diriku, aku berjalan menuju parkiran mobil untuk mengambil mobilku. Ya beginilah rutinitasku setiap hari di saat jam makan siang. Hanya demi melihat senyuman terindah dari wanita yang ku cintai diam-diam.

.....

TBC

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience